Jenis Citraan

Jenis Citraan

Tahukah Anda bagaimana contoh citraan dalam puisi ? Puisi merupakan sebuah karya seni dalam bidang tulisan nan menggambarkan suatu peristiwa, perasaan, ilustrasi atau cerita secara implisit oleh sang pembuat puisi. Indonesia memiliki banyak artis puisi nan cukup dikenal baik di Indonesia sendiri maupun merambah ke global internasional. Sebut saja Chairil Anwar, Taufik Ismail, Asrul Sani dan W.S. Rendra nan dikenal melalui karya–karyanya hingga sekarang, dan masih banyak lagi penyair puisi nan dikenal di global sastra.

Keunikan membaca sebuah puisi ialah pembaca diminta buat menafsirkan makna dari puisi nan disuguhkan oleh penyair (seniman puisi). Mungkin tak mudah buat membaca jalan pikiran artis pembuat puisi dan mengira -ira isi nan terkandung dalam puisi buatannya. Namun hal tersebut laiknya teka teki bagi pembaca.

Seniman membuat puisi buat mengutarakan maksudnya, sebab mungkin saja buat berceloteh secara denotasi dan pemahaman secara harfiah terlalu mudah atau bahkan terlalu sulit bagi mereka. Dengan puisi, dapat jadi mereka lebih lugas menyampaikan ide, pemikiran dan uraian mengenai sesuatu. Hanya saja, tak sedikit nan kesulitan menafsirkan isi puisi. Satu puisi bisa ditafsir secara berbeda oleh dua orang pembaca.

Proses buat mengetahui isi puisi nan tersirat, nan pertama mengetahui citraan dalam puisi. Citraan dalam puisi bermakna penggambaran atau khayalan nan menimbulkan kesan spesifik dalam pikiran dan juga penginderaan nan berhubungan dengan suatu peristiwa atau keadaan eksklusif dari seorang penyair puisi dengan kata-kata nan khas nan bisa ditangkap oleh indera baik nan bersifat kejiwaan maupun bersifat metafora.

Imaginasi dalam pikiran ini diwujudkan dalam bentuk objek kebendaan nan disifati oleh penuturan bahasa pada puisi. Ada dua cara buat mengetahui citraan puisi. Pertama dari sisi pembaca. Pembaca menelurkan apa nan dibaca dalam bentuk keadaan nan tertangkap oleh indera dari susunan kata pada puisi.

Cara kedua ialah dari sisi penyair puisi, rangkaian kata nan dibuat dimaksudkan sebagai bagian dari komunikasi nan latif (estetika) oleh penyair kepada pembaca dalam menerangkan maksud hatinya. Masing-masing dari cara tersebut bisa digabung menjadi satu cara pemahaman penafsiran puisi. Masing-masing penyair memiliki cara tersendiri mengutarakan maksudnya dalam bentuk rangkaian kata dalam puisi.



Jenis Citraan

Berikut ialah jenis-jenis dan contoh citraan dalam puisi nan telah dikenal:

1. Visual Imagery (Citraan Penglihatan)
Citraan puisi dihasilkan oleh indera. Pada citraan penglihatan, gambaran dibentuk oleh indera penglihatan, sehingga seolah – olah pembaca melihat hal nan tak terlihat di dalam puisi. Jenis citraan ini nan paling sering digunakan dalam puisi.
Contoh citraan ini sebagai berikut:

a. ... antara jingga dan merah
surya hendak turun
pergi ke sarangnya (Elang bahari karya Asrul Sani)

Penggambaran (citra) puisi dari jenis penglihatan bisa diperhatikan contoh puisi di atas, yakni pada kata antara jingga dan merah. Di sini seolah-olah pembaca mampu melihat seberkas rona jingga dan merah dari rona mega langit .

b. Waktu masih kanak kanak

Kau membuat bahtera kertas
dan kau layarkan di tepi kali
alirnya sangat tenang (Perahu kertas karya Sapardi Joko Darmono)

Citraan penglihatan nan disampaikan penyair ada pada kata ‘kau membuat bahtera kertas’ dan ‘alirnya sangat tenang’. Pembaca diajak membayangkan dan memikirkan seolah-olah melihat seseorang membuat bahtera kertas dan melihat genre arus sungai nan tenang.

c. Kulihat sekelebat bayang menjauh
di antara rerumputan ilalang

Begitu pula potongan puisi nan ketiga nan menyebutkan seolah – olah pembaca melihat bayangan nan hilang di antara ilalang.

2. Auditory Imagery (Citraan Pendengaran)

Citraan ini berkaitan dengan indera pendengaran. Puisi nan dibaca seolah – olah menggiring pembaca buat membuat kesan mendengarkan sesuatu. Citraan ini dibentuk dengan menguraikan isi puisi misal dengan nada lagu, tembang, suara dan sebagainya.

Contoh citraan dalam puisi ini sebagai berikut:
a. ... Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh saya (Sajak Putih karya Chairil Anwar)

Pembaca diajak penyair buat meresapi adanya lagu nan ditembangkan dan memberikan kesan pendengaran terhadap puisi nan dibaca

b. Maka menangislah keras-keras ruh bayi itu
Kedua tangannya nan alit itu seperti kejang-kejang
... (Penerbangan Terakhir karya Taufk Ismail)

Kalimat ‘menangis keras – keras tentu dimaknai bahwa ada seorang nan sedang menangis dan terdengar oleh pembaca. Hal tersebut ialah citraan nan ingin dibangun penyair kepada pembaca.

c. Desing rentetan peluru menyeruak sepi
Memecah dalam – dalam sang fajar

Termasuk pula pola dari puisi ketiga, seolah pembaca mendengar suara peluru nan berdesing.

3. Tactile Imagery (Citraan Perabaan)

Jenis citraan ini disampaikan oleh penyair seolah-olah pembaca merasakan keadaan dengan indera perabanya (kulit). Pembaca seolah menggunakan indera perabanya buat merasakan keadaan dalam puisi nan mungkin berupa sifat kasar suatu benda (halus dan kasar) atau perubahan suhu benda (panas dan dingin).
Contoh citraan dalam puisi ialah beternak berikut:

a. Sembari jari – jari galak di gitarnya
Mencakar dan mencakar
Menggaruki rasa gatal di sukmanya (Blues buat Bonie karya W.S. Rendra)

Kata cakar dan garuk menggiring pembaca merasakan keadaan indera perabanya nan merasakan keadaan tersebut.

b. ... Memeluk sakti
Patung batu (Candi karya Sitor Situmoran)

Memeluk juga merupakan kata nan bisa mewakili perasaan indera peraba pada puisi di atas

c. Sekasar sang angin
Ketika membelaimu perlahan

Puisi ketiga juga sama, kata kasar dan belai ialah gerakan nan dilakukan oleh indera peraba.

4. Olfactory Imagery (Citraan Penciuman)
Untuk citraan ini, tentu saja indera nan bekerja ialah penciuman. Jadi pembaca seolah mencium sesuatu nan ditampilkan oleh penyair dalam puisinya.

Contohnya ialah sebagai berikut:

a. ... Bau parfummu nan memabukkan
Tiba – tiba menyelinap lewat pintu kamar mandi
... (Menjadi Penyair Lagi karya Acep Zamzam Noor)

Bau parfum disampaikan oleh penyair agar pembaca seolah-olah empati bau tersebut terhadap indera penciumannya.

b. Senja nan basah meredakan hutan terbakar

Kelelawar datang dari langit kelabu tua
Bau mesiu di udara, bau mayat dan kotoran kuda (Pemandangan Senjakala karya W.S. Rendra)

Pada potongan puisi di atas, ada dua gambaran nan ingin dibentuk oleh penyair. Citraan penglihatan pada kata ‘hutan terbakar’ dan ‘langit kelabu tua’ dan juga citraan penciuman nan dibangun pada kata ‘bau mesiu, bau mayat dan kotoran kuda’.

c. Sesak menyeruak tenggorokan
Kepulan asap busuk menyinggung jari jemari

Pada kasus nan ketiga, indera penciuman dibangun buat merasakan pada kata ‘sesak’ dan ‘busuk’

5. Gustatory Imagery (Citraan Pengecapan)
Pada bagian ini, gambaran nan dibentuk ditelaah oleh indera pengecap, sehingga indera pengecapan pembaca seolah – olah merasakan sebuah rasa nan ditampilan dalam puisi.

Contoh citraan ini ialah sebagai berikut:

a. Hari mengembang dan bercahaya
yang ada hanya sorga. Neraka
adalah rasa getir di mulut
Waktu bangun pagi (Pembicaraan karya Subagio Sastrowardoyo)

Kata getir membangun artian bahwa pembaca merasakan rasa getir oleh indera pengecapan nan disiratkan oleh puisi di atas.

b. Dan kini ia lari kerna bini bau melati
Lezat ludahnya air kelapa (Ballada Kasan dan Patima karya W.S. Rendra)

Kata lezat membangun gambaran nan dinilai oleh indera peraba dari pembaca.

c. Rasa asam dari segala celoteh
Memaksa tenggelam dalam penat

Bentuk puisi ketiga juga demikian halnya puisi pertama dan kedua.

6. Kinaesthetic Imagery (Citraan Gerak)
Citraan nan terakhir ialah citraan puisi nan ditimbulkan oleh gerakan tubuh , seolah pembaca melakukan gerakan tersebut.

Contohnya:

a. ... Bulan bulan di atasnya
Menceburkan dirinya ke kolam
Membasuh luka –lukanya (Sarangan karya Abdulhadi)

Kata ‘menceburkan’ dan ‘membasuh’ ialah gambaran nan terbentuk dari kesan gerakan. Penyair menyiratkan hal tersebut sehingga seolah – olah pembaca melakukan gerakan tersebut.

b. ... Kemanakah lari mencari barah
Ketika bara hati padam tidak berarti
Kemanakah pergi
selain mencuci diri (Salju karya Wing Kardjo)

c. Kupukul keras-keras sang waktu
yang memaksaku terlambat

Puisi kedua dan ketiga sama dengan puisi pertama, kata lari, mencuci dan kupukul menceritakan tentang gerakan tubuh.

Demikianlah ulasan seputar contoh citraan dalam puisi. Semoga bermanfaat.