Supermarket dan Konsumerisme

Supermarket dan Konsumerisme

Pasar ialah sebuah istilah ekonomi buat menyatakan sekumpulan konsumen suatu produk dalam penjualan komoditi-komoditi pemenuh kebutuhan dan keinginan. Namun, pasar nan dikenal luas oleh masyarakat awam adalah pasar nan menjadi salah satu wahana dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan masyarakat. Baik itu pasar tradisional maupun pasar modern atau supermarket.

Pasar ialah pusat perdagangan baik barang maupun jasa nan disediakan oleh para produsen buat kemudian dikonsumsi oleh masyarakat secara umum. Bagaimana dengan supermarket? Pasar modern ini banyak bermunculan dengan nama dagang beragam. Bahkan kemunculannya sangat menjamur hingga ke daerah-daerah kecil.

Padahal pada masa lalu, daerah-daerah kecil sporadis sekali dilirik oleh kaum kapitalis buat mendirikan cabang usahanya. Mengapa kehadiran supermarket ini begitu marak di tengah-tengah masyarakat? Fungsi kehadiran supermarket dalam global ekonomi modern disebut-sebut merupakan solusi atas kebutuhan masyarakat nan harus dipenuhi ditengah-tengah keterdesakan waktu.

Ya, dengan kompleksitas kepentingan, masyarakat modern memiliki waktu nan sangat terbatas buat melakukan hal-hal di luar pekerjaannya. Bahkan buat sekedar memenuhi kebutuhan nan sangat mereka butuhkan pun, terkadang harus diluangkan di waktu-waktu nan sempit.

Karena melihat peluang tersebutlah, para pemilik kapital melirik taktik perdagangan cepat. Sistem ini pertama kali berkembang di negara-negara sibuk seperti negara-negara nan terdapat di Amerika, dan Asia Timur seperti Jepang dan Korea. Waktu nan dibutuhkan buat berbelanja di supermarket memang diperkirakan lebih singkat dari waktu nan dibutuhkan buat berbelanja di pasar-pasar tradisional.

Ini disebabkan oleh sistem harga tanpa penawaran nan diberlakukan di supermarket. Pelanggan tak perlu mengadakan hubungan tambahan dengan pedagangnya (baca: tawar menawar). Di loka ini pula, para pelanggan bisa langsung tepat sasaran. Misal, saat pelanggan membutuhkan bahan-bahan buat membuat kue, mereka tak perlu berkeliling mencari kios nan menjual bahan kue.

Di pasar modern ini, pelanggan cukup mencari pelayan buat menanyakan kebutuhannya. Pelayan tersebut secara otomatis akan menunjukkan loka di mana kebutuhannya berada. Pasar memang memiliki ruang nan lebih luas daripada supermarket.

Oleh sebab itu, pasar dijadikan pusat perdagangan hampir di seluruh dunia. Majemuk komoditi dihadirkan di pasar oleh lebih dari satu pedagang. Dengan begitu, tidak perlu takut kehabisan barang nan dibutuhkan jika Anda mencarinya di pasar.

Namun masalahnya, keluasan ruang justru menjadi hambatan tersendiri bagi orang-orang nan memiliki taraf kesibukan nan tinggi. Keluasan ruang dan ketersediaan barang-barang nan lebih lengkap tak menjadi nilai lebih bagi mereka. Supermarket menjadi alternatif nan mereka pilih buat memenuhi kebutuhannya, dengan alasan kepraktisan.

Selain itu, hubungan nan sangat singkat di supermarket jelas mempersingkat pula proses pemenuhan kebutuhan. Meski jika ketersediaan barang di pasar modern tidak terjamin, mereka lebih memilih buat kembali lagi di kemudian hari daripada mencarinya di kesempatan nan sama. Lagi-lagi dengan alasan efisiensi waktu.

Hal lain nan memberikan nilai lebih bagi para pelanggan nan memilih buat berbelanja di supermarket daripada di pasar ialah faktor kenyamanan. Mengapa pasar modern ini lebih nyaman buat dikunjungi oleh sebagian besar masyarakat? Ya, memang sebab alasan kenyamanan.

Beragam komoditi nan di pasok di pasar dalam jumlah besar, dengan menggunakan berbagai macam kendaraan jelas memperlihatkan kesemrawutan. Hal ini terjadi pada banyak lokasi pasar di dunia, khususnya di Indonesia.

Kesibukan nan berlangsung di pasar dalam usaha-usaha pemenuhan kebutuhan, tidak akan memberikan kesempatan bagi para pedagangnya buat berpikir tentang kenyamanan. Entah itu mengenai kerapian tempat, keamanan, bahkan nan menjadi masalah terbesar adalah sampah nan tersebar hampir di seluruh sudut pasar.

Hal itulah nan menjadi nilai negatif terselenggaranya pasar-pasar tradisional. Terlepas dari masalah efisiensi waktu, tampaknya kenyamanan juga merupakan alasan mengapa masyarakat lebih memilih buat berbelanja di pasar modern dari pada di pasar tradisional.



Supermarket - Sejarah dan Perkembangannya

Sebagian dari Anda mungkin mengetahui supermarket setelah tumbuh berkembang seluas ini, bukankah begitu? Ya, beberapa dasa warsa terakhir, masyarakat Indonesia dikejutkan dengan perkembangan pasar modern nan seringkali Anda kenal sebagai supermarket. Pasar modern ini menjadikan bahan makanan sebagai salah satu komoditi utamanya.

Namun, seiring dengan perkembangannya nan kian pesat, komoditip un dikembangkan. Kini pasar modern juga menyediakan kebutuhan-kebutuhan rumah tangga lain, lengkap dengan kebutuhan lifestyle. Akhirnya, mereka juga hadir dengan nama lain, toserba, atau toko serba ada.

Sebetulnya, pasar modern ini berkembang sebab adanya kebutuhan dari industri-industri pengepakkan bahan makanan buat memasarkan produknya. Outlet pertama nan berdiri sebagai loka berdagang nan memiliki sistem pasar modern ini bernama dagang Mom and Pop Outlets, nan berkembang di beberapa kota besar.

Pada Tahun 1970an, masyarakat lebih familiar dengan sistem perdagangan nan diberlakukan oleh supermarket ini dengan didirikannya pasar modern dengan nama dagang Hero Toserba. Supermarket ini kemudian juga mengembangkan dirinya dengan bentuk minimarket modern dengan nama dagang Kem Chicks pada Tahun 1971.

Pada mulanya, Kem Chicks hanya menjual komoditi berupa telur ayam, meneruskan usaha pertama pemiliknya, Bob Sadino. Namun setelah bergerak sukses, Kem Chicks melepaskan diri dari Hero, dan merangkak perlahan menjadi pasar modern nan lebih besar.

Akhir Tahun 70an, persaingan dimulai. Setelah kemunculan Hero dan Kem Chicks, muncul pasar modern baru dengan nama dagang Gelael. Lalu ada pula Toko bernama dagang Duty Free, toko tersebut menyediakan makanan atau minuman beralkohol nan sporadis dikonsumsi oleh orang Indonesia. Jadi, memiliki target pasar para ekspatriat.

Kemudian beberapa toko kecil modern berdasarkan etnis eksklusif juga dibuka dengan pengaruh kebudayaan India, Korea, dan Jepang. Tokoini entu saja memiliki target pasar orang asing nan datang dari ketiga negara tersebut.

Pada akhir Tahun 80an dan di awal Tahun 90an, beberapa retail skala kecil (minimarket) mulai menjamur. Kedua jenis pasar modern tersebut membentuk jaringan kecil di kota-kota besar, di tengah kematangan perekonomian nan mereka hadapi.

Dengan semakin menjamurnya pasar-pasar modern, muncul pula banyak asumsi kontroversial. Asumsi ini menyebut bahwa peningkatan pasar modern di tengah-tengah masyarakat akan menggerus keberadaan pasar-pasar tradisional.

Hal itu disebabkan oleh adanya kemungkinan para konsumen pasar tradisional buat berpindah ke pasar modern. Pasar-pasar modern lebih memiliki keberanian buat menempatkan diri di tengah-tengah kerumunan masyarakat atau di dekat loka tinggal mereka. Dengan begitu, walaupun harganya lebih mahal daripada pasar tradisional, mereka akan memilih berbelanja di pasar tradisional dengan alasan efektivitas.

Di Tahun 90an, Makro muncul sebagai pusat grosir terbesar pertama Indonesia. Nama dagang ini merupakan bentuk kerjasama dengan salah satu perusahaan dagang nan berpusat di Belanda. Jadi, sudah ada campur tangan saham asing dalam bisnis ini. Dilanjutkan oleh kehadiran Carrefour ( franchise retail nan berpusat di Prancis), sebagai pesaing primer Makro di saat itu.

Pada tahun-tahun tersebut, Indonesia mengalami perkembangan dalam sektor perekonomian. Tumbuhnya ritel-ritel supermodern nan semakin menjamur ini dijadikan sebuah tolok ukur bagi pertumbuhan ekonomi. Pihak-pihak investor asing beramai-ramai menanam saham pada usaha nan mulai bertumbuh ini.

Produsen-produsen asing pun tidak mau kalah geliatnya dari para penanam saham. Mereka berharap apa nan mereka datangkan ke Indonesia sebagai komoditi dagang melalui pasar-pasar modern tersebut mempunyai penggemarnya masing-masing. Sahih saja, banyak produk asing nan terangkat berkat andil keberadaan pasar modern di tengah-tengah masyarakat Indonesia.



Supermarket dan Konsumerisme

Kemunculan supermarket serta retail-retail rekanannya ke tengah-tengah masyarakat Indonesia memang bertujuan buat mempermudah masyarakat dalam memenuhi kebutuhan mereka. Baik dari segi efisiensi waktu, maupun dalam efektivitas pergerakan.
Namun di luar manfaatnya, kehadiran pasar modern ini mengundang kontroversi sejak kelahirannya hingga saat ini.

Kemeriahan pasar modern ini disinyalir menjadi sumber kejatuhan bagi keberadaan pasar tradisional. Tumbuh berkembangnya pasar modern, akan semakin menggerogoti keberlangsungan pasar tradisional.

Coba saja Anda lihat, beberapa pasar tradisional di kota besar tergusur oleh ambisi para penanam investor buat menjadikannya pasar dengan sistem modern atau setidaknya pusat perdagangan semi modern. Hal ini bisa menghilangkan kekhasan pasar.

Saya ambil contoh, di kota Bandung, beberapa pasar tradisional di sulap menjadi pusat perdagangan dengan konsep semi modern. Misalnya, Pasar Kebon Kalapa, Pasar Cicadas, hingga Pasar Baru. Ditambah lagi beberapa retail baru bertumbuh di tempat-tempat nan bahkan terkesan dipaksakan.

Perkembangan ini akan juga mengurangi kepedulian generasi muda terhadap budaya pasar tradisional. Hal ini justru bisa memperdalam kemampuan mereka buat bersosialisasi bersama masyarakat secara umum, nan bisa dilatih dalam hubungan pasar.

Alhasil, banyak pemuda saat ini nan tumbuh di mall , dan menjadi lebih individualis. Meski memang bukan ini penyebab utamanya, namun hal ini turut pula mempengaruhi pembentukan karakter mereka.

Konsumerisme juga merupakan isu primer nan seringkali diangkat dalam menjamurnya pasar-pasar modern di masyarakat. Betapa tidak, meski harga nan ditawarkan di pasar modern jelas lebih tinggi daripada harga komoditi di pasar tradisional. Pasar modern ini menjadi alternatif primer bagi mayoritas masyarakat di masa kini buat memenuhi kebutuhannya.

Jika ditanyakan, niscaya mereka menjawab dengan alasan kenyamanan dan efisiensi waktu. Namun di luar itu ada alasan lain. Berbelanja di pasar modern mampu memberikan prestis bagi siapa nan melakukannya. Alasannya, tak ada barang bermutu rendah nan didagangkan di pasar modern. Artinya, dengan berbelanja di pasar modern, selain membeli manfaat, Anda juga akan membeli merek.

Oleh sebab itu, atmosfer konsumerisme sangat terasa di tengah-tengah keberadaan pasar modern ini. Selain itu, betapa telah terbiasanya masyarakat di masa kini buat memilih berbelanja di pasar modern daripada pasar-pasar tradisional.

Supermarket dan retail modern lainnya dijadikan sebagai bagian dari gaya hayati dan ajang meningkatkan prestasi. Sebagai hal-hal nan menyumbang perkembangan jati diri sebagai individu konsumeris.