Ramalan Primbon

Ramalan Primbon

Ramalan Jawa Antik banyak dikaitkan memiliki interaksi dengan beberapa kenyataan nan terjadi di Indonesia pada akhir-akhir ini. Salah satu ramalan nan dijadikan acuan ialah ramalan Joyoboyo, melalui Kitab Musararnya. Dalam kitab tersebut, Joyoboyo menulis syair nan berisi pesan kehidupan nan bagi sebagian orang kini dipercaya kebenarannya.



Siapa Joyoboyo?

Joyoboyo ialah seorang Raja di Kerajaan Kediri. Banyak nan mempercayai Joyoboyo ialah manusia nan mendapatkan titisan Betara Wishnu. Hal ini sebab kesaktian Joyoboyo nan mampu melihat sesuatu nan belum terjadi.

Joyoboyo memiliki nama lengkap Sang Mapanji Jayabaya Sri Dharmaishwara Madhusudama Wartamindita. Di bawah pemerintahannya, Kediri mencapai puncak kejayaan. Salah satunya ditandai dengan keberhasilannya menaklukkan Kerajaan Jenggala.

Dalam ramalan jawa antik itu, Joyoboyo menulis tentang sifat-sifat manusia nan dapat berpotensi merusak bumi. Seperti dalam bait ke 141, Joyoboyo menulis tentang kisah banjir banding nan terjadi di mana-mana dan kenyataan gunung nan meletus tanpa ada tanda-tanda. Kisah banjir banding di berbagai daerah, serta meletusnya Gunung Sinabung setelah sekian ratus tahun tak aktif, dikaitkan dengan ramalan Joyoboyo tersebut.

Pecahnya Jawa menjadi dua bagian, juga dipercaya sudah diramalkan oleh Joyoboyo. Meski banyak orang menafsirkan, pecahnya Jawa ialah sebuah simbolisasi dari pecahnya dua kraton, yakni Surakarta dan Yogyakarta. Namun, sebagian lagi masih mempercayai bahwa suatu saat, tanah Jawa akan terpisah menjadi dua bagian.

Manakala gempa Yogyakarta pada 26 Mei 2006 terjadi dan menciptakan retakan memanjang, banyak nan percaya itu ialah awal dari proses pecahnya tanah Jawa. Tentang kebenaran dari semua ramalan tersebut, tentu semua pihak dapat berpegang pada keyaknan masing-masing.

Namun, ada pihak nan meragukan bahwa ramalan dalam Kitab Musarar ialah hasil karya Joyoboyo sendiri. Sebab, dalam kitab Musarar, bahasa nan digunakan ialah jenis ragam bahasa Jawa baru. Sementara, ketika Joyoboyo berkuasa, bahasa nan digunakan pada masa itu ialah bahasa Jawa kuno.

Inti dari ramalan itu ialah semacam ada prediksi bahwa kelak setelah 500 tahun sejak keruntuhan kerajaan Majapahit oleh kekuatan Islam (Demak), kekuatan (keyakinan) agama Budha akan bangkit kembali mewarnai kehidupan orang Jawa.

Ada dugaan bahwa nan menulis ramalan itu ialah orang Jawa penganut agama Budha nan hayati setelah era Demak nan merasa sakit hati atas perluasan Islam nan meruntuhkan Majapahit termasuk meruntuhkan eksistensi agama Budha dan Hindu.



Ramalan Primbon

Selain ramalan Joyoboyo, nan merupakan ramalan Jawa Kuno , ada istilah ramalan prombon nan sampai sekarang masih dipercayai oleh sebagian masyarakat Indonesia.

Sejak ratusan tahun lalu para leluhur senantiasa memandang kejadian alam tidak sekadar kejadian alam, melainkan ada makna di balik kejadian itu. Kelahiran, kematian, jodoh, rejeki, dan karier seseorang pun diberi tanda-tanda eksklusif oleh alam.

Khusus buat leluhur nan berasal dari tanah Jawa, primbon menjadi sebuah kumpulan nan dipercaya. Ramalan primbon pada akhirnya menjadi salah satu hal nan juga cukup sering dijadikan acuan.

Pandangan-pandangan semacam inilah nan menjadi dasar ramalan. Bila leluhur kita punya sistem primbon, leluhur orang barat punya sistem zodiak atau horoscope . Sama-sama ramalam. Akan halnya primbon jodoh, memuat gejala-gejala, tanda, dan ramalam tentang jodoh seseorang.

Secara etimologi, primbon itu berarti kitab. Kitab nan berisi ramalan masa depan atau karakter-karakter orang, juga memuat pandangan-pandangan psikologi Jawa nan dapat dijadikan pegangan buat mawas diri.

Namun, sayang manusia modern Indonesia sudah menganggap kitab primbon sebagai buku mainan. Mungkin ada nan percaya, tetapi nan tak percaya jauh lebih banyak.

Padahal, jika ditinjau dari historis-psikologis, orang zaman dahulu lebih bermoral dibandingkan orang-orang zaman sekarang. Masyarakat zaman dahulu masih percaya dengan hal-hal tabu atau pamali.

Manusia sekarang sudah sangat sporadis nan percaya dengan tabu atau pamali. Sehingga, semua ditabrak dengan alasan modernisasi. Namun, mereka tidak memberikan sumbangsih apa-apa buat global modern. Bangsa Indonesia ialah bangsa nan konsumtif dan latah dengan budaya asing.

Mereka dengan lantang berbicara, kita harus mengikis tradisi lama, seperti percaya dengan hal-hal mistis, salah satunya Primbon, sebab itu bagian dari kebodohan bangsa. Padahal, dari percaya hal-hal mistis, kita bisa banyak belajar, salah satunya ialah mawas diri. Dan, kitab primbon dapat kita jadikan acuan buat mawas diri.

Dalam kitab primbon, banyak diungkap asa buat mengangkat mawas dari dari taraf moralisme mengenai konduite manusia. Namun, perubahan zaman telah membawa perubahan fungsi kitab primbon, nan mungkin dulu dianggap kitab suci, sekarang telah menjadi buku mainan.

Hal ini tebukti dari banyaknya primbon-primbon palsu nan dijual dengan isi ramalan nan asal-asalan. Malah, banyak situs internet nan membuka web tentang primbon nan berisi global setan. Seolah, primbon ialah kitab tentang mistis dan mengundang kemusyrikan. Jadi, bagaimana mungkin orang dapat percaya dengan primbon jika hasil nan tanyakan pada primbon dijawab dengan asal-asalan?

Kitab primbon nan sebenarnya biasanya ditulis oleh orang-orang pakar tirakat. Mereka nan mempunyai pandangan jiwa jauh ke depan. Kitab primbon biasa berisi tentang mimpi, tentang weton, tantang jodoh, tentang karier, tentang rezeki, tentang karakter manusia, atau tentang apa pun nan berkaitan dengan moralisme. Sebagaimana orang Jawa menyebutnya, kitab primbon ialah kitab mawas diri.

Mawas diri telah menjadi bagian dari akal sehat masyarakat Jawa buat masa nan lama. Dalam kepustakaan kebatinan, istilah primbon dikenal sangat luas. Misalnya, menyatakan adanya tingkatan-tingkatan kualitas pengkajian diri.

  1. Nanding sarira , seseorang membanding-bandingan dirinya dengan orang lain dan mendaptkan dirinya lebih unggul.
  1. Ngukur sarira , seseorang mengukur orang lain dengan dirinya sebagai tolok ukur.
  1. Tepa sarira , seseorang mau dan merasakan perasaan orang lain
  1. Mawas diri , seseorang mencoba memahami keadaan dirinya dengan sejujur-jujurnya
  1. Mulat sarira , lebih dari mawas diri di mana menusia menemukan identitasnya nan terdalam sebagai pribadi.

Lima unsur buat menentukan jati diri dapat di lihat dari kitab primbon. Tentunya primbon nan dibuat oleh orang-orang pakar tirakat, bukan primbon nan dibuat orang-orang modern nan sudah banyak terkontaminasi budaya dusta.

Primbon sendiri merupakan kepercayaan nan kuat mengakar pada tradisi masyarakat di suatu wilayah eksklusif nan terus menerus dipercaya hingga turun temurun. Sedangkan, menurut beberapa pakar metafisika, primbon ialah semacam ramalan nan berdasarkan pada sesuatu di luar hal-hal fisik, seperti makhluk mistik nan tidak kasat mata.

Dasarnya ialah ilmu metafisika nan menurut Andronicus, filsuf pada 70 SM, saat membereskan karya-karya Aristoteles menemukan bidang di luar ilmu fisika atau disiplin ilmu lain dan di luar logika manusia. Dari sana, ia dapat memprediksi peristiwa nan akan terjadi sinkron hari dan waktu tertentu.

Lalu, di mana kita menemukan primbon nan asli? Silakan Anda menemui para pakar tirakat nan akan membimbing pada jalan di mana Anda menemukan jati diri. Apakah percaya atau tidak, hal ini merupakan sebuah ramalan saja. Pada zaman sekarang ini, meskipun kemajuan teknologi berkembang pesat, tapi ada beberapa orang nan masih percaya terhadap ramalan.

Hal tersebut memang sudah ada sejak zaman dahulu, terutama di Indonesia. Kepercayaan mengenai ramalan atau hal-hal nan ghaib merupakan seuah kepercayaan masyarakat Indonesia.

Kepercayaan animisme dan dinamisme merupakan sebuah agama nan dianut oleh masyarakat Indonesia sebelum datangnya agama atau kepercayaan lain, seperti Hindu, Budha, Kristen, dan Islam.

Ambil nilai positif nan tercantum di dalam primbon sebagai mawas diri kita. Kitab Primbon ini apakah terus berkembang didalam ilmu metafisika atau apakah akan hilang seiiring perkembangan zaman?

Itu tergantung pada masyarakat Indonesia, apakah masih mempercayai kitab primbon ini sebagai sebuah ramalan atau tidak. Karena perkembangan zaman semakin canggih, sehingga membuat cara berpikir manusia pun semakin modern.

Mungkin saja kitab primbon ini masih bisa dilihat dan dinikmati oleh masyarakat Indonesia, tapi bukan sebagai kepercayaan, hanya sebagai ilmu pengetahuan di bidang metafisika saja.

Perkembangan agama nan masuk dan perkembangan teknologi di Indonesia, menjadikan masyarakat Indonesia berpikir lebih modern dan menggunakan logikanya. Akan tetapi, tetap masih ada masyarakat nan percaya akan hal-hal nan ghaib seperti ramalan Jawa kuno tersebut. Semoga informasi tersebut menambah wawasan Anda di bidang ilmu metafisika.