Wacana Pindah Ibu Kota

Wacana Pindah Ibu Kota

Jakarta macet lagi . Stagnasi menjadi santapan setiap hari warga Jakarta. Gubernur boleh saja berganti setiap lima tahun sekali namun janji buat mengatasi stagnasi tidak urung juga terjadi.



Fenomena Stagnasi Ibu Kota

Berbagai upaya dilakukan buat mengurai stagnasi dimulai dengan pembangunan jalan busway, planning pembangunan monorel seperti nan telah dilakukan di Korea dan Malaysia, sampai planning dibuatan subway nan akan membelah kota Jakarta di bawah tanah.

Banyak faktor nan menyebabkan Jakarta kembali menjadi macet. Diantaranya, jumlah kendaran roda dua dan empat nan setiap tahunnya monoton bertambah tanpa dapat diatur oleh pemerintah, ruas jalan nan tidak sebanding dengan volmue kendaraan nan melintas diatasnya, pengguna jalan nan tidak mau antri, pedagang kaki lima nan sulit diatur sehinga membuat laju para pengendara terhambat, sampai banjir nan terjadi secara berkala.

Usaha mnegatasi stagnasi ini memang sering kali dilakukan. Jakarta sudah berganti-ganti pemimpin namun stagnasi tetap tidak bisa teratasi. Memang seakan stagnasi nan ada di ibu kota sudah begitu merajalela.

Banyak hal nan menjadi dampak dari stagnasi ini. seperti sulitnya orang buat menjadi lebih mobile sebab mereka diharuskan berada di dalam kendaraan bermotor dalam waktu nan lebih lama hanya buat berderet di antara stagnasi nan ada.

Untuk ke sana dan ke sini atau mencapai loka itu dan ini dibutuhkan waktu nan lebih lama lagi. Semuanya menjadi penyebab orang lebih temperamen di dalam stagnasi ditambah lagi suhu nan panas akan lebih memanaskan pikiran dan hati orang.

Bagi para pengusaha, stagnasi ini akan berimbas pada biaya produksi mereka. Karena buat biaya transportasi akan menjadi lebih tinggi dikarenakan bahan bakar nan digunakan lebih banyak. Maka dari itu stagnasi nan ada akan semakin memberikan banyak kerugian bagi sebagian besar penduduk Jakarta dan sekitarnya.



Mengatasi Stagnasi Ibu Kota

Banyak cara nan sudah dicanangkan atau dilakukan buat mengatasi stagnasi ini. berikut ialah beberapa hal tersebut.



Wacana Pindah Ibu Kota

Jakarta kembali menjadi sangat macet. Sebab itu, banyak para pakar tata kota kemudian menyarankan pemerintah pusat dan DKI membuta kebijakan radikal dengan memindahkan ibu kota Jakarta ke daerah lain nan lebih lengang dibandingkan Jakarta.

Pertimbangannya sebagaimana pepatah mengatakan, “ada gula ada semut”. Jakarta ibarat gula nan banyak dikerubuti semut dari berbagai daerah sehingga jumlah penduduk Jakarta setiap tahunnya monoton mengalami kenaikan nan signifikan.

Ada baiknya juga jika Jakarta sebagai ibu kota negara dipindahkan. Ke Palangkaraya, misalnya. Namun, apakah pertanyaan-pertanyaan semacam, apakah kalau ibu kota sudah dipindahkan, benarkah stagnasi di Jakarta akan secara otomatis berkurang? Berapa biaya nan dibutuhkan buat memindahkan ibu kota mengingat APBN negara kita sedang cekak sebab banyaknya duit rakyat nan dikentit? Terus, seberapa efektifnyakah perpindahan ib kota ini, apakah akan sinkron dengan biaya nan dikeluarkan buat memindahkan ibu kota atau bahkan lebih rendah?

Beberapa kalangan menilai mengatasi stagnasi di Jakara tidak dapat dengan banya sekedar memindahkan ibu kota ke daerah lain. Mengapa? Selain pertimbangan biaya nan sangat besar, juga belum tentu stagnasi di Jakarta akan teratasi dengan serta merta sekalipun ibu kota sudah pindah. Plus kondisi sosial, ekonomi, hukum, nan masih belum mendukung buat diadakannya pemindahan ibu kota ini.

Namun mungkin hal ini memang bisa dicoba buat dilakukan. Karena memang saat ini ibu kota menjadi kota nan memiliki banyak fungsi. Sebagai kota pemerintahan dimana semua pusat pemerintahan seperti intansi dan badan nasional berpusat di Jakarta.

Juga sebagai pusat industri dan perdagangan. Hal ini semakin menarik masyarakatt buat datang ke jakarta. Dengan semakin banyaknya orang nan datang ke sini maka akan semakin menambah beban bagi kota itu sendiri.

Wilayah Jakarta tidaklah begitu luas namun memiliki jumlah penduduk nan lumayan banyak. Itulah nan menyebabkan jakarta menjadi sangat padat. Dengan ini akan menambah jumlah kendaraan nan ada. Inilah salah satu penyebab stagnasi nan selalu terjadi.

Jikalau memang ibu kota dipindahkan keluar Jakarta maka dapat jadi seluruh instansi dan badan nasional juga akan dipindahkan. Dan ini akan mengurangi jumlah manusia nan ada di sana termasuk seluruh jumlah kendaraan nan mereka miliki.



Pembatasan Kendaraan Pribadi

Salah satu faktor nan membuat Jakarta macetnya makin parah yakni semakin banyaknya orang nan memiliki kendaraan pribadi. Perbedaan ekonomi nan terjadi makin terbuka lebar sehingga jangan heran kalau orang kaya di Jakarta dapat memiliki kendaraan sampai 4-5 buah. Makanya restriksi kendaraan pribadi tersebut mendesak dilakukan buat menyelamatkan Jakarta dari kelumpuhan dampak macet.

Selain restriksi jumlah kendaraan, pemerintah daerah juga wajib memberikan fasilitas nan memadai kepada para pengguna jasa angkutan massa seperti busway dan kereta barah supaya banyak penumpang nan nyaman berkendara dengan kendaraan umum.

Sekalipun ada ketimpangan antara fasilitas di kendaraan pribadi dengan kendaraan umum, jika dapat diminimalisir akan banyak penumpang sekalipun dari golongan kaya nan bersedia menggunakan angkutan umum. Mudah-mudahan hal tersebut menghilangkan kenyataan macet lagidi Jakarta.

Sebagian besar penduduk kita memang lebih mengedepankan masalah prestige dan harga diri. Terutama bagi mereka nan memiliki tingkatan ekonomi nan tinggi. Mereka lebih suka buat pergi dengan membawa kendaraan pribadi.

Inilah nan juga menjadi penyebab kemacetan. Macet di jalan sebab kendaraan tak bisa berjalan dengan mulus dan lancar. Hal ini bisa disebabkan oleh terlalu banyaknya kendaraan nan berada di jalan raya.

Jikalau masyarakat Indonesia lebih mengedepankan bagaimana pemenuhan kebutuhan itu tanpa melihat apakah memang masih bisa bergaya maka dapat saja pergi ke suatu loka tanpa membawa kendaraan bermotor sendiri. Cukup dengan naik alat angkutan umum.



Pembenahan Sistem Transportasi Ibu Kota

Budaya masyarakat Jakarta buat lebih bahagia mengendarai kendaraan bermotor sendiri memang tak bisa sepenuhnya disalahkan sebagai penyebab dari kemacetan. Karena memang kebanyakan masyarakat nan menggunakan kenaraan pribadi memilih menggunakannya sebab banyak alasan.

Dengan kendaraan pribadi mereka akan lebih merasa aman. Karena kita tahu banyak tindak kriminal nan sering terjadi di dalam angkutan umum. Mulai dari tindak pencurian atau pencopetan samapi tindak pelecehan seksual sering terjadi di dalam angkutan umum.

Tentunya hal ini akan memberikan rasa takut bai sebgian orang buat naik angkutan umum. Mereka akan memilih bermacet ria di dalam kendaraan pribadi mereka daripada menjadi korban pencurian ataupuan pelecehan seksual di dalam angkutan umum.

Atau hal lain nan sering terjadi di dalam angkutan generik ialah supir nan sering ugal-ugalan. Sehingga membuat penumpang menjadi takut buat naik angkutan generik tersebut. Apalagi ditambah dengan keadaan angkutan generik nan tidak nyaman. Semakin membuat orang tidak memiliki keinginan buat naik kendaraan ini.

Untuk itulah, dengan fakta angkutan generik nan seperti disebutkan di atas, haruslah ada usaha buat memperbaiki kualitas dari angkutan generik tersebut. Agar bisa memberikan rasa nyaman dan kondusif kepada semua penumpang.

Dengan ini maka semua orang tidak akan merasa takut dan tidak nyaman lagi buat naik angkutan umum. Jika banyak orang nan bisa naik angkutan generik atau beralih dari kendaraan pribadi ke angkutan umum, maka akan mengurangi kuantitas dari kendaraan nan berada di jalan.

Alat angkutan generik ini bisa mengangkut banyak penumpang dalam satu waktu. Sehingga akan mengurangi beban jalan raya dari banyaknya kendaraan bermotor. Dengan ini stagnasi akan bisa teratasi.

Memang tak mudah buat mengatasi stagnasi nan ada dans ering terjadi di ibu kota. Karena memang jakarta ialah kota nan besardan dipenuhi dengan jutaan penduduk serta banyaknya kendaraan bermotor nan mereka kendarai setiap harinya di jalan raya.

Untuk mengatsi stagnasi ini memang diperlukan adanya peran serta dari seluruh pihak nan terkait. Sebut saja semua aparat pemerintahan nan ada di Jakarta beserta seluruh rakyatnya.

Semuanya harus memiliki pencerahan buat melepaskan jakarta dari jerat kemacetan. Semua pihak harus berada di dalam satu visi dan misi buat bisa membuat Jakarta tidak kembali menjadi macet. Semuanya harus bisa mengedepankan kepentingan generik dengan mengesampingkan kepentingan pribadinya agar bisa mennjadikan ibu kota tercinta tidak macet lagi.