Kursi Tamu - Tamu Tak Diundang

Kursi Tamu - Tamu Tak Diundang

Ruang apakah nan berada di dalam rumah kita dan nan paling banyak digunakan oleh orang lain? Ruang tamulah jawabnya. Ruang tamu termasuk kursi tamu ialah satu-satunya loka nan ada di rumah tuan rumah, namun juga banyak digunakan oleh orang lain. Bila diibaratkan ruang tamu ialah ibarat paras seseorang, maka ruang tamu ialah paras dari sebuah rumah.



Perkembangan dan Fungsi Kursi

Mungkin zaman dulu, benda nan hadir di ruang tamu tersebut tak sebagus sekarang. Cukup satu set nan terbuat dari kayu, tanpa busa, dan pegangan nan berukir, kursi pun siap dipakai. Namun kini, di saat teknologi makin berkembang, berpengaruh pula pada perkembangan hampir di semuanya. Mulai dari rumah, mobil, kendaraan, pakaian, aksesoris, makanan, hingga kursi tamu.

Namun, hal nan tidak kalah krusial dalam ruang tamu tersebut ialah kursi. Kursi tamu berperan sangat krusial dalam etika bertamu dan etika melayani tamu. Dapat diibaratkan juga, kursi ialah kunci kedatangan tamu tersebut. Selain itu, barang tersebut ialah satu-satunya benda di rumah nan memang disediakan buat orang lain, berbeda dengan ruang makan, loka tidur, dapur, kamar mandi, nan semuanya itu bukan buat umum. Tidak seperti satu set barang nan ada di ruang tamu tersebut.

Apalah jadinya ketika ada nan bertamu, namun tak dipersilakan duduk oleh nan empunya rumah, boleh jadi penamu tersebut mempunyai banyak penafsiran di benaknya. Penafsiran tersebut dapat berupa berikut ini.

  1. Apakah kehadirannya mengganggu tuan rumah, sehingga dia tak dipersilakan buat masuk dan duduk? Maka tamu nan datang berkunjung tersebut mungkin akan segera mengurungkan niatnya buat bertamu dan segera memohon diri.

  2. Apakah si empunya rumah sedang sibuk, sehingga tak bisa menerima tamu di rumahnya? Dampak dari tindakan ini, sama seperti ketika penamu merasa dirinya mengganggu tuan rumah. Namun bedanya, penamu tak mempunyai berpretensi jelek dengan tuan rumah, bahkan merasa sungkan telah menganggu waktu tuan rumah.

  3. Tamu tersebut bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Apakah ada nan salah dengan dirinya, ataukah dirinya pernah berbuat salah, sehingga tak diijinkan buat masuk dan duduk dan hanya dibiarkan berdiri di luar?

  4. Tamu nan datang berkunjung merasa kehadirannya sangat tak diinginkan, jadi untuk apa dipersilahkan masuk, apalagi ditanya, apa keperluannya hingga datang bertamu?

Banyak hal nan dapat terjadi dan dapat dipikirkan, hanya sebab sang tamu tak dipersilakan atau diijinkan buat menikmati kursi tamu. Berbeda halnya ketika ada tamu nan datang ke rumah, kemudian dipersilakan masuk dan dipersilakan buat duduk, niscaya segalanya akan terasa lain. Tamu juga merasa kehadirannya diterima dengan baik, sehingga bisa mengutarakan tujuan kedatangannya bertamu.

Meskipun bernama sama, yakni kursi, namun setiap kursi mempunyai fungsi nan berbeda-beda. Sebuah kursi tamu juga bisa mempererat persaudaraan. Hal itu sebab dengan kursi nan disediakan di rumah, maka silaturahmi antarsesama manusia akan berjalan lancar. Dengan lancarnya komunikasinya tersebut, maka akan semakin mempererat persaudaraan, memperpanjang umur, dan bisa memudahkan rezeki, dengan dibukakannya berbagai pintu rejeki. Dengan begitu, peran manusia sebagai makluk sosial pun bisa tercapai.

Lain lagi jika sebuah kursi tamu berada di rumah seorang pejabat daerah. Tentu saja nan datang bertamu ialah orang-orang nan ingin menuntut keadilan, menuntut haknya, dan ingin berbagi kehidupan getir nan mereka rasakan. Hal tersebut dilakakukan agar pemimpim mereka tahu tentang apa nan mereka butuhkan dan apa nan mereka cari. Kursi nan semacam ini akan menjadikan pejabat dan pemimpin tersebut disayangi oleh warganya dan selalu dicari-cari buat memperjuangkan hak-hak mereka.

Lain ceritanya jika kursi tamu nan berada di rumah pejabat tersebut tak pernah tersentuh oleh warganya, kecuali tersentuh oleh orang nan sama-sama pejabat dan pemimpin. Dapat jadi di luar pagar, ratusan bahkan ribuan orang memaki sebab pemimpin mereka tak dapat bersikap terbuka dan tergolong tertutup.

Lain ceritanya pula bila kursi ini hanya berbentuk kursi dengan sandaran, tanpa pegangan, dan berada di sebuah pesta pernihakan. Pasti, di kursi tamu tersebut, secara tak langsung akan tertulis, datang, makan, kemudian berpamitan. Lain ceritanya pula, bila kursi tersebut terletak di rumah dokter. Maka akan banyak nyawa nan selamat sebab tertolong dari penyakit nan sedang diderita.



Kursi Tamu - Menunjukkan Tingkatan Seseorang

Meskipun banyak sebuah kursi, kursi dapat menunjukkan tingkatan seseorang. Meskipun hanya mempunyai satu nama, yakni kursi tamu, benda ini dapat bermacam-macam bentuk. Di daerah pedesaan, loka duduk nan satu ini dinamakan lincak, sehingga ketika bertamu maka tamu akan dipersilahkan duduk di lincak. Lincak sendiri ialah loka duduk nan terbuat dari bambu nan dipotong kecil-kecil, kemudian dijadikan satu, sehingga potongan tersebut saling terjalin.

Di lain tempat, kursi bukan berupa berang nan dapat kita duduki, namun berupa lembaran anyaman nan disebut dengan tikar. Meski bentuk, warna, dan modelnya berbeda, namun fungsinya sama, yakni sebagai loka duduk.

Beralih ke keluarga nan menengah ke atas, maka loka duduk nan satu ini tak berbahan jalinan bambu ataupun anyaman, namun kursi dengan ukiran-ukiran nan halus. Mereka mengeluarkan ratusan ribu, jutaan, puluhan, hingga ratusa juta, hanya buat sebuah kursi tamu. Dengan harga kursi nan tergolong mahal, tentunya sang pemilik juga bukan orang sembarangan, sehingga ketika membeli pun tak sembarang loka duduk buat tamu.

Semakin lama, jenis-jenis dan model kursi pun semakin beragam. Mulai jenis kursi bambu, kursi nan berbahan busa, kursi nan dipenuhi ukiran, hingga kursi nan terbuat dari akar tanaman. Tentu saja buat nan satu ini tak bisa dibeli oleh sembarangan orang sebab harganya nan mahal. Loka duduk nan satu ini tak hanya bahannya nan susah ditemukan, bentuk, serta pembuatannya pun lebih sulit dan mempunyai nilai nan seni nan tinggi.

Meskipun begitu, secara garis besarnya, kursi tetap memilihi fungsi nan sama, yakni sebagai loka buat menerima tamu dan loka dipersilakannya tamu buat duduk. Entah di manapun tempatnya. Di loka hajatan, di rumah si miskin, si kaya, di rumah pejabat, di rumah dokter, guru, dan di manapun, kursi tetap mempunyai fungsi nan sama.

Sampai kapanpun, benda nan satu ini akan terus dicari dan diperunakan, dan tak akan mungkin terganti dengan benda lain. Bahkan di daerah-daerah eksklusif pun, sudah menjadi sentra kerajinan ukir, salah satunya ialah Jepara. Hingga kini, Jepara masih terkenal dengan kota penghasil barang-barang ukiran, seperti hiasan dinding, almari, perabot rumah tangga, ranjang, pot bunga, hingga kursi tamu.



Kursi Tamu - Tamu Tak Diundang

Kursi tamu, tak hanya buat melayani tamu nan diudang, namun juga tamu nan tak diudang. Dalam pengertian denotatif, tamu tak diundang ialah tamu nan tiba-tiba saja datang bertamu sebab suatu keperluan. Jenis tamu nan secamam ini tidak jadi malasah bila datang bertamu. Hal itu sebab meskipun tak diundang, tuan rumah menerima kehadiran tamu tersebut.

Berbeda jika istilah tamu tidak diudang dimaknai dengan konotatif, nan berarti kedatangan tamu tersebut tak diharapkan atau tak diperkenankan buat hadir. Ketika orang tersebut hadir, belum tentu tuan rumah menerima dengan bahagia hati dan dengan pintu nan terbuka.

Meski mempunyai berbagai fungsi, peran, dan jenisnya, kursi sendiri mungkin saja tak pernah mengerti apa nan membedakan dirinya dengan kursi-kursi nan lain. Karena nan ia tahu, dia ada buat digunakan dan dinikmati oleh tamu, baik tamu itu tamu nan diundang maupun tak diundang, nan kursi tamu tahu, dia sudah menjalankan tugasnya sebagai loka duduk orang nan bertamu dengan baik.