Pantun Agama: Cinta kepada Nabi

Pantun Agama: Cinta kepada Nabi

Pantun itu banyak jenisnya. Pantun agama merupakan salah satu genre dari berbagai jenis pantun nan ada, seperti pantun jenaka, pantun remaja, pantun teka-teki, dan lainnya sebagainya.

Pantun merupakan bagian dari kesusastraan nusantara. Dalam pantun terkandung jiwa seni, kebijaksanaan, budi bahasa maupun canda. Ia juga sarat dengan perumpamaan, nan diucapkan buat menyampaikan maksud dengan bahasa nan latif dan tak menggurui.

Pantun agama merupakan pantun nan berisi pedagogi tentang akidah, ketuhanan, pahala, dosa, serta ketaatan kepada Yang Mahakuasa. Ia memiliki fungsi buat menyebarkan ajaran dan nasihat Islam dengan kesenian. Ia diharapkan mampu menerobos relung-relung jiwa umat Islam. Sebab, hati manusia terkadang baru dapat meresapi makna agama dengan jalan perumpamaan, anekdot, ataupun canda nan terdapat dalam seni.

Pantun merupakan karya klasik nusantara nan disampaikan turun temurun secara lisan. Pantun sangat inheren dan merupakan bukti diri bangsa Melayu. Pantun tentang agama ialah nasihat dan tunjuk ajar nan biasanya disampaikan orang-orang tua kepada anak-anak dan masyarakatnya.

Kandungan makna nan terdapat pada pantun agama merupakan bentuk keterkaitan dan kekentalan masyarakat dengan perbedaan makna keislaman. Ajaran Islam ialah inspirasi bagi mereka dalam merajut kata-kata nan dituangkan dalam bentuk pantun nan indah.



Pantun Agama: Taat kepada Allah

(1)

Pohon tinggi dapat dipanjat

Rambutan diambil memakai galah

Kalau tuan mau selamat

Taat selalu perintah Allah

(2)

Hidup penuh dengan taat

Mari mampir di taman surga

kalau badan merasa kuat

Silahkan coba azab neraka

Kosa kata dalam pantun tersebut memang sangat sederhana. Begitu juga dengan nasihat di dalamnya nan sebenarnya sering kita dengar. Namun, nasihat tersebut menjadi berbeda ketika kata-kata di dalamnya disampaikan dengan struktur bahasa nan terpola dan beirama. Dengan begitu, susunan kata tersebut memiliki daya pikat dan estetika tersendiri bagi pendengar.

Ide pokok pantun agama pertama ialah nasihat buat taat kepada Allah. Karena memang Allah-lah satu-satunya jalan menuju keselamatan. Nasihat itu disampaikan dengan estetika bahasa. Estetika ini diharap mampu menyentuh akal dan sanubari seseorang.

Pada pantun kedua, bait pertama dan kedua terkait erat dengan ganjaran nan diberikan Allah bagi orang nan taat kepada-Nya. Pun begitu dengan bait ketiga dan keempat. Namun, baik-bait terakhir disampaikan dengan gaya tantangan: kalau badan merasa kuat, silahkan coba azab neraka .

Gaya tantangan tersebut mengajak pikiran buat merenungi dampak nan akan diterima orang nan jauh dari ketaatan. Anda boleh tak taat, tapi apakah badan Anda sanggup merasakan azab neraka, begitulah makna nan hendak disampaikannya.

Isi holistik pantun tersebut ialah bahwa manusia bebas memilih jalan hidupnya Namun, mesti diingat bahwa setiap pilihan akan mendapatkan ganjaran masing-masing. Ingin surga, mari taat. Jika tidak, rasakan azab neraka.



Pantun Agama: Cinta Ilmu

(3)

Indah langit berwarna biru

Anak dara makan ketupat

Hidup mulia dengan ilmu

Dapat global bisa akhirat

(4)

Hari raya menyambut tamu

Itu tradisi sepanjang masa

Bila diri kosong ilmu

Rusak agama bangsa binasa

Kebahagian global dan akhirat tak lepas dari ilmu. Karena dengan pengetahuan, seseorang akan mengetahui mana nan baik dan mana nan buruk. Dan dengan itu pula manusia mampu mengelola kehidupan dunianya, serta memahami jalan menuju akhirat.

Pantun tersebut memiliki makna nan dalam. Mengajarkan kita buat hayati mulia dengan ilmu. Sebab, ilmu bisa mengubah seseorang nan hina menjadi terhormat, rendah menjadi berperadaban.

Lirik bait: dapat global bisa akhirat , merupakan ajaran nan diambil dari sabda Rasulullah saw bahwa orang nan menginginkan dunia, akhirat, atau keduanya, hendaklah ia berilmu. Namun, sabda Nabi Muhammad ini dipolabahasakan dengan bahasa pantun nan menawan.

Pantun keempat merupakan kelanjutan dari pantun sebelumnya. Kalau pantun ketiga menyatakan manfaat dan fungsi ilmu pengetahuan, pantun setelahnya menyatakan akibat dari ketiadaan ilmu.

Pantun agama tentang ilmu itu begitu tepat dan jeli dalam menggambarkan akibat ketiadaan ilmu pada diri seseorang. Bukan main-main, tanpa ilmu, agama dan bangsa bisa binasa. Fenomena hayati menunjukkan itu semua kepada kita.

Orang nan tak memiliki ilmu akan mudah melenceng dari tuntunan agama. Shalat, puasa, haji, dan ibadah-ibadah baru sahih jika kita memahami tata cara pelaksanaannya. Belum lagi masalah-masalah agama nan lebih dalam lainnya nan lebih membutuhkan keilmuan mendalam tersendiri. Kebodohan akan membuat orang mudah “ ngelantur ” ketika memperbincangkan persoalan-persoalan agama.

Begitu juga dengan bangsa. Kita lihat saja, bangsa-bangsa nan terjajah merupakan bangsa nan tak menguasai ilmu pengetahuan. Tidak perlu jauh-jauh, bangsa kita bisa dijajah sebab kita tak dapat mengelola diri sendiri. Alias tak punya ilmu. Pahitnya, bagaimana dapat negara kecil Belanda mampu menguasai Indonesia nan besar.

Seperti itulah tragedi ketiadaan ilmu sehingga kita mudah dibodohi dan tidak mampu membela diri. Sahih kata Imam Syafi’i dalam sebuah syairnya, " Bangsa nan memiliki ilmu, maka bangsa itu ialah bangsa nan besar. Dan bangsa nan tak mempunyai ilmu, sebenarnya bangsa itu ialah kecil ."

Pantun agama tersebut menekankan kepada kita akan pentingnya ilmu pengetahuan. Kita diminta buat terus mengisi dan menghiasi diri dengan ilmu. Jika tidak, dampaknya sangat hebat, yaitu agama rusak dan bangsa pun binasa.



Pantun Agama: Cinta kepada Nabi

(5)

Bunga warah merah pekat

Raihlah mimpi dengan tekad

Kalau hayati hendak selamat

Ikuti petunjuk Nabi Muhammad

(6)

Berteman jangan mudah marah

Bersabar bukan berarti kalah

Jalan mulia hayati cerah

Jangan ingkari sabda Rasulullah

Setiap kaum muslimin wajib taat kepada Rasulullah saw. Sebab, beliau merupakan jalan menuju keselamatan global dan akhirat. Tanpa beliau, kita tak akan dapat menuju Allah Swt. Pantun agama tersebut menekankan kembali akan kewajiban kita buat mengikuti petunjuk Nabi Muhammad saw.

Nabi Muhammad saw tak meninggalkan kekayaan., tapi beliau meninggalkan dua pusaka nan akan mengantarkan kita kepada keselamatan dan kebahagiaan dunia-akhirat. Pusaka itu ialah al-Quran dan sunnah nabi. Kedua pusaka agung ini dapat bermanfaat jika kita mengikuti petunjuk-petunjuk di dalamnya.

Sunnah ialah seluruh ucapan, perbuatan, ketetapan, dan persetujuan Rasulullah saw. Fungsinya sebagai sumber dan tuntunan hidup. Sunnah mengandung ajaran dan manhaj (tuntunan) hidup. Mengikuti pentunjuk Nabi dalam pantun agama tersebut ialah dengan cara mengikuti sunnah nabi. Mengabaikannya merupakan pengabaian terhadap agama Islam sendiri.

Beriman kepada Rasul nan merupakan satu di antara rukun Iman memiliki konsekuensi kewajiban mengikuti perintah Rasulullah saw. Syahadat nan kita ucapkan, "... dan saya bersaksi bahwa Muhammad ialah utusan Allah ,” merupakan ikrar kita buat senantiasa mengikuti jalan dan bimbingan Rasulullah saw. Penegasan keselamatan hayati dengan mengikuti petunjuk Nabi, dalam pantun agama tersebut merupakan sebuah nasihat krusial bagi kaum muslimin.

Pantun agama ialah nasihat. Nasihat disampaikan dengan gaya menghibur dan penuh keindahan. Dalam bait-bait terakhir, pesan nan disampaikan ialah mencapai hayati mulia dan cerah caranya tak boleh mengabaikan petunjuk Nabi. Sebab, beliau ialah teladan agung.

Kata-kata dan perbuatan Rasulullah saw senantiasa dibimbing langsung oleh Allah Swt. Mengingkari Rasulullah berarti mengingkari Allah juga. Dalam surah Ali Imran Allah berfirman, “Katakanlah: jika kamu mencintai Allah, ikutilah saya (Muhammad), pasti Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu…."

Pantun agama ialah sastra lisan nan diambil dan disarikan dari ajaran-ajaran Islam. Dua pantun agama tersebut terinspirasi dari al-Quran dan sunnah. Lalu pantun membahasakannya dengan pola irama dan gaya tertentu.