Sandal Crocs lawan Sandal Indonesia

Sandal Crocs lawan Sandal Indonesia

Munculnya sandal Crocs merupakan kenyataan nan terjadi dalam global fashion, khususnya di Indonesia. Pasalnya, hampir seluruh lapisan masyarakat di Indonesia menggandrungi aksesoris tersebut. Berbagai kalangan berlomba-lomba membeli sandal dan sepatu bermerk tersebut, dari mulai KW 1 sampai nan hanya dapat kita dapatkan di pasar kaget.

Dengan adanya model sandal Crocs ini, muncul pula beberapa produk sandal nan bentuknya menyerupai sandal Crocs. Mereka berlomba-lomba menarik pembeli dengan menjual barang-barang atas nama Crocs, serta menjualnya dengan harga nan murah dan terjangkau masyarakat menengah ke bawah.

Sebagian masyarakat membeli sandal Crocs dengan alasan bentuknya nan unik dengan banyak jendela nan memudahkan kulit kaki mendapatkan udara, sedangkan sebagian masyarakat nan lain memilih sandal tersebut dengan alasan prestise.

Alasan pertama bisa dijadikan sebagai surat keterangan bagi produsen produk sandal dan sepatu lainnya. Akan tetapi alasan nan kedua malah menjadikan masyarakat Indonesia semakin tak sadar dengan kondisi perekonomian negara ini. Mereka berlomba-lomba mencari dan mendapatkan sandal Crocs dengan model nan sedang booming dan harga nan murah tanpa memandang seberapa besar penurunan nilai ekonomi nan akan ditimbulkan dari kerja konsumtif mereka.

Sandal Crocs ini menjadi satu bukti bahwa fashion telah menjadi salah satu hal nan memengaruhi budaya massa di Indonesia. Dengan sandal nan oleh salah satu majalah mode di global dianggap sebagai mode terburuk sepanjang tahun 2011 ini, masyarakat Indonesia digiring buat mencari wilayah kemewahan nan semu.

Dengan munculnya sandal Crocs , sandal nan seharusnya menjadi produk pemenuhan kebutuhan papan ini telah beralih fungsi menjadi produk pemenuhan kebutuhan tersier nan secara mitos mampu meningkatkan derajat kehidupan seseorang dalam statusnya sebagai anggota masyarakat.Tidak jarang, orang menganggap kaya terhadap orang lain nan memakai sandal Crocs. Hal tersebut tentu saja tak dibentuk secara tak sengaja sebab selalu ada pihak nan membentuk mitos sehingga lama kelamaan, mitos tersebut berubah menjadi kebenaran semu nan tidak terelakkan.



Sandal Crocs dan Jendela Udara - Mode Terburuk Tahun 2011

Memiliki desain nan berbeda dari jenis desain sandal nan lain, sandal Crocs memilih buat membuat banyak jendela udara pada bagian depan sendal mereka. Akan tetapi, sandal nan ramai dibicarakan ini bahkan tak masuk ke dalam kategori sandal mahal nan memiliki nilai fashion nan tinggi.

Salah satu majalah mode di global mendaulat sandal Crocs sebagai salah satu mode terburuk sepanjang tahun 2011. Sandal Crocs dianggap sebagai sandal dengan mode terburuk sebab bentuknya nan terlalu besar dan memiliki banyak jendela udara sehingga tak terlihat seperti sandal mahal nan eksklusif.

Bahkan saking mudahnya membuat sandal dengan mode seperti itu, tiruan sandal Crocs pun beredar di mana-mana. Dari mulai sandal berlabel Crocs seharga 20 ribu nan ada di pasar-pasar, sampai dengan agen nan spesifik menjual sandal berlabel Crocs dengan harga kisaran 80 sampai 200 ribu rupiah.

Hal ini tak hanya memperlihatkan bahwa masyarakat Indonesia cenderung menggandrungi mode nan mitos passionnya menyebar ke seluruh dunia, tapi juga membuktikan bahwa kemampuan masyarakat Indonesia dalam menganalisis budaya massa nan timbul dari passion sangatlah rendah.

Selain itu, masyarakat Indonesia pun cenderung membeli sandal Crocs dengan harga murah (tentu saja dapat dipastikan nilai keasliannya) walaupun mereka tahu sandal tersebut ialah barang tiruan. Hal ini kebanyakan dilakukan oleh masyarakat Indonesia bukan sebab nilai guna nan dimiliki sandal Crocs tersebut, akan tetapi nilai martabat nan dimunculkan dari pemakaian produk tersier itu.

Sehingga terdapat nilai baru dalam masyarakat bahwa orang nan mengikuti mode zaman sekarang akan memilih sandal Crocs sebagai pilihan alas kaki nan tepat. Dengan kata lain, masyarakat Indonesia secara tak langsung sangat mendukung adanya pembajakan.

Meskipun pada akhirnya pembajakan sandal Crocs ini mampu meningkatkan pandangan hidup kerja masyarakat lokal dalam pembuatan sepatu, tetap saja barang-barang tersebut tak dapat mengganti barang impor nan didatangkan dengan devisa nan tak sedikit.

Dengan mudahnya, masyarakat Indonesia menerima sandal Crocs sebagai mode termahal dan tergaya sepanjang tahun 2011, namun melupakan bagaimana global mode di global mencerca desain sandal tersebut sebagai mode terburuk sepanjang tahun. Alhasil, muncullah isu di kalangan muslim bahwa lambang sandal Crocs merupakan lambang “Allah” nan dibalikkan.

Hal ini cukup mengagetkan sebab hampir setiap fashion nan booming di masyarakat Indonesia selalu menghadirkan isu nan erat kaitannya dengan masalah religius suatu kaum.



Sandal Crocs lawan Sandal Indonesia

Isu perang pemikiran nan ditimbulkan dengan adanya sandal Crocs merebak hampir ke semua kalangan masyarakat Islam nan ada di Indonesia. Bahkan sandal tersebut disinyalir sebagai usaha kaum Yahudi buat merendahkan maratabat kaum Muslim. Akan tetapi, isu sandal Crocs tersebut tak dapat kita percayai begitu saja sebab selalu ada oknum-oknum nan dengan sengaja menghadirkan isu negatif terhadap suatu barang nan sedang booming di suatu kalangan masyarakat.

Sebagai contoh, selain sandal Crocs, Coca Cola pun pernah booming dengan isu bahwa minuman tersebut ialah haram dan sengaja diedarkan oleh kaum kafir demi kekayaan mereka, serta menjatuhkan harkat dan derajat masyarakat Islam di dunia.

Pada saat itu, hampir semua umat Islam percaya bahwa kabar burung tersebut ialah benar. Akan tetapi, tak ada bukti nan kuat akan kebenaran isu nan beredar tersebut sehingga pada akhirnya masyarakat tetap membeli Coca cola sebagai minuman pelepas dahaga mereka.

Begitu juga dengan kenyataan sandal Crocs nan juga menghasilkan isu perang pemikiran ini, sebenarnya bukan hal pertama di Indonesia. Isu tersebut dapat saja dibuat oleh suatu kelompok nan ingin meminimalisasi penggunaan produk luar negeri nan mengancam penurunan nilai ekonomi masyarakat di Indonesia.

Selain itu, isu sandal Crocs tersebut juga sebenarnya dapat dilihat secara positif sebagai jalan buat kembali pada nilai ketimuran masyarakat Indonesia. Bukankah model sandal nan dihasilkan masyarakat tradisional Indonesia juga tak kalah menarik jika dibandingkan dengan sandal Crocs tersebut? Bahkan, sandal batik atau sandal anyam nan diproduksi masyarakat Indonesia banyak digandrungi oleh turis-turis mancanegara di Indonesia.

Dengan begitu, kita tak perlu mahal-mahal membeli sandal Crocs hanya buat mendapatkan kenyamanan atau sebatas gengsi. Dengan sandal nan dibuat secara tradisional oleh masyarakat Indonesia, kita tak perlu merogoh kocek nan dalam sebab harganya nan sudah niscaya sinkron dengan kantong orang Indonesia.

Begitu juga dengan modelnya, sandal-sandal Indonesia pun sudah didesain dengan mode nan tidak kalah menarik jika disaingkan dengan sandal luar negeri, apalagi dengan sandal Crocs nan bahkan pernah diklaim sebagai sandal dengan desain terburuk.

Selain itu, penggunaan barang hasil dalam negeri pun lebih mengangkat nilai budaya negara Indonesia dan mengurangi pengeluaran devisa dan emisis gas saat pengiriman barang berlangsung. Dengan menggunakan sandal Indonesia, kita sekaligus melakukan dua kebaikan buat Indonesia dan satu kebaikan buat dunia.

Jadi, tak ada alasan lagi buat lebih memilih sandal Crocs dibandingkan dengan sandal Indonesia, kan? Setelah mengetahui info di atas, apa kita masih tetap memilih sandal Crocs sebagai alas kaki kita? Atau sandal Indonesia menjadi pilihan nan tepat buat memajukan budaya negeri serta mengurangi pengeluaran devisa negara atas barang-barang impor?