Contoh Sajak Alam

Contoh Sajak Alam



Puisi sebagai Pengalaman Batin

Puisi atau sajak merupakan bentuk aktualisasi diri ungkapan jiwa mengenai keterdesakan pengalaman empirik seseorang nan bisa bersifat positif maupun negatif. Ada orang membuat puisi sebagai bentuk kekesalan jiwanya terhadap sebuah pengalaman batin.

Ada juga seorang nan menulis puisi sebab dorongan perasaan berbunga nan tengah menghiasi jiwanya.

Dan ada juga orang nan melahirkan sebuah puisi sebagai upaya keras seseorang itu menyampaikan ide dan pesannya melalui ruang kebebasan sebuah karya sastra. Apapun itu puisi tetap bermuara pada satu definisi nan bisa dimaklumi, yakni terlahir sebagai bentuk aktualisasi diri batin.

Ekspresi itu dimunculkan dengan gaya keindahan nan menentramkan, memancing emosi, menggugah jiwa dan sebagainya.

Segmentasi sebuah karya puisi mempunyai ruang lingkup nan luas, ia dapat berbicara tentang apa saja. Lingkungan dan alam sekitar termasuk ke dalam subjek menarik buat dijadikan tema sebuah karya sastra puisi, di samping tema-tema besar lain seperti; cinta, kehidupan, ketuhanan, sosial dan sebagainya.

Tema lingkungan alam sekitar akan memberikan aspek nan cukup luas dalam ruang sebuah karya sastra puisi. Kehadiran sebuah Sajak Alam tidak hanya semata-mata sebagai ekpresi nilai keindahan seorang penyair semata, ia pun sangat kental berisi muatan pesan moral bagi terciptanya alam kehidupan nan menentramkan.

Melalui sajak alam, kita dapat banyak mengkritisi kesalahan tata olah kehidupan alam semesta ini. Tanpa bersifat menggurui, nilai sebuah sajak akan lebih diterima. Seorang tokoh multi bakat Emha Ainun Najib atau nan lebih akrab dipanggil dengan Cak Nun merupakan sosok penyair nan lebih kerab menyoroti kehidupan alam sosial.

Sajak alam sosial ia ciptakan sebagai bentuk kegerahan seorang Cak Nun terhadap sebuah kondisi nan terjadi dan dirasa menggugah nalurinya. Sajak Cak Nun nan berjudul Antara Tiga Kota memuat tentang perihal ini. Aktualisasi diri kejenuhan Cak Nun terhadap sebuah alam sosial Kota Jogja dan Jakarta menjadi kerangka primer pembangun sajak ini.



Contoh Sajak Alam

Berikut contoh sajak alam nan bercerita langsung tentang kondisi alam sekitar:



Sebuah Sajadah Kumal di Kampung Azab

Aku bertanya pada daun nan berbisik pada tanah

Disebab apa bumi meludah anak-anaknya

Tak karna usia senja bumi mengamuk

Tak lantaran siang berseling petang membunuh nafas

Di sebuah petang angin mengajakku ke kampung azab

Ada mesjid bertiang kemunafikan tegak berdiri

Lalu orang-orang duduk membutakan mata di dalamnya

Meninggalkan selembar sajadah kumal

Anak-anak sibuk berburu dinar

Kiyaiku entah kemana, sibuk bertasbih kosong

Lurahku menumpuk-numpuk uang curian


Di sebuah pagi embun mengajakku menangis

Inilah residu kampung azab

Nyawa membujur di reruntuhan

Air mata menenggelamkan hati-hati nan tersisa

Masihkah kau ingin tinggal di kampung azab

Pergilah dan jenguklah mesjidmu

Masih ada sajadah kumal nan tersisa di sana

***



Aku Selembar Nyawa Tersisa di antara Isak

Aku selembar nyawa nan tersisa di antara isak

Anak-anakku telah dijemput bumi

Saat ia meludah di kepala kami nan hina

Menenggelamkan mesjid tua tidak berpenghuni

Dan seorang berkalung sorban kumal

Aku selembar nyawa nan tersisa di antara isak

Tak mampu membela anak-anakku nan dimaki tanah

Mungkin tersebab tadi siang ia berpesta di tepi jalan

Sampai desiran angin berlalu di wajahnya

Dan selembar rupiah pun tidak ia keluarkan

Aku selembar nyawa tersisa di antara isak

Kini kulihat anak-anak ku terbujur memeluk bumi

Ada kehinaan di wajahnya, ada pula keceriaan

Kemanakah hendak kutulis surat permohonan maafku buat bumi

Jika mesjid-mesjid itu hanya dihuni jiwa-jiwa batu

***



Laut Yang Ramai
by Ayi Jufridar

Laut mendadak ramai
deburan ombak terseret angin
ke tengah samudera itu
sedang di bibir pantai
orang saja menari-nari

Laut mengundang sehamparan gunung samudera
datanglah dari penjuru segala
melihat kami menari
menjelang akhir sodorkan air
ketika tubuh bermandi peluh
tapi jangan suguhkan seudati*)
karena ia sudah mati

Datang,
datanglah dari penjuru segala
ramaikan bahari kami nan sepi
dengan lagumu nan sarat cinta

***



Laut
by Kuntowijoyo

Siapa menghuni pulau ini kalau bukan pemberani?
Rimba menyembunyikan harimau dan ular berbisa.
Malam membunuhmu bila sekejap kau pejam mata.
Tidak. Di pagi hari kautemukan bahwa engkau
di sini. Segar bugar. Kita punya tangan
dari batu sungai. Karang bahari menyulapmu jadi
pemenang. Dan engkau berjalan ke sana.
Menerjang ombak nan memukul dadamu.
Engkau bunuh naga raksasa. Jangan takut.
Sang kerdil nan berdiri di atas buih itu
ialah Dewa Ruci. Engkau menatapnya: menatap dirimu.
Matanya ialah matamu. Tubuhnya ialah tubuhmu.
Sukmanya ialah sukmamu. Bahari ialah ruh kita
nan baru! Tenggelamkan misteri ke rahimnya:
Bagai kristal kaca, nyaring bunyinya.
Sebentar kemudian, sebuah debur
gelombang nan jauh menghiburmu.
Saksikanlah.
Tidak ada batasnya bukan?

***



Pemandangan Di Que-Lin
by Husseyn Umar

gunung-gunung dan bukit-bukit hitam
tinggi dan tajam
menjulang menusuk-nusuk awan

air sungai Li berkelok-kelok
bermain-main di celah kaki-kakinya

bilakah sebenarnya
dewa-dewa telah turun dari langit
sempat-sempatnya membuat
pahatan alam nan begini cantik!

***



Angin Laut
by Kuntowijoyo

Perahu nan membawamu
telah kembali
entah ke mana
angin bahari mendorongnya ke ujung dunia
Engkau tak mengerti juga
Duduklah
Ombak nan selalu
pulang dan pergi.
Seperti engkau
mereka berdiri di pantai
menantikan
barangkali
seseorang akan datang dan menebak teka-teki itu.

***



Keindahan Alam

Batapa indahnya alam in
Bahari berombak-ombak
Awan berarak-arak
Udara segar bertiup-tiup

Aku berdiri di atas guning,
Berdiri di bawah langit
Untuk melihat estetika alam,
Estetika dunia

Aku mempertaruhkan nyawa,
bertahan diri di atas guning
Demi melihat estetika alam
estetika kreasi Tuhan

***



Hijau

Diwaktu senja yang lalu
Gemersik cengkerik berlagu riang
sahutan melodi unggas
mengiringi kemerduan siulan sirama-rama
bagai kesyahduan syair sipujangga cinta
namun
kini semuanya diam membisu
bagaikan sang siput pemalu
dampak hilangnya warna-warna kehijauan
kehijauan flora nan dulunya
menjadi loka bermain penghuni hutan
bumi nan dulu dipenuhi kehijauan
kini tinggal ketandusan
tanda sedikit pun kehijauan
kerakusan dan ketamakan
menjadi raja dihati
meracuni hati kudus dengan
menzalimi estetika alam
tanpa kehijauan flora apalah ertinya bimi?
Tanpa kehijauan flora apalah nasib sipenghuni hutan?
Berfikirlah wahai semua
Cintailah khazanah alam
Ketahuilah bahawa kehijauan flora adalah
Anugerah nan sangat bernilai buat kehidupan
Tanpa flora siapalah kita dimata dunia
Tanpa flora hilanglah suara keriangan fauna

***



Indahnya Alam

Dan bukan karna,hujan,angin ataupun kemarau
Pada peta perjalanan masa jahiliyah…
Saat khilafah perjuangkan rakyat jelata
Dan bukan karna,asa,siksa,ataupun jera
Malaikat memjelma bagai seorang peminta

Pagi, nan menghujamkan seribu bahasa
Dimulai saat ejaan kata tidak lagi mengisyaratkan wacana
Tercucur sudah darah-darah mengalir di kediaman angan
Menghela nafas…
Embun terasa di kulit tangan..
Menyelinap butiran-butiran harapan
Pandanganku hanya tertuju pada langit…
Tentang keteguhan,moral nan seakan bisa di bayar
Nadi ku seakan merasuk otakku
Teduh dalam kiasan..
Sendu dalam lamunan..
Embun itu merasuk hatiku…
Apakah ini…bukan sekedar narasi
Ataukah persepsi..
Dari harapan nan tertinggal…
Dari hati nan berbekal…
Pagi itu..hanya saya nan tau..
Bunga mengembang menakjubkan…
Angin riang menyanyikan..
Embun datang menyerukan
Karna saya masih ada di suatu pagi
Karna saya masih dapat bermimpi…

***



Taman Indah

Dedaunan hijau melambai tertiup angin
denting suara bertalu diantara sunyi taman ini
ragam jenis pohon nan jadi wajibku
ragam perdu di balik ukir batu
memberi celah sunyi buat sang matahari
dentingan bertalu-talu diantara pepohonan nan bisu
hingga tertekan angin dari asap nan menggebu

Dedaunan hijau runtuh merelakan mitra tua
sesaat hingga suara-suara memberontak di kesunyian taman
hingga mereka berdatangan diantara tanah batu ukir
rindangnya alam taman terusir
khayalku terhenti…..
taman ini memintaku pergi
seakan enggan tidak bisa menampakkan lagi
keasrian konservasi sunyi
nan mereka tawarkan padaku hingga pagi ini

Aku pun beranjak pergi
ketika sang pembawa pesan menawarkanku tuk kembali
nanti berkhayal rindangnya sunyi
paru-paru ibu pertiwi
nan mereka bawa hingga wafat dan tumbuh kembali
meski konkret itu telah jauh pergi
Aku berjanji buat kembali
mengingat kembali hijaunya ibu pertiwi..

***



Sajak Alam

Begitu indahnya kehangatan dan keakraban alam
Pohon dan rumput menyambutku dengan tarian..
Aspal dan kerikil-kerikil kecil tersenyum melihatku datang…
Sentuhan hangat sang mentari,

desahan keletah sang angin nan bersiul menggoda
Tatapan sang Bulan dan Bintang nan ramah menemani
Tuhan betapa Indahnya semua ini,
Izinkan saya bercekrama dengan mereka dibawah langit MU nan biru
Untuk mensyukuri setiap detik nikmat dan karunia nan telah Kau berikan..

***