2. Tarian Kecak

2. Tarian Kecak

Kesenian tari di Indonesia menjadi bagian kebudayaan Indonesia itu sendiri nan bersandingan dengan kesenian lain. Kesenian tari semakin mengukuhkan bahwa Indonesia ialah negara nan kaya akan seni dan budaya. Dalam beberapa hal, seni dan budaya juga dapat berperan sebagai tanda pengenal dari sebuah negara.



Selalu Diawali Ritual

Kebudayaan di Indonesia tak pernah lepas dari pengaruh kepercayaan leluhur atau mitos. Misalnya, upacara penyambutan kelahiran bayi, upacara pernikahan, ritual saat wanita hamil, bahkan hingga kematian. Semua adat dan kebudayaan itu tak pernah lepas dari kata-kata ritual. Begitupun, dengan kebudayaan nan sifatnya hiburan.

Seni tari di Indonesia juga bernasib sama. Ketika sebuah kesenian tari akan dipertunjukkan, para penari atau orang-orang nan terlibat dalam pertunjukan, baik langsung maupun tak langsung, biasanya akan melakukan berbagai ritual terlebih dahulu. Ritualnya pun bhineka buat setiap tariannya, bergantung pada nilai historis tarian tersebut.

Di antara sekian banyak jenis tarian tradisional Indonesia nan bernuansa magis, dua di antaranya ialah tarian kuda lumping dari daerah Jawa dan tari kecak dari daerah Bali. Keduanya seolah dapat menggambarkan bahwa betapa pengaruh magis tak pernah hilang dari kebudayaan Indonesia.



1. Kesenian Tari Kuda Lumping

Tarian ini berasal dari daerah Jawa. Masyarakat Jawa menyebutnya dengan jaran kepang atau jathilan . Disebut jaran kepang sebab jaran dalam bahasa Jawa artinya 'kuda', sedangkan kepang artinya 'anyaman'. Sinkron namanya, tarian tradisional ini menggunakan anyaman bambu berbentuk kuda sebagai peralatan "tempur" nan utama. Tarian ini memiliki nilai histroris nan cukup masuk akal.

Beberapa pakar tari menyebutkan bahwa tarian kuda lumping ialah bentuk penghargaan masyarakat kepada para pasukan berkuda nan hayati di zaman Pangeran Diponegoro. Tarian kuda lumping juga seolah menggambarkan sifat-sifat heroik para pasukan berkuda tersebut. Gerakan nan identik dengan tarian kuda lumping ialah gerakan-gerakan lincah layaknya seorang pasukan berkuda nan tengah berperang.

Di tengah-tengah pertunjukan, para penari biasanya memperlihatkan atraksi nan cukup berbahaya. Mereka memakan beling, berjalan di atas pecahan kaca, menyayat bagian tubuh mereka menggunakan benda-benda tajam dan membakar diri. Atraksi tersebut syahdan bertujuan buat menciptakan kesan hebat para pasukan berkuda dari sisi lain, yaitu kehebatan ilmu supranatural nan sudah mendarah daging bagi masyarakat kerajaan.

Atraksi berbahaya itu juga tak dilakukan secara sembarangan. Para penari biasanya telah mendapatkan "bekal" terlebih dahulu. Jika tidak, tentu saja ia akan kesakitan layaknya manusia.



2. Tarian Kecak

Tarian tradisional ini merupakan tarian khas Bali, orisinil Indonesia. Estetika tarian ini, bahkan, pernah beberapa kali dijadikan setting pembuatan film, baik luar negeri maupun dalam negeri. Salah satunya ialah film The Fall karya pengarah adegan Tarsem Singh. Meskipun sepintas lalu, tari kecak dalam film The Fall ini dirasa cukup buat mengenalkan tarian Indonesia pada masyarakat dunia.

Tarian ini mempunyai nilai historis nan sangat erat kaitannya dengan cerita Ramayana. Barisan penari nan melingkar dalam tarian kecak, konon, diilhami dari barisan para kera nan membantu Rama ketika melawan Rahwana. Gerakan pada tarian ini cendeung statis. Para penari hanya duduk bersila sembari mengangkat kedua tangan dengan terus menyerukan kata "cak" berulang kali.

Pakaian nan digunakan pun terbilang sederhana. Para penari mengenakan kain kotak-kotak berwarna hitam putih dan dilengkapi dengan ikat kepala khas lelaki Bali. Namun, kesederhanaan tarian kecak tak berlaku bagi nilai magis nan terkandung di dalamnya. Bukan hanya merefleksikan perjuangan Rama ketika melawan Rahwana, tarian kecak mengandung nilai magis nan berhubungan dengan budaya Bali, yaitu ritual sanghyang .

Dalam ritual sanghyang, tarian berfungsi sebagai penolak bencana ataupun endemi penyakit. Ketika pertunjukan kecak dimulai, syahdan para penari sudah dalam keadaan tak sadar. Alam bawah sadar mereka dikuasai oleh roh-roh leluhur. Saat itu, mereka dipercaya tengah melakukan hubungan dengan Tuhan atau roh-roh leluhur dan meminta kebaikan bagi seluruh masyarakat.



3. Kesenian Tari Bambu Gila

Kesenian tari bambu gila merupakan seni tari nan berasal dari maluku. Kesenian tari ini menggunakan media bambu sebagai alat buat pertunjukannya. Kesenian bambu gila bisa digolongkan ke dalam jenis tarian nan berbau mistis.

Dalam pertunjukannya, biasanya tarian bambu gila ini dimainkan oleh 5-7 orang pria dan sebuah bambu dengan diameter 8 cm dan panjang kira-kira 2,5 meter. Namun dalam perkembangannya, tarian ini menjadi sajian bagi para wisatawan. Para wisatawan pun baik pria atau wanita dapat mencoba melakukan tarian bambu gila ini.

Kesenian tari nan berasal dari Maluku ini juga dikenal dengan sebutan buluh gila atau bara suwen. Jika sedang mengunjungi Maluku, sempatkanlah buat berkunjung ke Desa Liang, Kecamatan Salahatu dan Desa Mamala, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah. Selain di dua desa tersebut, kesenian tari ini pun bisa ditemui di Kota Ternate dan sekitarnya.

Sebelum memulai pertunjukan bambu gila, biasanya sang pawang melakukan pembakaran kemenyan nan dilakukan di dalam tempurung kelapa. Dalam proses pembakaran tersebut, sang pawaang membacakan mantra dalam bahasa tradisional Maluku. Selanjutnya, asap kemenyan itu diembuskan pada batang bambu nan akan digunakan dalam kesenian tari bambu gila. Selain itu, sang pawang pun mengunyah jahe nan kemudian disemburkan ke bambu.

Dua media tersebut, kemenyan dan jahe berfungsi sebagai mediator memanggil roh para leluhur. Roh-roh inilah nan membuat kesan tarian bambu gila ini menjadi berkesan mistis. Selanjutnya, roh-roh para leluhur itu memasuki bambu nan digunakan sebagai media tari bambu gila. Masuknya roh leluhur ke dalam bambu, membuat bambu menjadi tidak terkendali dan mengalami guncangan. Guncangan tersebut semakin lama semakin kencang dan semakin sulit buat dikendalikan.

Biasanya, tarian nan berbau mistis menjadikan manusia menjadi objek nan dimasuki roh. Namun, dalam kesenian bambu gila ini, bambu lah nan menjadi objek dari para roh leluhur nan dipanggil oleh sang pawang. Saat pawang selesai membacakan mantra, sang pawang pun berlanjut dengan berteriak, "gila, gila, gila!".

Selanjutnya, pertunjukan pun siap dimulai diiringi dengan alunan musik. Setelah sang pawang meniupkan asap dan jahe ke bambu tersebut, bambu tersebut akan bergerak dengan sendirinya. Orang nan memegangnya akan mengeluarkan tenaga nan sekuat-kuatnya buat mengendalikan "kegilaan" bambu gila tersebut.

Jika irama musik semakin cepat, "kegilaan" bambu pun semakin menjadi. Pertunjukan bambu gila akan berhenti jika para pemegang bambu tersebut sudah tak kuat lagi menahan laju bambu gila. Setelah pertunjukan selesai, kekuatan mistis dalm bambu tersebut masih ada. Untuk menghilangkannya, sang pawang akan memberikan barah melalui kertas nan dibakar.

Bambu nan digunakan dalam kesenian tari bambu gila ini berasal dari jenis bambu lokal. Namun, tidak sembarang bambu nan dapat digunakan. Sang pawang harus memilih bambu dan memotongnya dengan perlakuan khusus, yaiatu sang pawang meminta izin dulu kepada roh nan menghuni hutan bambu tersebut.

Setelah dipilih bambu mana nan cocok, bambu pun dipotong dengan adat tradisional. Selanjutnya, bambu dibersihkan dan dicuci dengan minyak kelapa. Setelah itu, setiap ujung bambu dihiasi kain. Dulunya, bambu nan digunakan dalam kesenian tari bambu gila ini berasal dari Gunung Gamalama. Namun saat ini, tarian bambu gila bisa dilakukan di luar Maluku.

Itulah kesenian tari nan bernuansa mistis. Semoga kesenian tari tersebut tak tenggelam oleh arus modernisasi.