Perangko Termahal di Indonesia

Perangko Termahal di Indonesia

Surat menyurat agaknya sudah menjadi kegiatan langka bagi masyarakat Indonesia. Kegiatan surat menyurat hanya dilakukan oleh instansi atau perusahaan buat keperluan nan bersifat administratif atau pemberitahuan secara resmi saja. Oleh sebab itu, barang berupa perangko termahal di Indonesia merupakan istilah nan tepat buat era saat ini.

Selebihnya perusahaan lebih banyak menggunakan surat elektronik atau email buat kemudahan dan keekonomisan. Kegiatan surat-menyurat ini tentu saja melibatkan perangko . Dan perangko sendiri juga memiliki cerita unik, salah satunya ialah perangko nan termahal di Indonesia.

Teknologi mampu menggeser peran surat sebagai alat komunikasi. Telepon, e-mail dan pesan singkat (lazim disebut SMS) menjadi banyak pilihan buat berkomunikasi jeda jauh.

Mau tak mau peran surat semakin terpinggirkan. Karena surat sudah makin ditinggalkan tentunya peran perangko sudah tak seperti dulu lagi. Dahulu, saat surat masih menjadi pilihan banyak orang, perangko berperan seperti pulsa seperti sekarang ini.

Tanpa pulsa, telepon seluler tidak akan berfungsi apa-apa dan pesan singkat, telepon serta email tidak akan dapat disampaikan. Begitu juga perangko, surat tidak akan dapat sampai kepada penerima (kecuali jika disampaikan melalui kurir) tanpa hadirnya sebuah perangko di pojok atas surat.

Meski menjadi barang krusial dalam pengiriman surat, perangko sering diaggap barang remeh oleh banyak orang sebab harganya nan murah. Orang dapat saja menyimpan perangko dihalaman buku atau digeletakkan begitu saja di atas meja.

Para pecinta surat tersebut akan membeli kembali perangko nan hilang tanpa keberatan dalam hal pembayaran. Apa jadinya jika perangko nan dahulu dianggap sebagai barang remeh sebab harganya nan murah, lalu saat ini berharga 20 miliar rupiah? Harga nan cukup fantastis.

Dengan 20 miliar anda dapat mengirimkan ratusan juta surat kemanapun nan anda inginkan. Tetapi ada baiknya kita mengetahui sejarah munculnya perangko dalam kegiatan surat menyurat. Perangko tersebut ialah perangko orisinil Indonesia.



Sejarah Perangko

Sejarah munculnya perangko hadir di Inggris. Sebelumnya adanya perangko, masyarakat Inggris membayar ongkos jasa pengiriman surat langsung kepada tukang pos. Pembayaran ongkos jasa pengiriman dibayar oleh si penerima surat.

Suatu hari, Rowland Hill, seorang pendiri sekolah istimewa di Bruce Castle, Tottenham, melihat seorang gadis nan mengembalikan surat nan dikirim oleh kekasihnya. Gadis tersebut mengembalikan surat dan menolak membayar ongkos jasa pengiriman .

Rowland Hill bertanya kepada si gadis kenapa menolak surat tersebut. Jawaban gadis tersebut mengejutkan. Sebelum sepasang kekasih itu berpisah, mereka sepakat menggunakan kode atau tanda eksklusif nan hanya dapat dipahami oleh sepsang kekasih ini.

Dalam surat nan dikembalikan oleh si gadis, dalam sampul surat tersebut berisi kode nan hanya dapat dipahami olehnya. Tanpa membaca surat tersebut, si gadis tahu isi dan maksud dari surat nan belum dibacanya tersebut.

Dengan begitu, si gadis tidak perlu membayar ongkos jasa pengiriman surat tersebut. Rowland Hill berpikir, jika semua orang menolak membayar surat nan diterima, maka hal tersebut akan merugikan pihak pos.

Sistem tersebut juga amat merugikan si penerima surat nan kebetulan tak mempunyai uang buat membayar ongkos jasa pengiriman surat. Jika surat tersebut krusial tetapi si penerima tidak mampu membayar ongkos jasa pengiriman maka hal ini sangat merugikan si penerima surat.

Setelah mengetahui fakta-fakta tersebut, Rowland Hill mengajukan tulisan nan berjudul “Post office reform, its importance and practibility” tulisan ini semacam proposal atau usulan tentang pembaharuan sistem pelayanan pos nan sudah ada.

Dalam tulisan tersebut Hill memberikan usulan tentang penyeragaman harga ongkos kirim surat di seluruh Inggris sampai pengiriman nan beratnya setengah ons. Usulan rinciannya ialah sebagai berikut

  1. Pemotongan harga ongkos jasa pengiriman surat. Hal tersebut bisa meningkatkan jumlah surat nan dikirim.
  2. Penyeragaman tarip jasa pengiriman surat nan tak memandang jauh-dekatnya pengiriman.
  3. Perlu adanya semacam secarik kertas nan ditempel disurat sebagai tanda pelunasan biaya pengiriman surat dan juga buat menghindari penyalahgunaan biaya pengiriman surat.

Perlu perdebatan panjang agar usul ini disetujui oleh parlemen Inggris. Akhirnya pada 1840 usul tersebut disetujui. Setelah itu lahirlah secarik kertas tanda pelunasan ongkos jasa pengiriman surat nan kemudian disebut perangko.



Koleksi Perangko

Hobi mengoleksi perangko atau biasa disebut filateli masih menjadi kegiatan nan dilakukan beberapa orang di luar negeri dan di Indonesia sendiri. Banyak alasan kenapa seseorang mengoleksi perangko.

Perangko bisa menunjukkan sejarah suatu negara. Perangko juga bisa menunjukkan budaya negara itu sendiri. Dengan mengoleksi berbagai perangko dari berbagai negara, secara tak langsung seseorang belajar mengenai budaya negara lain.

Indonesia sendiri pertama kali mengeluarkan perangko pada tahun 1946. Perangko tersebut bergambar banteng nan sedang menarik rantai. Gambar tersebut bermakna Indonesia sudah lepas dari penjajahan.

Kegiatan mengoleksi perangko dahulu sering dilakukan oleh siswa atau remaja Indonesia dampak dari kegiatan surat menyurat antar sahabat pena. Sahabat pena dikenal dari sesama anggota serikat pembaca sebuah majalah.

Kegiatan menulis surat kepada sahabat pena sudah tak dilakukan lagi oleh mereka. Hadirnya teknologi pesan singkat, telepon seluler, surat elektronik (e-mail) mengurangi minat kegiatan mengoleksi perangko .

Kegiatan surat menyurat nan menurun membuat kegiatan filateli menurun pula. Hal ini sebenarnya tak berpengaruh terhadap pendapatan PT. Pos Indonesia sebab surat menyurat bisnis dan jasa pengiriman barang masih berjalan dengan lancar.

PT. Pos Indonesia sebenarnya masih mengeluarkan perangko-perangko dengan tema tertentu, akan tetapi sulit buat mendapatkannya di dalam negeri sebab sudah dibeli oleh filatelis global dengan harga nan sudah meningkat beberapa kali lipat.



Perangko Termahal di Indonesia

Harga perangko dapat menjadi mahal sebab nilai historisnya. Perangko dapat menjadi barang buruan nan sulit dicari sebab keunikan material, gambar, tema, dan juga nilai historis.

Indonesia pernah mengeluarkan perangko dengan gambar naga air buat memperingati Tahun Baru Imlek. Perangko tersebut dalam waktu singkat sudah habis dibeli oleh filatelis global dan hanya tinggal sedikit di Indonesia serta tak mudah mendapatkannya.

Selain tema dan nilai historis, perangko juga diburu sebab material pembuatannya nan unik. PT. Pos Indonesia pernah mengeluarkan perangko nan dicetak di atas kain batik Garut dan tenun serta perangko bermotif Gunungan nan dicetak di atas kulit.

Perangko-perangko itu habis terjual 90% bahkan sebelum dipamerkan dalam pameran filateli pada tahun 2012 kemarin. Hanya tinggal 10% nan tersisa buat diperebutkan dalam negeri.

Perangko orisinil Indonesia saat ini berharga 20 miliar. Perangko tersebut ialah perangko orisinil Indonesia ketika masih bernama Hindia Belanda . Perangko tersebut dimiliki oleh seorang Presiden Federation Internationale de Philatelie, Tay Peng Hian, dari Singapura. Perangko tersebut bertanda pos Ngawi dengan tahun 1864.

Perangko ini menjadi perangko nan termahal di Indonesia sebab nilai historisnya. Filatelis Singapura tersebut mempunyai 64 carik perangko. Orang Indonesia sendiri mempunyai perangko serupa namun hanya secarik.

Perangko tersebut dihargai sedemikian mahal agar tak dibeli orang lain. Perangko nan termahal di Indonesia tersebut bergambar Raja Willem III dari Belanda. Pemerintah Hindia Belanda sendiri pertama kali mengeluarkan perangko pada tahun 1864.