Cara Penilaian

Cara Penilaian

Prestasi belajar tersusun oleh dua kata yaitu prestasi dan belajar. Prestasi ialah hasil dari sebuah proses nan telah dilakukan. Sedangkan belajar dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menggali ilmu dan keterampilan baik melalui bimbingan seorang pengajar maupun secara mandiri. Jadi pengertian prestasi dalam belajar ialah hasil nan tampak dari kegiatan menggali ilmu dan keterampilan.

Prestasi dalam belajar dapat dinilai dari tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek kognitif ialah aspek evaluasi nan menyangkut pada kemampuan berpikir, menganalisa dan segala sesuatu nan berkaitan dengan kerja otak.

Aspek afektif yaitu aspek nan berkaitan dengap sikap, nilai dan konduite atau lebih pada pengelolaan emosi dan rasa. Sedangkan aspek motorik ialah aspek nan berkaitan dengan kemampuan fisik dalam merespon setiap informasi atau pengetahuan baru. Sering juga disebut dengan keterampilan olah fisik (skill).



Prestasi Belajar Afektif

Untuk memahami prestasi dari belajar afektif, tentu terlebih dahulu kita harus memahami ranah afektif itu sendiri. Konduite harus memiliki dua kriteria buat diklasifikasikan sebagai ranah afektif dalam penilaiannya. Klasifikasi pertama merupakan konduite nan melibatkan perasaan dan emosi seseorang. Dan klasifikasi kedua ialah tipikal konduite seseorang.

Kriteria lain nan termasuk kedalam ranah afektif ialah intensitas, arah, dan target. Intensitas dalam ranah afektif ini menyatakan derajat atau kekuatan dari perasaan nan dimiliki oleh seseorang. Beberapa perasaan bisa lebih kuat dari perasaan nan lainnya, seperti perasaan cinta lebih kuat dari perasaan bahagia ataupun suka.

Untuk arah pada ranah afektif, arah ini menekankan pada arah perasaan nan berkaitan dengan orientasi positif atau negatif dari perasaan nan menunjukkan apakah perasaan itu baik ataukah buruk. Arah perasaan inilah nan nantinya terbentuk dalam diri peserta didik dan mempengaruhi prestasi dalam proses belajarnya.

Target prestasi dalam belajar di ranah afektif lebih cenderung kepada timbulnya ide dalam setiap diri peserta didik. Sasaran prestasi dalam belajar ini secara generik bisa berupa suatu hal, seperti sikap dan perilaku.

Arah nilai dalam prestasi proses belajar bisa berupa positif dan negatif. Selanjutnya, intensitas nilai bisa dikatakan tinggi atau rendah tergantung pada situasi dan nilai nan diacu oleh setiap peserta didik.

Definisi lain mengenai prestasi dalam belajar nan terkait dengan ranah afektif ini disampaikan oleh Tyler. Tyler mendefinisikan prestasi proses belajar dalam ranah afektif sebagai nilai nan dijadikan suatu objek, aktivitas, ataupun ide nan dinyatakan oleh seorang individu dalam mengarahkan minat, sikap, dan kepuasannya.

Kemudian, dijelaskan bahwa manusia belajar menilai suatu objek, aktivitas, dan juga ide, sehingga objek ini menjadi pengatur krusial adanya minat, sikap, dan kepuasan terhadap diri seorang peserta didik. Oleh sebab itu, satuan pendidikan harus membantu peserta didik buat memperoleh kebahagiaan individu dan memberikan kontribusi positif terhadap masyarakat lainnya.

Menurut Andersen, ada dua metode nan bisa digunakan buat mengukur prestasi dalam ranah afektif. Metode tersebut diantaranya metode observasi dan metode laporan diri. Penggunaan metode observasi berdasarkan pada anggapan bahwa ciri afektif bisa dilihat dari konduite atau perbuatan nan ditampilkan dan direaksikan sebagai suatu sifat psikologi.

Metode laporan diri lebih diasumsikan sebagai pengetahuan akan keadaan afektif seseorang nan merupakan sikap alami dalam dirinya. Namun hal ini menuntut kejujuran dalam mengungkapkan ciri afektif diri sendiri.

Prestasi dari proses belajar di ranah afektif sangat berhubungan dengan sikap dan nilai. Prestasi belajar bidang afektif antara lain berupa pencerahan beragama nan diyakini oleh setiap individu. Strata prestasi dalam belajar ini diantaranya sebagai berikut;

  1. Reciving/attending , yakni kepekaan dalam menerima rangsangan atau stimulus dari luar. Rangsangan ini bisa berupa masalah situasi atau gejala.
  1. Responding atau jawaban, yakni reaksi dari perasaan kepuasan dalam menjawab rangsangan dari luar nan datang pada dirinya.
  1. Valuing atau penilaian, yakni prestasi dalam belajar nan berkenaan dengan nilai kepercayaan terhadap gejala atau rangsangan nan muncul.
  1. Organisasi, yakni pengembangan nilai ke dalam satu sistem nilai lain. Selain itu, kemantapan dan prioritas nilai juga termasuk kedalam strata prestasi dalam ranah afektif ini.
  1. Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni padu-padan dari semua sistem nilai nan telah dimiliki oleh seorang individu buat mempengaruhi kepribadian dan tingkah lakunya.

Dari klarifikasi di atas maka bisa disimpulkan bahwa ranah afektif berkaitan dengan sikap dan perilaku. Hasil atau prestasi dalam belajar afektif tampak pada seberapa besar perubahan tabiat dan konduite peserta didik.

Watak dan konduite nan dimaksud diantaranya minat, sikap, emosi, perasaan dan nilai. Jadi pengertian prestasi dalam belajar pada ranah afektif ialah seberapa besar perubahan sikap, tabiat dan konduite peserta didik setelah melalui serangkaian aktivitas belajar.



Ciri-ciri Hasil Belajar Afektif

Ciri-ciri hasil belajar afektif akan nampak konkret pada sikap dan tingkah laku keseharian peserta didik. Prestasi belajar afektif peserta didik bisa dilihat dari hal-hal seperti berikut:

  1. Minat dan perhatiannya terhadap materi pelajaran nan diberikan, terutama pelajaran agama. Hal ini akan menunjukkan seberapa besar keyakinan peserta didik dalam proses pembelajaran dalam dirinya.
  1. Kedisiplinannya dalam mengikuti pelajaran. Kedisiplinan dalam belajar merupakan kunci prestasi alam proses belajar pada peserta didik.
  1. Motivasi nan tinggi buat mempelajari tata krama, moral, dan pelajaran agama. Hal ini bisa menunjukkan nilai dari sikap dan perhatian dari peserta didik dalam proses pembelajarannya.
  1. Penghargaan dan rasa hormat terhadap pendidik (guru). Rasa hormat dari peserta didik kepada gurunya bisa meningkatkan evaluasi dari ranah afektif peserta didik.
  1. Semangat belajar dan rasa ingin tahu nan tinggi. Dengan rasa ingin tahu nan tinggi bisa meningkatka motivasi positif bagi peserta didik.


Cara Penilaian

Menilai prestasi dalam belajar afektif sangat berbeda jauh dengan menilai prestasi belajar kognitif. Mengingat nan dinilai pada ranah afektif ini ialah hal nan abstrak dan sangat subyektif. Kemampuan nan dinilai antara lain kemampuan menerima, memperhatikan, merespon, menanggapi dan mengorganisasikan suatu masalah.

Skala nan digunakan dalam evaluasi ialah skala sikap. Yang dimaksud dengan sikap di sini ialah kesamaan konduite terhadap sesuatu atau permasalahan. Sederhananya sikap baru terbentuk ketika peserta didik dihadapkan pada permasalahan dan objek tertentu. Hasilnya berupa pengelompokan sikap seperti menerima (positif), menolak (negatif) dan netral (nol). Dapat juga dibentuk dalam interval nilai tertentu.



Meningkatkan Kemampuan Afektif

Pertanyaan selanjutnya ialah bagaimana meningkatkan kemampuan afektif pada peserta didik? Karena kemampuan ini berkaitan dengan sikap dan nilai maka upaya buat meningkatkannya pun harus berbasis nilai dan perilaku.

Pihak nan berperan krusial dalam peningkatan kemampuan afektif ini ialah pihak nan terkait dalam pendidikan terutama pada pendidikan moral dan perilaku. Contohnya guru pendidikan agama, guru pendidikan budi pekerti, guru Bimbingan Konsling (BK), dan lain sebagainya nan berkaitan dengan hal tersebut. Namun tak menutup kesempatan bagi pihak lainnya buat ikut membentuk tabiat dan konduite nan baik pada peserta didik.

Lingkungan keluarga juga berperan krusial dalam meningkatkan kemampuan afektif anak. Bimbingan ini dapat diberikan dalam bentuk contoh, teladan ataupun nasehat. Teladan nan baik dari orang terdekat sangat efektif dalam membentuk sikap dan konduite terpuji pada anak atau peserta didik.

Lingkungan masyarakat juga bisa memberikan pengaruh walaupun dalam persentase tertentu. Oleh sebab itu, kondisikan anak (peserta didik) agar berbaur dalam lingkungan nan sehat (baik), agar sikap mental nan berkembang pada dirinya ialah sikap mental nan positif.

Demikianlah pembahasan mengenai prestasi belajar pada bidang afektif nan bisa disampaikan. Semoga dengan adanya pembahasan ini bisa membantu Anda mengenai prestasi anak dalam konduite dan moralnya.