Fenomena Alam Lumpur Lapindo - Pertanggungjawaban Lapindo

Fenomena Alam Lumpur Lapindo - Pertanggungjawaban Lapindo

Berbicara tentang kenyataan alam lumpur Lapindo, maka kita akan teringat kembali kejadian menyedihkan enam tahun lalu tentang adanya kenyataan alam semburan lumpur nan meluap dari dapur salah seorang warga di kecamatan Porong, Sidoarjo. Waktu itu, semburan lumpur tiba-tiba mengalir tanpa henti di dapur salah seorang warga dan diikuti di rumah-rumah warga lainnya.

Kejadiannya setelah ada kenyataan alam di Yogyakarta, yaitu gempa bumi nan melanda wilayah nan terkenal dengan keratonnya tersebut. Jelas saja seluruh warga Porong dan Sidoarjo pada umumnya menjadi panik. Lumpur nan meluap tersebut tiba-tiba saja menjadi sorotan seluruh media nasional. Dikatakan sebagai kenyataan alam nan tiba-tiba saja mencuat.

Lumpur itu panas dan apabila terkena sulutan api, maka menjadi terbakar. Lumpur panas ini awalnya tidak bernama sebab dianggap sebagai fenomena alam biasa nan akan berhenti dengan sendirinya. Namun, bukannya berhenti, lumpur panas kian mendidih dan meluap ke mana-mana sehingga seluruh warga di dua desa harus mengungsi meninggalkan daerah kehidupannya sehari-hari.

Sampai di sini lumpur tetap dianggap sebagai kenyataan alam. Apalagi kenyataan alam serupa ternyata pernah terjadi di zaman kerajaan Majapahit. Waktu itu, ibukota Majapahit berada di daerah Prambon, dekat dengan Porong, Kabupaten Sidoarjo. Setelah itu, ternyata terjadi kenyataan alam meluapnya lumpur panas nan akhirnya menenggelamkan beberapa daerah di sekitar Prambon tersebut. Jadilah kerajaan Majapahit berpindah ibukota ke Trowulan Kabupaten Mojokerto sekarang.

Daerah sekitar Prambon nan diluapi lumpur tersebut lama kelamaan menjadi sebuah delta, yaitu Kecamatan Porong nan sekarang ada. Jadi kenyataan alam meluapnya lumpur di sekitar Porong pada zaman Majapahit tersebut nan membuat daerah Porong menjadi ada.

Dahulu, Kabupaten Sidoarjo hanya sebatas di Prambon saja. Porong merupakan lautan nan langsung berhubungan dengan Selat Jawa. Itulah kenyataan alam tentang lumpur nan terjadi pada masa kerajaan Majapahit beberapa abad silam dan kini terjadi lagi di Sidoarjo.

Terlepas dari kenyataan alam nan terjadi di seputar Kecamatan Porong tersebut, kembali lagi keresahan masyarakat nan memuncak menemukan salah satu penyebab meluapnya lumpur panas itu. Pengeboran gas nan diadakan oleh PT Lapindo Brantas dianggap sebagai salah satu penyebab pokok lumpur nan selama ini dipercaya sebagai hasil kenyataan alam saja.

Mata bor nan dipergunakan oleh Lapindo terlepas saat terjadi gempa bumi Yogyakarta nan meninggalkan imbas sampai ke Jawa Timur. Hal tersebut kemudian memicu kemarahan dan protes warga korban lumpur panas nan harus mengungsi. Blokade jalan tol Sisoarjo-Malang, jalan raya Porong, dan semua dilakukan di siang maupun malam dengan membawa tenda.



Fenomena Alam Lumpur Lapindo

Fenomena alam lumpur panas nan terpicu oleh pengeboran gas Lapindo Brantas akhirnya dinamakan dengan Lumpur Lapindo. Berbagai upaya dilakukan oleh masyarakat dan pihak terkait buat menghentikan luapan lumpur Lapindo nan awalnya dikatakan sebagai kenyataan alam tersebut. Mulai dari menceburkan bola-bola besi hingga sampai ke dasar luapan, menyumbat dengan besi panjang, atau dengan berbagai cara lainnya sampai sekarang belum berhasil.

Luapan nan salah satunya dapat jadi memang sebuah kenyataan alam buat mengingatkan bahaya penambangan nan kurang memperdulikan imbas bagi lingkungan hayati di sekitarnya. Lumpur Lapindo sampai sekarang masih meluap dan menenggelamkan lebih dari 5 desa di wilayah kecamatan Porong.

Mau dikatakan sebagai kenyataan alam murni, kenyataannya bukan. Mau dikatakan semata sebab akibat pengeboran gas PT Lapindo, kenyataannya semua juga berhubungan dengan kenyataan alam. Alam dan masyarakat memang tidak bisa dipisahkan. Alam memang diberikan oleh Sang Maha Pencipta sebagai wahana bagi manusia buat kelangsungan hidupnya. Sayangnya, kadang manusia lalai dan lupa bahwa alam juga merupakan makhluk nan dapat sakit, luka, maupun hancur.

Fenomena alam nan terjadi beberapa tahun terakhir ini membuktikan bahwa alam juga sakit sebab terlalu sering diperlakukan semena-mena oleh manusia. Hal ini jugalah nan terjadi pada fenomena alam lumpur Lapindo di Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo-Jawa Timur.

Dari tahun ke tahun, lumpur Lapindo menjadi kenyataan alam nan sulit buat dihindari oleh warga Porong. Saat ini, jalan raya Porong sudah terhambat aktivitasnya sebab tanggul lumpur nan berkemungkinan buat jebol kala hujan tiba. Belum lagi jalan tol Surabaya-Malang nan telah lama tergilas lumpur sehingga dipotong dan belum pula dialihkan. Sungguh tidak dapat dibayangkan betapa hiruk pikuknya suasana Porong setelah adanya lumpur tersebut.

Fenomena alam nan diboncengi oleh kepentingan pihak Lapindo tersebut terasa menimbulkan berbagai akibat baik secara fisik dan psikis bagi seluruh masyarakat Porong pada khususnya dan masyarakat Sidoarjo pada umumnya. Bagaimana tidak, dengan adanya kenyataan alam lumpur panas tersebut nan ternyata dampak ulah sebagian kecil manusia, maka banyak manusia lain nan menjadi merugi baik fisik maupun psikisnya.

Berbagai kejadian mengharukan muncul di balik luapan lumpur nan menenggelamkan banyak desa di Kecamatan Porong tersebut. Berbagai akibat jelek secara langsung maupun tak langsung dirasakan oleh masyarakat korban lumpur Lapindo, antara lain sebagai berikut.

  1. Fenomena alam lumpur Lapindo telah merenggut rumah warga, sekolah, loka ibadah, dan bahkan sawah dan loka usaha kecil menengah nan banyak terdapat di sekitar Porong.
  1. Fenomena alam lumpur Lapindo membuat banyak sekali pengungsi nan harus hayati secara sangat sederhana pada lorong pasar nan sedianya akan dipakai buat menggantikan pasar Porong lama nan berada di tepi jalan utama. Lorong pasar gelap dan MCK seadanya harus dinikmati warga pengungsi selama beberapa tahun.
  1. Fenomena alam lumpur Lapindo merenggut sebagian besar pekerjaan para warga korban lumpur. Mereka nan kuat akhirnya mampu kembali berdiri namun bagi nan bermental lemah tidak sedikit nan putus harapan dan terkena gangguan kejiwaan.
  1. Fenomena alam lumpur Lapindo membuat anak-anak sekolah kehilangan gedung dan mereka harus beradaptasi kembali di sekolah baru nan awalnya jauh dari kata layak sebab keadaan nan tidak memungkinkan.
  1. Fenomena alam lumpur Lapindo menyebabkan taraf stres tinggi dan gangguan psikis nan mendalam pada sebagian besar warga korban Lapindo dan masyarakat Sidoarjo pada umumnya.
  1. Fenomena alam lumpur Lapindo menyebabkan ekonomi Sidoarjo secara holistik sempat terhambat sebab investor menjadi takut buat membuka usaha. Perumahan dan harga property lain juga mengalami kemerosotas harga dan kehidupan seakan berhenti sebab ketidakpastian kapan luapan lumpur akan berakhir.

Dengan sederet kelelahan secara fisik dan psikis tersebut, sebagian masyarakat korban lumpur terus berjuang menjalani kehidupannya meski tidak lagi normal. Dikatakan sebagai kenyataan alam nan terpicu usaha pengeboran gas itu sungguh dahsyat sampai menjadikan kehidupan banyak warga masyarakat nan porak poranda.



Fenomena Alam Lumpur Lapindo - Pertanggungjawaban Lapindo

Dalam ketidakpastian kapan luapan segera berakhir akhirnya sedikit ketemu juga jalan pertanggungjawaban nan diberikan oleh pihak Lapindo Brantas terhadap mencuatnya kenyataan alam lumpur panas tersebut. Pihak Lapindo mencoba menjawab keresahan warga dengan memberikan ganti rugi terhadap segala jenis property nan dimiliki dan tenggelam dampak kenyataan alam lumpur dampak pengeboran gas perusahaan tersebut.

Awalnya pembicaraan ganti rugi selalu diiringi dengan ketidakpuasan dari warga korban lumpur panas, namun lama-kelamaan banyak warga nan mungkin juga agak menyerah mendapati fenomena sulitnya mengharapkan kehidupan mereka kembali seperti sedia kala. Lapindo, dalam rangka turut bertanggung jawab terhadap kenyataan alam lumpur panas tersebut mencoba menawarkan ganti rugi dengan harga nan lumayan pantas bagi tanah dan bangunan nan telah bersertifikat.

Selain itu, Lapindo Brantas juga membangun sebuah perumahan Kahuripan Nirwana Eksekutif nan terletak di Desa Jati, kecamatan Kota Sidoarjo sebagai alternatif bagi warga nan ingin minta ganti rugi berupa hunian jadi.

Sampai sekarang warga korban kenyataan alam lumpur Lapindo, perusahaan pengeboran gas Lapindo Brantas, dan pemerintah daerah Kabupaten Sidoarjo sendiri masih terus melakukan upaya pencarian solusi buat mengganti kerugian dan mengupayakan agar luapan lumpur sebagai kenyataan alam nan tercetur dampak tindakan pengeboran Lapindo Brantas tersebut segera berakhir. Kita tunggu saja warta dari fenomena alam lumpur panas nan masih bergejolak di Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.