2. TV Elektronik

2. TV Elektronik

Televisi atau nan biasa orang sebut dengan tipi dikenal sebagai sebuah kotak ajaib nan diminati oleh semua kalangan, tapi tak semua orang mengetahui sejarah Tv tersebut. Di setiap rumah, tak lengkap rasanya bila tak ada kotak ajaib ini.

Tidak berfungsi sebagai media hiburan semata, televisi sekarang ini juga berfungsi sebagai pemenuhan informasi nan ada melalui program-program nan dikemas secara menarik.

Dari waktu ke waktu, televisi pun terus mengalami perkembangan. Baik dalam segi ukuran, bentuk, teknologi, dan sebagainya. Dalam perkembangannya ini, baik dari segi perorangan, perusahaan, maupun organisasi, terus menciptakan inovasi-inovasi agar televisi bisa dinikmati dengan nyaman.



Sejarah Tv

Televisi ialah sebuah teknologi nan sangat berpengaruh dalam perkembangan teknologi informasi di seluruh dunia. Pada awal perkembangannya, televisi ialah gabungan teknologi optik mekanik dan elektronik nan digunakan buat merekam, menampilkan dan menyiarkan gambar visual.

Pada akhir tahun 1920, sistem pertelevisian tersebut telah berkembang sebab semua sistem televisi modern menerapkan teknologi ini. Perkembangannya, sistem mekanik sudah tak digunakan lagi, tapi hal tersebut merupakan pengetahuan nan bisa dikembangkan menjadi sistem elektromekanis buat pengembangan sistem televisi elektronik penuh.

Sebelumnya, gambar pertama nan sukses dikirimkan secara elektrik ialah melalui mesin faksimile mekanik sederhana, nan kemudian dikembangkan pada akhir abad ke-19.

Pada tahun 1878, konsep pertama pengiriman gambar bergerak nan menggunkan daya elektrik ialah konsep gabungan telepon dan gambar bergerak atau teleponskop, tak lama setelah inovasi telepon.

Hal tersebut membuat para penulis fiksi ilmiah berpendapat bahwa suatu hari nanti cahaya juga akan bisa dikirimkan melalui medium kabel, seperti halnya suara. Dan, itu telah terbukti pada inovasi selanjutnya.

Pada tahun 1881, pertama kali mengirim gambar menggunakan sistem pemindaian gambar, yaitu menggunakan pantelegraf, nan menggunakan prosedur pemindaian pendulum.

Sejak saat itu, hampir setiap teknologi pengiriman gambar menggunakan teknik pemindaian gambar, termasuk televisi. Konsep ini dinamakan perasteran, yaitu sebuah proses mengubah gambar visual menjadi arus gelombang elektrik. Berikut ini merupakan perkembangan sejarah TV nan terjadi, mulai masa TV mekanik hingga TV plasma nan ada sekarang.



1. TV Mekanik

Ini merupakan cikal bakal lahirnya televisi. Pada 1994, seorang mahasiswa bernama Julius Paul Gottlieb Nipkow atau lebih dikenal dengan Paul Nipkow membuat karya, yaitu sebuah piringan metal kecil nan dapat berputar dengan lubang-lubang di dalamnya.

Sekitar 1920, John Logie Baird dan Charles Francis Jenkins menggunakan piringan nan diciptakan oleh Nipkow tersebut buat menciptakan sistem dalam penangkapan gambar, transmisi, serta penerimaannya dengan membuat seluruh sistem televisi berdasarkan sistem gerakan mekanik, baik dalam penyiaran maupun penerimaannya.



2. TV Elektronik

Pada 1920, perkembangan TV elektronik agak tersendat sebab harga TV mekanik lebih murah dibandingkan TV elektronik. Namun, Vladimir Kosmo Zworykin dan Philo T. Farnsworth sukses membuat TV elektronik dengan biaya nan murah dan terjangkau oleh masyarakat, sehingga kebanyakan orang beralih dari TV mekanik ke TV elektronik.

Vladimir Zworykin mendapat donasi dari Senior Vice President dari RCA ( Radio Corporation of America ), yaitu David Sarnoff, sebab Vladimir Zworykin merupakan ahli nan ada di masa itu.

David Sarnoff meramalkan bahwa TV elektronik mempunyai masa depan nan cerah dalam penjualan nantinya. Pada 1935, Fransworth dan Zworykin mulai memancarkan siaran dengan menggunakan sistem nan sepenuhnya elektronik.

Pada 1939, RCA dan Zworyskin meluncurkan program regular televisinya di New York dengan mendemonstrasikan program mereka secara besar-besaran dan mendapatkan sambutan luar biasa. Oleh karena itu, pada 1941, NTSC ( National Television Standards Commitee ) memutuskan buat mengadakan standardisasi sistem transmisi siaran televisi nan ada di Amerika.



3. TV Berwarna

Pada 1940, Peter Goldmark menciptakan televisi rona dengan resolusi rona mencapai 343 garis. Pada 1953, RCA mulai membangun sistem berwarna nan mampu diterima, baik dalam sistem rona maupun hitam putih dan NTSC menjadikannya sebagai baku buat siaran komersial.



4. Plasma Diplay TV

Donald L. Bitzer dan H. Gene Slottow menciptakan sistem komputer PLATO di Universitas Illinois pada tahun 1964. Hal itu dikembangkan oleh Larry Weber sehingga pada 1975 Larry Weber dari Universitas Illonis sukses membuat tampilan plasma berwarna.

Larry Weber tak berhenti begitu saja. Ia terus berusaha mengembangkan proyek layar plasma ini sehingga pada 1995 Larry Weber sukses menciptakan layar plasma nan stabil dan cemerlang.



Pemanfaatan Televisi

Semakin canggih teknologi nan ditemukan, maka teknologi pada televisi pun semakin canggih. Berbagai jenis televisi sudah beredar di global dengan fasilitas pendukungnya nan bermacam-macam. Sekarang ini, teknologi layar televisi semakin sempurna. Baik LCD, Plasma, maupun CRT. Semua itu terus dikembangkan demi kenyamanan para pemakai televisi.

Tayangan televisi di Indonesia pun mulai ramai ketika munculnya beberapa stasiun televisi swasta. Berbagai tayangan nan dihadirkan menjadi beragam. Hal tersebut menjadikan adanya persaingan antara stasiun televisi.

Tayangan nan sudah majemuk tersebut sebagian besar berupa hiburan. Pada awal munculnya televisi di negara ini tayangan nan ditampilkan sebagian besar berupa warta atau hal-hal nan berkaitan dengan informasi tentang keadaan negara ini. Tayangan hiburan hanya muncul sesekali saja agar para penonton tak jenuh.

Seiring dengan perkembangan zaman, tayangan televisi menampilkan berbagai macam hiburan, mulai dari iklan, film, kuis, reality show, sampai acara musik. Semua kalangan sudah bisa menikmati tayangan televisi nasional tanpa mengeluarkan dana nan cukup besar.

Bahkan teknologi handphone pun ada nan mempunyai fitur televisi, sehingga pemilik handphone tersebut bisa menikmati tayangan televisi di dalam handphone tersebut.

Tayangan nan semakin majemuk tersebut tentu saja bisa menimbulkan akibat jelek bagi masyarakat Indonesia, terutama kalangan anak-anak. Akibat positifnya juga ada. Akan tetapi, nan perlu diperhatikan ialah akibat buruknya tersebut.

Tayangan televisi nan menggiurkan, mulai dari anak-anak sampai dewasa, membuat masyarakat Indonesia meniru apa nan ada dalam tayangan tersebut dan kecanduan buat menonton tayangan tersebut.

Seorang anak cenderung akan tertarik dengan tayangan film kartun atau film animasi. Apabila seorang anak tersebut menonton terlalu lama dan sering, maka perkembangan otaknya mengenai bahasa akan lambat.

Hal tersebut bisa terjadi sebab apabila seorang anak lebih sering menonton televisi, maka anak tersebut kurang dalam bersosialisasi dengan orang lain. Kemampuan sosialisasinya kurang dan kemampuan bahasanya pun kurang.

Jadi, buat mencegah hal tersebut, orang tua ialah salah satu upaya nan bisa mengarahkan dan membimbing anak dalam masa pertumbuhannya. Seorang anak jangan terlalu sering menonton tayangan televisi dan ketika dia menonton harus tetap diawasi, serta memilihkan acara nan bisa membantu perkembangan otaknya.

Sosialisasi anak nan sering menonton televisi tak bisa berkembang sebab kurangnya berteman dengan orang lain. Anak akan menjadi pendiam dan pemurung sebab kurangnya mengekspresikan dirinya dengan orang lain. Akibatnya, anak akan menjadi pendiam, kurang bergaul, dan kemampuan bahasanya kurang.

Selain itu, terlalu lama menonton televisi akan mengganggu kesehatan tubuh manusia. Pada saat menonton televisi, tubuh tak bergerak dan cenderung diam. Apabila terlalu lama menonton televisi, maka tubuh akan terasa pegal dan terkadang keram sebab peredaran darahnya tersumbat atau tak lancar.

Jika hal tersebut dilakukan secara berulang-ulang dalam jangka waktu nan lama, maka tubuh akan mudah terkena penyakit, seperti obesitas. Padahal tubuh manusia itu perlu digerakkan atau olah raga buat memperlancar peredaran darah, sehingga tubuh menjadi sehat.

Bayangkan saja, jika seorang anak sudah terbiasa menonton televisi dalam jangka waktu nan lama, maka setelah dia dewasa akan mudah terkena obesitas dan penyakit lainnya.

Untuk itu, menonton televisi itu bagus buat menambah wawasan dan sebagai media hiburan juga. Akan tetapi, harus dipikirkan juga akibat negatif nan bisa terjadi jika menonton terlalu lama. Begitu juga buat anak-anak, nan harus selalu diperhatikan tayangan apa saja nan harus ditontonnya.

Keberadaan televisi nan sangat mudah didapatkan ini, jangan sampai berdampak negatif terhadap perkembangan anak. Dikembalikan lagi kepada sejarah Tv nan pada awalnya berfungsi sebagai media informasi.

Mulailah dari diri sendiri buat memanfaatkan media televisi ini sebagai media informasi nan bisa menambah wawasan dan juga sebagai media hiburan, tentu saja dengan tak berdampak negatif bagi kehidupan.

Demikian informasi mengenai sejarah Tv. Semoga informasi tersebut bermanfaat dan menambah wawasan Anda mengenai sejarah dari penciptaan televisi ini. Manfaatkanlah televisi buat hal-hal nan positif.