Metode Penyebaran Agama Islam

Metode Penyebaran Agama Islam

Tahukah Anda apa saja peninggalan Islam itu? Ajaran agama Islam mulai tumbuh sejak abad 611 M di sekitar Mekah dan Madinah. Perkembangannya terus menyebar hingga ke Timur Tengah, Eropa hingga Asia dan masuk ke Nusantara. Ada banyak bukti peninggalan Islam di seluruh global nan mewakili perjalanan sejarahnya.

Salah satu metode nan cepat buat penyebaran agama Islam ialah melalui jalur perdagangan antarnegara. Hal ini menarik, sebab sejak awal sejarah ditemukan bahwa pioner ajaran agama Islam, yaitu Nabi Muhammad saw ialah juga seorang pengusaha berhasil dan telah melahirkan generasi sahabat-sahabat nan andal dalam akidah agama ataupun perdagangan.



Peninggalan Islam di Indonesia

Islam masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan sejak ratusan tahun nan silam. Ada banyak versi mengenai siapa tokoh pedagang Islam nan pertama kali masuk ke Nusantara. Pada umumnya, sejarah sepakat buat menyampaikan bahwa kaum pedagang dari Gujarat dan Persia-lah nan pertama kali menyebarkan agama Islam di Nusantara. Hal ini dapat dilihat dari beberapa benda, artefak, dan bangunan peninggalan agama Islam nan sampai sekarang dapat kita temui. Di antara bukti-bukti itu ialah adanya kampung Islam di sekitar selat Malaka.



Bukti dan Pendapat Tentang Peninggalan Agama Islam

Di lain pihak, ada pendapat nan mengungkapkan bahwa peninggalan Islam nan berbentuk prasasti nisan telah ditemukan di daerah Tuban, Jawa Timur berangka tahun 1082 M. Nisan bertuliskan Fatimah binti Maimun ini dikenal dengan Batu Leran. Ada pendapat juga mengungkapkan bahwa Islam masuk ke Indonesia sejak abad ke-13. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya beberapa hal berikut ini.

  1. Batu nisan Sultan Malik Al Saleh – Kerajaan Samudra Pasai berangka tahun 1297 M. Kerajaan ini dikenal sebagai kerajaan Islam pertama di Nusantara.
  1. Catatan dari Marcopolo nan telah mengunjungi kerajaan Perlak 1292 Masehi. Ia mencatat bahwa mayoritas rakyat Perlak telah menganut ajaran Islam. Namun buat wilayah di luar Perlak, masih menganut animisme dinamisme.
  1. Catatan Ibnu Batuta nan menyampaikan bahwa masyarakat Samudera Pasai menganut mazhab Syafi’i. Ini membuktikan bahwa ajaran Islam telah menjadi bagian keseharian masyarakat di kerajaan tersebut.
  1. Ma Huan, seorang musafir dari Cina juga telah menyampaikan bahwa sebagian besar masyarakat di Pantai Utara Jawa Timur telah memeluk agama Islam pada abad 15 M.
  2. Suma Oriental dari Tome Pires, musafir dari Portugis menyebarkan bahwa penyebaran Islam telah terjadi antara tahun 1512-1515 M, nan meliputi Sumatera, Jawa, Kalimantan hingga Kepulauan Maluku.

Dari beberapa pendapat dan bukti ini, dapat kita amati bahwa perkembangan Islam di Nusantara telah berkembang sedemikian pesat. Dari beberapa catatan mengenai peninggalan sejarah Islam, ada beberapa hal nan membuat penyebaran Islam dapat sedemikian pesat di Nusantara. Beberapa hal itu di antaranya ialah sebagai berikut.

  1. Syarat buat menjadi orang Islam sangat mudah. Untuk menjadi orang Islam, cukup dengan mengucapkan dua kalimat syahadat. Dua kalimat syahadat ialah wujud pengakuan dari seseorang terhadap Allah Swt dan mengakui bahwa Nabi Muhammad ialah Rasulullah utusan Allah.
  1. Ajaran agama Islam sangat mudah dijalani.
  1. Islam tak mengenal kasta. Hal ini menjadi sangat menarik buat kondisi masyarakat saat itu, terutama buat rakyat biasa. Mayoritas pemeluknya ialah rakyat biasa.
  1. Upacara-upacara keagamaannya sangat sederhana.
  1. Islam diajarkan dengan cara damai. Akulturasinya menggunakan media kesenian dan menyesuaikan kebudayaan setempat.
  1. Jatuhnya kerajaan-kerajaan seperti Majapahit dan Sriwijaya menjadi daya ledak nan kuat buat penyebaran agama Islam kala itu.


Metode Penyebaran Agama Islam

Selain dengan metode perdagangan dalam penyebaran agama Islam, ada beberapa metode lain nan digunakan dalam penyebaran agama Islam ini. Metode itu diantaranya ialah sebagai berikut.

  1. Pernikahan. Seseorang Islam nan menikah dengan non Islam sehingga pasangannya otomatis berpindah masuk Islam.
  1. Akulturasi budaya. Islam sangat fleksibel buat menyesuaikan diri dalam kebudayaan masyarakat setempat. Islam mampu melebur menyesuaikan kebudayaan lokal, misalnya dengan adanya acara selapanan, mitoni dsb.
  1. Kesenian. Penyebaran Islam pun menggunakan media kesenian rakyat. Contohnya ialah wayang dan gamelan nan digunakan oleh Sunan Kalijogo pada saat berdakwah, Kyai Kanjeng oleh Cak Nun dsb.
  1. Pondok pesantren. Metode pedagogi pendidikan Islam diberikan dalam institusi pendidikan seperti ini.


Peninggalan Zaman Kerajaan Islam di Nusantara

Peninggalan sejarah Islam lainnya nan dapat kita catat di antaranya ialah beberapa peninggalan dari zaman kerajaan Islam di Nusantara, di antaranya ialah sebagai berikut.



  1. Masjid

Sebagai loka ibadah umat muslim, bangunan masjid sangat vital. Pada umumnya, peninggalan sejarah Islam dari zaman kerajaan ini terletak di dekat alun-alun atau lapangan kerajaan tersebut di posisi sebelah barat alun-alun. Bentuk dan luasnya pun beraneka ragam. Namun nan dapat ditarik sebagai karakteristik khas ialah adanya atap nan bersusun tingkat, semakin ke atas semakin kecil dan ujung atapnya berbentuk limasan. Jumlah taraf biasanya ganjil.

Pengaruh agama Hindu dan Budha sangat kental dalam arsitektur bangunan ini. Sebagai contoh ialah masjid Menara Suci peninggalan Wali Songo. Bangunan masjid ini sangat mirip dengan pura Hindu Bale Kul Kul di Pura Taman Ayun. Hal ini menjadi bukti konkret mengenai bentuk asimilasi budaya nan sedemikian eratnya dalam sejarah perkembangan Islam.

Beberapa masjid nan mempunyai sejarah sebagai peninggalan agama Islam di antaranya ialah Masjid Banten (bangunannya beratap tumpang), Masjid Demak (Peninggalan Wali Songo), Masjid Suci (memiliki menara nan bangun dasarnya serupa meru), Masjid Kraton (Surakarta, Yogyakarta, Cirebon nan semua atapnya beratap tumpang), Masjid Agung Pondok Tinggi (beratap tumpang), Masjid Tua Kotawaringin (Peninggalan pensyiar Islam di Kalimantan Tengah), Masjid Raya Aceh dan Deli (Peninggalan Sultan Iskandar Muda), dan masih banyak lagi.



  1. Makam dan Nisan

Bangunan ini juga memiliki nilai sejarah nan tinggi. Makam nan terkenal di antaranya ialah makam para wali dan raja. Pada umumnya, makam-makam tersebut di atasnya dibangun satu bangunan kecil dengan arsitektur nan latif dan megah. Bangunan ini disebut dengan nama cungkup . Beberapa makam nan mempunyai jejak peninggalan agama Islam di antaranya ialah makam raja-raja di Imogiri, makam Sunan Langkat, dan makam Raja Gowa.

Selain peninggalan nisan di Tuban seperti nan ada tertulis di awal artikel ini, ada pula beberapa makam tua peninggalan sejarah Islam lainnya, di antaranya ialah batu nisan Malik Al-Saleh di Sumatera berangka tahun 696 H atau 1297 M, batu nisan Sultan Hasanuddin di Sulawesi Selatan, batu nisan Sultan Suryana Syah di Banjarmasin, dan batu nisan di Troloyo dan Trowulan.



Peninggalan dalam Bentuk Karya Seni

Peninggalan agama Islam lainnya ialah bentuk karya seni, seperti kaligrafi (tulisan dengan huruf Arab buat hiasan-hiasan), suluk, kitab, syair, hikayat, dan babad. Berbagai macam bentuk peninggalan agama Islam itu merupakan bukti sejarah peradaban Islam nan telah masuk di Nusantara. Hingga saat ini, perkembangan beberapa bentuk peninggalan sejarah Islam tersebut masih lestari di masyarakat Nusantara.

Ini merupakan suatu bentuk apresiasi dari masyarakat Indonesia nan ternyata masih memegang tradisi dan kehormatan para leluhurnya. Hal nan terpenting ialah kemudian dapat menginspirasi kita semuanya bahwa Islam sebagai agama perdamaian, mampu memberikan kesejukan di hati dan pikiran seluruh umat manusia.

Islam nan sahih ialah sinkron dengan arti kata i slam itu sendiri, yaitu damai. Kedamaian tanpa harus menimbulkan permusuhan meski tiap orang mempunyai perbedaan-perbedaannya masing-masing. Disparitas ialah bukti rahmat Allah pada seluruh umatnya. Semoga kita dapat belajar dari seluruh peninggalan Islam tersebut buat dapat selalu menebarkan perdamaian dan pengayoman kepada seluruh isi alam semesta.