Mereka ialah para duplikator

Mereka ialah para duplikator

Siapa dari Anda nan tak pernah melihar pelajar merokok ? Adakah dari Anda nan peduli terhadap pelajar merokok tadi? Sungguh, hal ini merupakan sebuah kondisi nan sangat penting dalam kehidupan, khususnya dalam global pendidikan.

Pada satu sisi pendidikan mengarahkan anak didik bisa bersikap positif dalam hidupnya. Tetapi, pada sisi nan lainnya, godaan lingkungan sedemikian besarnya sehingga banyak anak nan terjebak.

Jika kita melihat kenyataan nan terjadi dalam kehidupan kita, pelajar merokok merupakan satu kondisi nan sangat memprihatinkan. Hampir di setiap tempat, kita bisa melihat betapa anak-anak tersebut merokok dengan bebasnya. Tentunya, dalam hal ini kita sangat peduli terhadap konduite tak sehat ini.

Pada satu sisi kita harus menerapkan gaya hayati sehat, ternyata anak sekolah, nan ialah generasi penerus bangsa ini, ternyata melakukan pola kehidupan tak sehat.

Seperti kita ketahui, sebenarnya kita sama menyadari bahwa kesehatan merupakan bagian krusial dalam kehidupan. Harta paling berharga dalam kehidupan kita ialah kesehatan tubuh. Jika kita sehat, maka segala hal dalam kehidupan ini sangat membahagiakan. Sementara, jika kita sakit, maka segalanya terasa menyiksa. Dan, merokok merupakan salah satu gaya hayati tak sehat nan jelas-jelas memberikan ancaman terhadap kesehatan tubuh kita.



Gaya hayati nan keblinger

Kalau tak merokok, kamu bukan laki-laki! Begitu nan seringkali dijadikan agresi seseorang kepada temannya. Dalam sebuah pergaulan, ketika sekelompok anak remaja, khususnya pelajar bergerombol, maka yakinlah pada saat tersebut niscaya ada pesta merokok. Dan jika ada nan tak merokok, maka niscaya di target empuk cemoohan.

Entah, sejak kapan merokok telah dijadikan sebagai simbol pergaulan antar manusia, terutama kaum lelaki. Maka, tak heran jika pada saat kaum lelaki kumpul, maka asap mengepul dari masing-masing bibir. Dan, kondisi tersebut ternyata terjadi pula diantara pelajar kita. Gaya hayati sehat nan selalu digaungkan oleh bapak dan ibu guru di saat proses pendidikan dan pembelajaran ternyata sama sekali tak berkutik

Para pelajar kita telah terjebak dalam gaya hayati nan tak sehat. Mereka keblinger dengan berbagai pancingan hidup. Mereka sama sekali tak menyadari bahwa pancingan tersebut ialah penjerumusan bagi generasi muda. Mereka keblinger.

Iklan dan promosi dari komoditi rokok tak bisa dibendung di negeri kita ini. Tengok saja di tv, media cetak, baliho nan terpampang di jalanan. Banyak diantaranya berisikan tentang iklan rokok. Seorang nan merokok dicitrakan sebagai pria nan jantan, macho, atau sekedar gaya hayati nan keren. Melalui promosi besar-besaran oleh industri rokok tak mengherankan banyak para pelajar nan tergiur buat mencobanya, sekaligus berimajinasi selayaknya nan diberikan oleh iklan.

Pemerintah seharusnya mempunyai anggaran nan sangat ketat buat mengikat mobilitas dari perusahaan rokok di Indonesia. Merokok ialah Norma buruk, dan bila generasi muda memiliki Norma ini. Maka bisa dibayangkan generasi kita ialah mereka nan bergaya hayati salah, yakni boros dan hanya melihat kenikmatan sesaat.



Mereka ialah para duplikator

Para pelajar kita ialah kelompok generasi muda nan masih mencari jati dirinya. Mereka masih mencoba buat mencari panutan nan sinkron dengan kondisi kehidupannya. Dan, salah satu cara nan mereka gunakan ialah meniru apa nan telah ada dan generik terjadi dalam lingkungannya.

Mereka selalu mencari sosok-sosok nan menurut mereka pantas buat dijadikan sebagai panutannya, dalam segala hal. Dan, ternyata Norma merokok-pun mereka adopsi buat kehidupannya.

Berdasarkan bagaimana seorang pelajar merokok, maka kita bisa mengelompokkan hal tersebut sebagai berikut: bahwa kaum pelajar merokok karena:

1. Meniru orangtuanya

Pendidikan nan primer dan pertama kali dilakukan ialah di lingkungan keluarga. Sejak kecil, mereka berada di lingkungan keluarga sehingga pendidikan nan pertama kali didapatkan ialah di lingkungan keluarga.
Demikian juga halnya Norma merokok. Orangtua atau bapak nan perokok setiap hari memberikan pembelajaran ke anak-anaknya mengenai merokok, walaupun mereka tak pernah menyadari hal tersebut.

Anak-anak nan setiap hari berada di sekitar bapaknya nan perokok terus memperhatikan dan merekam setiap kegiatan bapaknya. Pada saat-saat tertentu, mereka mencoba menirukan apa nan dilakukan bapaknya dan jadilah mereka sebagai pelajar perokok tanpa disadari oleh bapaknya.

Oleh karena itu bagi orang tua nan saat ini masih merokok, sebaiknya berhenti dari Norma nan tiada kegunaan ini. Jangan menunda-nunda niatan baik buat berhenti merokok. Mulailah dari sedikit demi sedikit, pasti kecanduan merokok tersebut bisa diatasi seiringnya usaha dari diri seseorang. Menyadari peran orang tua sebagai tauladan anaknya di rumah dan masyarakat, akan jauh lebih bermanfaat apabila uang nan dianggarkan buat merokok dialihkan kepada keperluan nan lebih positif.

Daripada uang tersebut hangus menjadi kepulan asap di udara. Niatkanlah berhenti merokok buat kepentingan dari anak sendiri. Dan sertai dengan tujuan bahwa menghentikan merokok buat amalan nan lebih baik, semisal dianggarkan buat bersedekah. Selain bermanfaat bagi akhlak bapaknya, bersedekah akan membuka kebaikan nan banyak sekali di global maupun di akhirat kelak.

2. Meniru Gurunya

Lingkungan kedua nan dijadikan sebagai loka beraktivitas oleh anak ialah sekolah. Pada saat inilah terjadi hubungan antara anak dengan anak dan anak dengan guru. Dan, seringkali pada saat inilah telah terjadi transfer sikap nan salah.

Guru nan seharusnya menjadi panutan positif bagi anak didik, pelajar, ternyata telah melakukan sesuatu nan tak baik dari sisi pendidikan. Hal ini bisa kita lihat dari fenomena nan ada di lapangan, dimana para guru tak sedikit nan merokok di depan anak didiknya. Begitu juga saat berada di kantor guru, banyak guru nan dengan seenaknya merokok.

Jika hal tersebut terjadi terus menerus, maka secara tak langsung, para guru telah menyelenggarakan proses pembelajaran merokok bagi anak didiknya. Dan, tak aneh para pelajar kita banyak nan menjadi pelajar perokok.

3. Meniru Masyarakatnya

Dan, ketika anak-anak berada di lingkungan masyarakat, maka pada saat itulah mereka mendapatkan proses pembelajaran lagi. Pola kehidupan masyarakat nan sedemikian bebasnya, menyebabkan banyak orang gaya hidupnya berubah. Mereka tak lagi menerapkan gaya hayati sehat, melainkan gaya hayati sesukanya.

Termasuk dalam hal ini ialah Norma merokok nan di sembarang tempat. Mereka tak lagi memperhitungkan akibat dari setiap kegiatan nan dilakukannya. Bagi mereka nan terpenting ialah mereka mendapatkan kebahagiaan saat melakukan kegiatan tersebut.

Begitulah Norma pelajar perokok kita mendapatkan pembelajaran merokoknya. Oleh sebab itulah, maka seharusnya kita secara bersama-sama berusaha buat mencegah agar kondisi tak berlanjut.

Dimulai dari keluarga di rumah, beri wawasan dan contoh kepada anak-anak tentang upaya buat menjauhi bahaya merokok. Putar video atau film dokumenter nan menceritakan tentang akibat negatif dari aktivitas merokok. Dengan melihat tayangan tersebut, maka anak-anak akan merasakan bahwa memang merokok itu merugikan dari kajian ilmiah. Bukan sekedar omongan tanpa ada bukti nan kuat.