Kemacetan Menjadi Karakteristik Khas Sebuah Kota

Kemacetan Menjadi Karakteristik Khas Sebuah Kota

Masalah stagnasi mungkin sudah terlalu sering jika dibahas. Tetapi, ketika Anda melihat fenomena dalam kehidupan, maka Anda tak mungkin mengabaikan kondisi jalanan macet setiap hari. Apalagi ketika Anda ikut terjebak dalam barisan kendaraan nan macet di jalur sibuk. Berbagai macam perasaan kesal berkecamuk dalam hati.

Jalanan nan macet di negeri ini mungkin sudah menjadi sesuatu nan lazim, bahkan jika tak macet, maka orang akan kebingungan dan bertanya-tanya, mengapa tak macet? Apakah akan ada pejabat nan mau lewat jalan ini?

Di setiap kota, stagnasi jalan merupakan permasalahan penting nan terus saja berkembang dan menjadi permasalahan nasional. Isu stagnasi jalan menjadi pekerjaan rumah nan semakin lama semakin rumit. Bahkan tak terselesaikan walaupun berbagai upaya dilakukan buat menguraikan masalah tersebut.



Kemacetan Menjadi Karakteristik Khas Sebuah Kota

Sebuah kota dan stagnasi mungkin sekarang ini sudah seperti saudara kembar. Setiap kali perubahan kondisi, maka salah satunya akan segera terpengaruh. Mereka selalu berusaha berada pada kondisi dan posisi nan sama. Jika jalur jalan bertambah, maka jumlah kendaraan bertambah, tetapi jika jumlah kendaraan bertambah, ternyata jalur jalan tak bertambah.

Berdasarkan kondisi dilapangan, maka penyebab jalanan macet ada beberapa hal, misalnya:

1. Jumlah Kendaraan Terus Bertambah
Produk kendaraan tiap tahun bertambah banyak. Mereka memproduksi berdasarkan jumlah permintaan atau kondisi pasar. Setiap saat, kendaraan baru nan turun ke jalanan semakin banyak dan terus bertambah banyak. Ini merupakan kondisi nan tak bisa kita pungkiri.

Pertumbuhan taraf kualitas kehidupan ekonomi masyarakat telah menjadi pemicu meningkatnya pertambahan produksi berbagai barang teknologi, termasuk dalam hal ini ialah produksi kendaraan, baik kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat.

Taraf pertambahan jumlah produksi kendaraan tentunya berdampak pada semakin bertambah rapatnya deretan kendaraan di jalan raya. Jeda nan seharusnya bisa ditempuh selama tiga puluh menit, tetapi sebab stagnasi nan terjadi, maka bisa berubah menjadi satu jam.

semakin banyaknya jumlah kendaraan nan ada dikarenakan setiap orang memiliki kebutuhan nan sama dalam transportasi. Kebutuhan buat selalu berada di tempat-tempat eksklusif dalam waktu nan nisbi singkat membuat seseorang menginginkan buat memiliki sebuah kendaraan pribadi.

Berjumlahnya jumlah dikendara nan ada di Indonesia bukanlah sebab terjadi dengan sendirinya. Banyak sekali faktor nan menyebabkan hal tersebut dapat terjadi. Faktor nan pertama ialah adanya kemudahan nan diperoleh oleh calon pemilik kendaraan buat memiliki kendaraan tersebut.

Meskipun Indonesia bukanlah negara nan maju tetapi termasuk negara dengan pertumbuhan penduduk nan tinggi dan tak semuanya miskin. Tidak terkategorikan sebagai semuanya miskin sebab ternyata masih ada beberpa aorang dengan pendapatan nan tak besar tapi mampu buat membeli sebuah sepeda motor atau kendaraan lainya.

Hal tersebutlah nan membuat jalanan menjadi semakin macet dan angka kecelakaan menjadi tinggi. Saat ini orang sangat mudah sekali buat mendapatkan sebuah kendaraan bermotor dengan cara kredit. Uang muka nan disediakan juga tak terlalu besar. Bahkan hanya dengan lima ratus ribu saja sudah cukup buat membawa sepeda motor baru keluar dari dealer resmi menuju ke rumah pribadi.

Sebuah hal nan luar biasa. Tidak hanya itu, kemampuan seseorang buat membeli bahan bakar juga patut buat diacungi jempol sebab harga nan nisbi murah tersebut jika dibandingkan dengan negara Jepang membuat rakyat kita mampu membelinya.

Semakin banyaknya kendaraan pribadi beroperasi di jalanan maka sudah dapat dipastikan bahwa jalanan akan menjadi semakin ramai. Dalam satu keluarga saja biasanya ada lebih dari satu kendaraan di dalam rumahnya. Jadi jika dalam satu wilayah ada 100 kepala keluarga maka dapat dibayangkan berapa banyak jumlah kendaraan nan ada di jalanan.

Selain itu, faktor dari jasa transportasi generik nan tak nyaman dan kondusif juga membuat seseorang lebih memilih buat memiliki kendaraan pribadi. Tentunya hal ini juga ikut sebagai penyumbang jalanan menjadi semakin macet.

Satu lagi hal nan juga ikut menyumbang stagnasi ialah jalanan nan tak pernah mengalami perkembangan. Dari tahun nan dahulu hingga saat ini perkembangan jalan raya dapat dikatakan amat lambat bahkan ada nan semakin menyempit.

Padahal jumlah kendaraan selama ini terus bertambah dan semua kendaraan tersebut membayarkan pajak nan jumlahnya juga tak sedikit setiap tahunnya. Alangkah baiknya jika hal tersebut dapat dimaksimalkan dengan mengarahkannya pemugaran jalan.

Jika ditilik maka seharusnya pendapatan nan diperoleh dari pajak kendaraan tersebut sangatlah besar. Jadi kalau dihitung-hitung dirasa cukup buat melakukan sebuah pemugaran dan pelebaran jalan nan dibutuhkan oleh kendaraan nan saat ini sudah sangat banyak.

Namun pada kenyataannya tidaklah demikian nan terjadi di jalan raya nan ada di Indonesia ini. Bahkan nan menjadi sangat tragis sekali ialah masih ada daerah nan tak memiliki kondisi jalan nan baik. Buruknya prasarana nan disediakan dan pengelolaan nan jelek juga dapat menjadi penyebab itu semua.

Tidak mengherankan jika banyak sekali wahana dan prasaran nan ada di negeri ini kurang baik sebab negeri ini terkenal sekali dengan kondisi aparatnya nan suka korupsi. Jadi meskipun penghasilan nan diperoleh dari pajak sangatlah tinggi tetapi pembangunan nan ada masih berjalan sangat lambat.

Sudah saatnya bagi kita buat sadar diri mengatasi stagnasi nan ada ini dengan lebih banyak menggunakan kendaraan generik ketika hendak pergi ke loka nan jauh. Tentu saja dengan catatan bahwa kendaraan generik tersebut kondusif dan nyaman.

2. Panjang Jalur Jalan nan Lambat Pertambahannya
Panjang jalur jalan nan selama ini dipergunakan sebagai wahana gerak kehidupan memang sangat lamban perkembangannya. Bagaimana kita bisa memperpanjang jalur jalan jika jaraknya memang sebegitu? Tetapi pertanyaan tersebut seharusnya dijawab dengan menambah jumlah jalurnya, bukan panjang jalurnya.

Sejak dahulu, Mojokerto ke Surabaya berjarak sekitar 50 km, maka kita tak mungkin memperpanjang jeda ini. Kita hanya bisa menambah jumlah jalur nan mengarah ke Surabaya atau sebaliknya sehingga kendaraan tak terkumpul pada satu jalur. Kita seharusnya memecah konsentrasi kendaraan sehingga tak terpusat pada satu jalur tetapi terbagi dalam sekian jalur.

Untuk kondisi tersebut, maka kita harus membuka jalur jalan nan baru. Dengan jalur jalan nan baru ini, maka konsentrasi kendaraan terbagi pada beberapa jalur dan selanjutnya kita tak akan menemukan stagnasi pada jalur tersebut. Jalur-jalur baru ini kita jadikan sebagai jalur alternative nan secara singkat menghubungkan dua jarak.

3. Perlu Kebijakan Spesifik Untuk Kendaraan
Untuk mengkondisikan jalur jalan agar mampu mengkontribusi kebutuhan masyarakat, maka salah satu langkah nan perlu dilakukan ialah membatasi jumlah produk kendaraan negeri ini. Seharusnya pemerintah menerapkan kebijakan dalam produk kendaraan. Tidak seperti sekarang.

Taraf pertumbuhan atau pertambahan jumlah kendaraan di negeri ini memang sangat tinggi. Setiap harinya sangat banyak kendaraan baru nan turun dan memasuki jalur jalan. Hal tersebut jelas menambah panjang deretan kendaraan di jalan. Deretan inilah nan selanjutnya menyebabkan stagnasi di sepanjang jalur jalan nan kita maksudkan.

Bukannya tak pernah ada pemecahan dalam masalah pembuatan terobosan buat mengatasi stagnasi nan ada. Namun nyatanya kebijakan nan diambil oleh pemerintah masih belum ada nan terbukti berhasil.

Jalanan macet, secara generik disebabkan sebab kapasitas jalur sudah tak berimbang lagi dengan jumlah kendaraan nan ada. Hal ini bisa terjadi, salah satunya sebab kebijakan produksi nan tak terbatasi. Pabrik begitu saja memproduksi kendaraan, tanpa mempertimbangkan taraf pertambahan jalur jalan.

Sebenarnya, bisa mengantisipasi terjadinya stagnasi di jalan raya jika kita secara serempat bersama-sama mengkondisikan jalan raya. Jangan terlalu terburu keinginan buat dianggap negara maju dengan menunjukkan banyaknya produk teknologi di jalan raya, tetapi tak tertangani masalahnya, justru hal tersebut menjadi permasalahan nan sangat penting bagi bangsa besar ini.

Kebijakan nan hanya mengedepankan pada profit atau laba nan akan didapatkannya seolah tak mengindahkan akan dampak nan diberikan oleh produksi nan besar tersebut. Sudah sangat wajar jika perusahaan atau seorang pebisnis akan melakukan apa saja buat memperoleh laba termasuk dengan memproduksi jalan jumlah nan besar.

Hal nan sangat disayangkan ialah adanya dukungan dari pihak pemerintah nan tak diimbangi oleh adanya pembangunan jalan nan merupakan fasilitas primer dari sebuah kendaraan. Oleh sebab itu, tak sepenuhnya hal tersebut dapat dibebankan oleh pabrik saja tetapi kebijakan pemerintah juga menentukan.