Macam dan Akibat Dari Zat Adiktif dan Psikotropika

Macam dan Akibat Dari Zat Adiktif dan Psikotropika

Zat adiktif dan psikotropika sudah menjadi perhatian sejak lama. Namun banyak nan tak memahami apa arti kedua hal ini. Kedua zat ini sering diasosiaikan dengan penyalahgunaan dan hal negatif. Padahal ternyata ada kegunaan dari kedua zat ini.



Pengertian Zat Adiktif dan Psikotropika

Hampir seluruh zat adiktif merupakan bagian dari psikotropika. Namun tak semua psikotropika menimbulkan imbas sebagaimana zat adiktif. Zat adiktif sendiri merupakan istilah buat berbagai zat nan jika dipakai oleh manusia bisa menimbulkan suatu ketergantungan fisik dan psiologis. Ketergantungan ini sering terjadi dengan sangat kuat dan panjang.

Zat adiktif awalnya hanya berasal dari tumbuh-tumbuhan. Namun akhirnya banyak ditemukann zat adiktif nan berbahan sintetik atau semisintetik nan memiliki khasiat nan sama dengan nan dari tumbuhan. Imbas ini dapat berupa penurunan dan perubahan kesadaran.

Bisa juga berdampak utnuk menghilangkan rasa sakit. Namun semuanya bisa memunculkan imbas ketergantungan bagi penggunanya. Sedangkan psikotropika merupakan obat atau zat nan berasal dari bahan alami atau sintetis tetapi bukan narkoba. Psikotropoka memiliki khasiat psikoaktif. Khasiat ini memberi akibat pada pengaruh selektif di susunan syaraf pusat.

Hal ini bisa memberi perubahan pada mental dan konduite nan khas dari penggunanya. Penggunaan kedua zat ini dapat memberikan imbas nan mirip. Namun zat adiktif lebih dapat memberikan imbas kecanduan bagi penggunanya. Berikut beberapa imbas dan sifat nan dapat ditimbulkan dari penggunaan zat adiktif dan prikotropika:

  1. Zat adiktif dan psikotropika bisa memberi rangsangan pada susunan syaraf pusat. Rangsangan itu bisa membuatnya bekerja lebih aktif. Jika dipakai hiperbola bisa memberikan imbas merusak pada organ tubuh.

Organ tubuh nan diserang antara lain ginjal, hati, paru-paru, dan jantung. Imbas lain nan dapat terjadi dari penggunaan nan kebablasan ialah kemandulan, impotensi, atau kelumpuhan.

  1. Ada juga zat adiktif dan psikotropika nan dapat mengurangi aktifitas kerja dari susunan syaraf pusat. Global kesehatan banyak menggunakan zat jenis ini buat keperluan medis, seperti pasien nan mengalami insomnia.
  1. Penggunaan zat adiktif dan psikotropika ini bisa menimbulkan gejala halusinasi dan daya hayal nan luar biasa bagi penggunanya. Hal ini dapat menyebabkan kebingungan, kegilaan, bahkan dapat berdampak kematian.


Macam dan Akibat Dari Zat Adiktif dan Psikotropika

Banyak hal nan dapat dimasukkan dalam kedua zat ini. Imbas dari masing-masing zat juga berbeda-beda. Memang penyalahgunaan berdampak negatif. Namun ternyata ada beberapa zat adiktif dan psikotropika nan memiliki akibat positif.

Tentu jika penggunaan itu digunakan sebagaimana mestinya dan dengan takaran nan sesuai. Kedua zat ini memiliki akibat nan kadang berbeda. Berdasarkan fungsinya, akibat dari zat-zat ini dapat dibedakan menjadi:

  1. Obat stimulan atau disebut juga obat perangsang. Obat ini berkhasiat buat merangsang sistem syaraf agar pemakainya merasa lebih percaya diri dan awas.
  2. Obat depresan atau disebut juga obat penenang. Obat ini berkhasiat buat menekan sistem syaraf sehingga penggunaya bisa merasa mengantuk dan menurun taraf kesadarannya.
  3. Obat halusinogen memberi akibat buat membelokkan jalan pikiran dan imajinasi dari penggunanya.

Selain itu, kedua zat ini tentu banyak macamnya dan sudah dikenal orang awam sekali pun pernah mendengarnya. Berikut ini beberapa zat nan dimasukkan dalam kedua hal tersebut dan dampak-dampaknya:

Ganja<

Ganja dimasukkan dalam zat adiktif dalam golongan kanabionoid. Ganja sering juga disebut dengan mariyuana. Ganja merupakan narkoba nan terbuat dari daun, biji, bunga, dan rantung muda dari tanaman mariyuana nan dikeringkan.

Efek dari ganja biasanya ialah perasaan gembira nan dapat menimbulkan keinginan tertawa tanpa sebab, merasa lemah, bicara sendiri, kontrol diri menurun, mengantuk tapi susah tidur, juga sensitif terhadap cahaya matahari.

Gejala bagi nan kecanduan dan tak mendapat suplai ialah hiperaktif, hilangnya nafsu makan, dan susah tidur. Sedangkan gejala penggunaan nan hiperbola ialah dapat menimbulkan rasa takut, denyut nadi dan napas tak teratur, dan daya pikir menurun.

Kokain

Kokain juga termasuk dalam jenis narkoba. Kokain didapatkan dari ekstrasi dari daun tanaman koka. Zat ini sebenarnya digunakan sebagai anaestetik atau pembius. Zat ini memiliki imbas rangsangan kepada jaringan otak bagian pusat.

Imbas penggunaan zat ini dapat berupa gembira nan berlanjut pada kegelisahan, detak jantung bertambah, suka bicara sendiri, demam, dan mual-mual. Penggunaan nan hiperbola dapat berdampak pada kegilaan atau kematian.

Sedativa dan Hipnotika

Zat ini banyak digunakan di global medis. Zat ini banyak digunakan buat menenangkan dan menidurkan. Gejala nan dapat timbul ialah rasa gelisah, mengantuk, dan malas.

Jika sudah kecanduan dan tak disuplai, dapat menimbulkan perasaan gelisah, susah tidur, dan kejang-kejang. Penggunaan nan hiperbola dapat menimbulkan kontrol diri berkurang, pingsan, suka bertengkar, sempoyongan, bicara meracau, dan kematian.

Nikotin

Nikotin banyak diambil dari tanaman tembakau. Biasanya orang mendapatkannya dalam rokok. Imbas penggunaanya ialah meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung bertambah. Penggunaan nan berkelanjutan bisa menimbulkan kanker, katarak, emphisema, jantung koroner, kemandulan, dan gangguan kehamilan.

Alkohol

Alkohol didapatkan melalui proses fermentasi dari bahan spesifik seperti anggur, singkong, atau beras ketan. Zat ini telah digunakan manusia sejak lama. Zat ini dapat digunakan buat menyterilkan peralatan medis. Imbas pemakaian zat ini ialah perasaan gembira dan kontrol diri nan turun.

Ketika sudah kecanduan dan tak mengonsumsi, maka imbas nan timbul ialah kejang-kejang, muntah, susah tidur, dan gemetar. Jika penggunaan telah hiperbola bisa menimbulkan perasaan gelisah, kacau, dan bicara meracau. Keracunan alkohol dengan kadar dan jenis eksklusif bisa menyebabkan kematian.

Opium

Opium sering disebut juga dengan candu, heroin, putau, atau morfin. Opium didapatkan dari getah buah Pavaper sommiverum. Morfin pertama kali ditemukan oleh Friederich Sertiirner, seorang pakar farmasi Jerman, pada tahun 1805. Opium ini pada awalnya digunakan buat menghilangkan rasa sakit dan nyeri.

Penggunaan nan salah bisa menimbulkan rasa gembira nan berlebihan, suka bicara sendiri, suka membuat kekacauan, sulit berpikir, dan mengantuk. Jika sudah kecanduan dan tak mendapat suplai akan menimbulkan imbas kepala berat, susah makan, cepat lelah, menggigil, dan kejang-kejang. Saat pemakaian sudah melebihi ketentuan maka akan menimbulkan tertawa nan tak wajar dan berujung pada kematian.

LSD (Lysergic Acid Diethylamide)

LSD banyak terkenal di periode 60an. Saat itu banyak rockstar semacam Bob Dylan, Beatles, Pink Floyd, atau Rolling Stones nan meggunakan zat ini. Zat ini bisa menimbulkan imbas halusinasi bagi penggunaannya.

Dalam halusinasi itu dia bisa membuat penggunan membayangkan sesuatu hal nan tak ada. Karena hal itu makanya zat ini dituding sebagai munculnya aliran psychedelic rock dalam global musik.

Zat ini juga bisa digunakan sebagai obat bagi gejala gangguan jiwa. Zat ini bisa membuat badan pengguna menjadi rileks. Penyalahgunaan zat ini dapat menimbulkan rasa putus harapan dan tegang.

Amfetamin

Amfetamin nan mengalami buatan dapat menghasilkan ekstasi dan sabu. Pemakain zat ini dapat menimbulkan suatu eforia, banyak bicara, tak mudah lelah, berdebar, siaga, dan tak nafsu makan.

Jika sudah kecanduan lalu tak memakai tiba-tiba akan menimbulkan gejala lsu, tidur berlebihan, depresi, apatis, dan mudah tersinggung. Saat penggunaan nan hiperbola maka bisa menimbulkan kepanikan, paranoid, mengamuk, kejang, dan dapat sampai pada kematian.

Kloroform

Kloroform banyak digunakan buat pembiusan sejak tahun 1847. Namun obat ini akhirnya diketahui bisa menimbulkan akibat kerusakan pafa organ hati. Hal ini nan membuat penggunaan zat ini tak lagi digunakan dalam global medis.



Penggunaan Zat Adiktif dan Psikotropika

Zat adiktif dan psikotropika ternyata banyak juga nan memiliki akibat nan positif. Tentu jika penggunaan kedua zat tersebut disesuaikan dengan keperluan dan dosis. Hal ini sebenarnya tak hanya terjadi dalam kasus obat-obatan ini.

Barang-barang normal juga jika digunakan hiperbola akan berakibat tak baik juga. Minum obat sakit kepala buat menyembuhkan memang dianjurkan, namun hal itu jika dilakukan sinkron dosis. Jika meminumnya sampai dua puluh tablet, efeknya dapat saja dengan overdosis penggunaan zat adiktif san prikotropika.