Karya-Karya

Karya-Karya



Kecerdasan

Sejak kecil, Ibnu Sina sudah banyak menyihir orang sebab kecerdasannya nan diatas rata-rata. Ia dapat dengan mudahnya menguasai berbagai disiplin ilmu, termasuk salah satunya bidang filsafat kedokteran (karena selain ia pakar di bidang kedokteran, juga dikenal sebagai filsuf muslim ternama). Ibnu Sina nan berasal dari keluarga bermadzhab Ismailiyah sudah akrab dengan pembahasan ilmiah terutama nan disampaikan oleh ayahnya.

Karena kejeniusannya itu, sampai-sampai ada beberapa orang nan mengarahkannya buat tidak bekerja apapun, selain menuntut ilmu pengetahuan.

Ibnu Sina pun mengabdikan seluruh kehidupannya buat belajar dan mendalami berbagai ilmu pengetahuan. Dalam usianya nan nisbi muda, ia sudah mahir dan menjadi terkenal sebab menguasai ilmu kedokteran. Sesuatu nan langka di zaman itu sehingga Avicena di masa pemerintahan Nuh Ibn Mansyur nan merupakan Raja Bukhara buat mengurus dan mengobati sang raja nan tengah menderita sakit sampai akhirnya meninggal dunia.

Di usianya nan ke delapan belas tahun, telah banyak ilmu dari hasil membaca di perpustakan Raja Nuh Ibn Mansyur nan tak semua orang mempunyai kesempatan seperti dirinya tersebut. Semua buku ia baca, termasuk kedokteran nan dipadukan dengan pemikiran filsafat sehingga ia mampu menguasai dua term nan berbeda itu: filsafat kedokteran.

Kehidupan Ibnu Sina nan lekat dengan istana banyak memberinya kesempatan buat menulis buku. Sebabnya, ia pun begitu sibuk dengan aktifitas menulis dan membaca sehingga lahirlah Qanun dalam bidang kedokteran atau menulis eksiklopedia filsafatnya nan kemudian ia beri nama kitab al-Syifa’.

Kesibukannya di pentas politik di istana Mansur, raja dinasti Samani, juga kedudukannya sebagai menteri di pemerintahan Abu Tahir Syamsud Daulah Deilami dan konflik politik nan terjadi dampak kudeta antara kelompok bangsawan, tak mengurangi aktivitas keilmuan Ibnu Sina.

Disaat bepergian jauh pun kegiatan menulis tidak pernah ditinggalkannya. Sampai ia dipenjara sebab sentimen politik selama beberapa bulan di penjara Tajul Muk, penguasa Hamedan, Ibnu Sina masih tidak berkurang hasratnya buat menuangkan berbagai pikirannya dalam bentuk buku atau risalah. Saat berada di dalam penjara, Ibnu Sina menyibukkan diri dengan menggubah bait-bait syair, atau menulis perenungan agamanya dengan metode nan indah.



Karya-Karya

Dari sekian banyak bukunya, kitab al-Syifa’ dalam filsafat dan al-Qanun dalam bidang kedokteran merupakan karyanya nan tidak pernah lekang ditelan massa. Khususnya kitab al-Qanun nan berisi kaidah-kaidah kedokteran dalam rentang waktu sangat lama menjadi acum ilmu kedokteran di berbagai belahan dunia. Kitab tersebut merupakan acum paling otentik nan berisi mengenai dasar-dasar ilmu kedokteran, berbagai jenis obat-obatan dan ragam penyakit ketika itu.

Al-Syifa’ ditulis dalam 18 jilid nan membahas ilmu filsafat, mantiq, matematika, ilmu alam dan ilahiyyat. Mantiq al-Syifa’ saat ini dikenal sebagai buku nan paling otentik dalam ilmu mantiq islami, sementara pembahasan ilmu alam dan ilahiyyat dari kitab al-Syifa’ sampai saat ini juga masih menjadi bahan telaah.

Al-Qanun telah diterjemahkan ke berbgai bahasa global dan dipakai di Eropa seperti Inggris, Jerman dan Prancis. Didalamnya juga membahas perpadaun pengobatan tradisional purba dan metode pengobatan secara Islam.

Dalam ilmu kedokteran, kitab Al-Qanun tulisan Ibnu Sina selama beberapa abad menjadi kitab acum primer dan paling otentik. Kitab ini mengupas kaedah-kaedah generik ilmu kedokteran, obat-obatan dan berbagai macam penyakit. Seiring dengan kebangkitan gerakan penerjemahan pada abad ke-12 masehi.

Filsafat kedokteran Ibnu Sina mampu memadukan teorema-teorema generik dalam kerangka pemikiran secara islami, dimana penguatan etika dan moralitas dalam pengobatan, bahan-bahan obat nan digunakan, serta tujuan sosial dari dilakukannya upaya pengobatan.

Ibnu juga memiliki peran besar dalam mengembangkan berbagai bidang keilmuan. Beliau menerjemahkan karya Aqlides dan menjalankan observatorium buat ilmu perbintangan. Dalam masalah energi Ibnu Sina memberikan hasil penelitiannya akan masalah ruangan hampa, cahaya dan panas kepada khazanah keilmuan dunia.

Dikatakan bahwa Ibnu Sina memiliki karya tulis nan dalam bahasa latin berjudul De Conglutineation Lagibum. Dalam salah bab karya tulis ini, Ibnu Sina membahas tentang asal nama gunung-gunung. Pembahasan ini sungguh menarik.

Di sana Ibnu Sina mengatakan, “Kemungkinan gunung tercipta sebab dua penyebab. Pertama menggelembungnya kulit luar bumi dan ini terjadi lantaran goncangan hebat gempa. Kedua sebab proses air nan mencari jalan buat mengalir. Proses mengakibatkan munculnya lembah-lembah bersama dan melahirkan penggelembungan pada permukaan bumi.

Sebab sebagian permukaan bumi keras dan sebagian lagi lunak. Angin juga berperan dengan meniup sebagian dan meninggalkan sebagian pada tempatnya. Ini ialah penyebab munculnya gundukan di kulit luar bumi.”

Ibnu Sina dengan kekuatan logikanya -sehingga dalam banyak hal mengikuti teori matematika bahkan dalam kedokteran dan proses pengobatan- dikenal pula sebagai filosof tidak tertandingi. Menurutnya, seseorang baru diakui sebagai ilmuan, jika ia menguasai filsafat secara sempurna. Ibnu Sina sangat cermat dalam mempelajari pandangan-pandangan Aristoteles di bidang filsafat.

Ketika menceritakan pengalamannya mempelajari pemikiran Aristoteles, Ibnu Sina mengaku bahwa beliau membaca kitab Metafisika karya Aristoteles sebanyak 40 kali. Beliau menguasai maksud dari kitab itu secara paripurna setelah membaca syarah atau klarifikasi ‘metafisika Aristoteles’ nan ditulis oleh Farabi, filosof muslim sebelumnya.

Dalam filsafat, kehidupan Abu Ali Ibnu Sina mengalami dua periode nan penting. Periode pertama ialah periode ketika beliau mengikuti faham filsafat paripatetik. Pada periode ini, Ibnu Sina dikenal sebagai penerjemah pemikiran Aristoteles. Periode kedua ialah periode ketika Ibnu Sina menarik diri dari faham paripatetik dan seperti nan dikatakannya sendiri cenderung kepada pemikiran iluminasi.

Berkat jajak dan studi filsafat nan dilakukan para filosof sebelumnya semisal Al-Kindi dan Farabi, Ibnu Sina sukses menyusun sistem filsafat islam nan terkoordinasi dengan rapi. Pekerjaan besar nan dilakukan Ibnu Sina ialah menjawab berbagai persoalan filsafat nan tidak terjawab sebelumnya.

Pengaruh pemikiran filsafat Ibnu Sina seperti karya pemikiran dan telaahnya di bidang kedokteran tak hanya tertuju pada global Islam tetapi juga merambah Eropa. Albertos Magnus, ilmuan asal Jerman dari genre Dominique nan hayati antara tahun 1200-1280 Masehi ialah orang Eropa pertama nan menulis klarifikasi lengkap tentang filsafat Aristoteles.

Ia dikenal sebagai pioner primer pemikiran Aristoteles Kristen. Dialah nan mengawinkan global Kristen dengan pemikiran Aristoteles. Dia mengenal pandangan dan pemikiran filosof besar Yunani itu dari buku-buku Ibnu Sina. Filsafat metafisika Ibnu Sina ialah kompendium dari tema-tema filosofis nan kebenarannya diakui dua abad setelahnya oleh para pemikir Barat.

Ibnu Sina mati pada tahun 428 hijriyah pada usia 58 tahun. Beliau pergi setelah menyumbangkan banyak hal kepada khazanah keilmuan umat manusia dan namanya akan selalu dikenang sepanjang sejarah. Ibnu Sina ialah contoh dari peradaban besar Iran di zamannya.

Dengan filsafat kedokterannya tersebut, Ibnu Sina tidak sebatas memberikan penanganan pengobatan juga melakuka syiar dakwah. Semoga kita semua dapat meniru langkah apa saja nan dilakukan Ibnu Sina tersebut.