Lebih Populer

Lebih Populer

Semakin tingginya kebutuhan hayati mendorong setiap orang buat meningkatkan ketrampilannya agar bisa dijadikan bekal buat mencari penghasilan. Begitu juga dengan ketrampilan menjahit.

Menjahit merupakan salah satu bentuk ketrampilan nan akhir-akhir ini makin disenangi kaum perempuan dan ibu-ibu rumah tangga. Kebutuhan menjahit nan belakangan makin meningkat ini tentu saja juga mendorong naiknya penjualan mesin jahit Butterfly maupun merek lain.

Perkembangan teknologi mesin jahit saat ini sudah demikian pesat, sehingga memudahkan setiap orang buat memanfaatkannya, baik buat sekedar hobi maupun mendapatkan penghasilan dari jasa jahitan.



Sejarah

Berbicara tentang merek mesin jahit tentunya tidak dapat dilepaskan dari sejarahnya. Syahdan sejarah mesin jahit berawal pada tahun 1755 saat ditemukan sebuah jarum nan spesifik digunakan buat sebuah mesin.

Namun sejak itu, berbagai upaya membuat sebuah mesin jahit nan bisa digunakan buat menyambung atau mengikat dua kain dengan pola ikatan benang mengalami pasang surut. Ada sebuah inovasi namun ternyata tak dapat diaplikasikan.

Pada tahun 1790, Thomas Saint mendaftarkan paten mesin jahit temuannya. Namun uniknya, konsep dalam paten itu ternyata tak dapat dipraktekkan. Pada tahun 1810, sebuah mesin jahit spesifik buat membuat topi ditemukan seorang berkebangsaan Jerman, yaitu Balthasar Krems. Namun kabarnya temuan inipun kurang bisa dioperasikan dengan baik sehingga konsepnya dilupakan orang. Pada tahun 1818, dua orang berkebangsaan Amerika Serikat, yaitu John Adams Doge dan John Knowles, juga mencoba membuat mesin jahit namun juga gagal saat digunakan.

Sebuah mesin jahit nan bisa berfungsi dengan baik sukses ditemukan pada tahun 1834 oleh Walter Hunt. Namun perkembangan inovasi mesin jahit secara menyolok terjadi di Amerika pada sekitar tahun 1850-an saat Elias Howe dan Isaac Singer berebut hak paten atas mesin jahit temuan mereka. Sejak saat itu, mesin jahit dengan bentuk jarum berlobang di ujungnya dibuat secara massal.



Lebih Populer

Dibandingkan merek Singer, mesin jahit Butterfly memang terbilang lebih murah. Namun harganya nan memang terjangkau dan pemakaiannya nan cukup fungsional membuat mesin jahit merek Butterfly lebih dikenal dan lebih popular di masyarakat. Jenis dan macam mesin jahit inipun cukup beragam. Dari nan manual hingga nan menggunakan mesin dynamo.

Dari berbagai jenis usaha konveksi, bisnis jahitan di rumah, hingga permak jeans tidak sedikit nan lebih memilih menggunakan mesin jahit merek ini. Bahkan penjual jasa jahitan keliling menggunakan sepeda ataupun ibu-ibu nan membuka kios di pasar, juga memilih merek Butterfly. Mereka memilih mesin jahit Butterfly terutama nan digerakkan dengan tangan. Saking populernya merek mesin jahit Butterfly malah membuat pendahulunya, mesin jahit merek Singer, seperti tenggelam.