Penemu MSG

Penemu MSG



Apa itu MSG?

MSG (monosodium glutamat) ialah bumbu penyedap kuliner sintetis berbahan standar monosodium glutamat. Glutamat merupakan asam amino nan pada umumnya terdapat dalam setiap bahan makanan nan mengandung protein. Ia berperan mempengaruhi sinyal-sinyal saraf pada neuron-neuron tertentu. Sehingga asam amino ini dikenal dengan istilah neurotransmitter (penghantar informasi). Bumbu penyedap ini sekarang berbentuk macam-macam dan sudah dicampur dengan rasa kuliner dari berbagai daerah.

Kalau dahulu hanya ada vetsin dengan butiran halus putih seperti kaca. Bila dicicip, rasanya gurih. Merek nan cukup terkenal ialah Ajinomoto. Produk dari Jepang nan sangat terkenal dengan lambang mangkok merahnya. Iklannya pun hingga kini mungkin masih ada nan ingat. ‘Ajinomoto cap mangkok merah cup cup cup’. Sekarangpun para pedagang bakso dan soto masih juga menggunakan vetsin sebagai penambah rasa sedap kepada makanannya.

Di rumah, para ibu atau siapa pun nan bahagia masak, akan tahu tentang MSG atau vetsin ini. Tetapi ada juga nan tak menggunakan bahan seperti itu melainkan menggunakan berbagai bumbu alami sebagai bentuk penambah gurih. Misalnya, ikan atau teri, udang, campuran gula dan garam, dan bumbu dapur lainnya. Tempe busuk pun dapat membuat makanan mempunyai rasa nan sangat khas. Sayangnya, memang tak banyak nan mau menggunakan bahan alami ini. Kebanyakan mengambil singkat dan mudahnya.

Tidak heran kalau penjualan berbagai macam vetsin dengan merek nan berbeda tetap saja merak. Padahal ada bahaya nan mengancam kalau terlalu banyak mengkonsumsi MSG. Demi mempermudahkan pekerjaan orang-orang nan ada di dapur, kini malah banyak vetsin atau MSG nan telah dimasukan ke dalam macam-macam bumbu dengan selera nan majemuk pula. Misalnya, bumbu soto, bumbu nasi goreng, bumbu rendang, bumbu apapun ada. Mau langsung dimakan seperti bubur ayam dan jenis sup seperti sup jamur ada juga di pasaran.



Peluang Bisnis

Pihak pengusaha seolah sangat tahu kesibukan dan keadaan keseharian orang Indonesia nan tergesa-gesa. Tidak ada waktu lagi buat memasak dalam waktu nan lama. Kedua orangtua bekerja atau bahkan ada ayah atau ibu nan berada di luar negeri atau di luar kota sehingga nan tinggal di rumah harus melakukan pekerjaan sendirian. Padahal waktu pagi hari itu ialah waktu nan begitu riskan mendatangkan stres akut.

Itulah mengapa banyak keluarga nan memilih membuat makanan nan cepat dalam proses memasak dan tak repot dan penyajiannya. Berbeda buat makan siang atau makan malam. Biasanya, menu makan siang atau makan malam ini lebih bervariasi. Bagi nan keluarga nan mempunyai asisten rumah tangga, malah akan semakin terbantu. Asisten rumah tangga akan ke pasar dan membeli beberapa jenis sayuran dan bahkan buah-buahan. Variasi makanan inilah nan membaut selera makan menjadi meningkat.

Sayangnya, sebab bahan makanan itu semakin mahal, malah banyak nan memilih menggunakan bahan nan sudah diolah oleh pabrik. Inilah nan sebenarnya membuat banyak penduduk Indonesia menderita penyakit darah tinggi, kencing manis, jantung, stroke, dan lain-lain bahkan berbagai jenis kanker termasuk kanker getah bening dan kanker usus besar. Kehidupan nan mudah dan murah mendatangkan kesulitan tersendiri bagi orang Indonesia. Apalagi pengetahuan tentang kualitas kesehatan tak banyak nan peduli.

Kalaupun ada, mereka malah tak menerapkannya. Inilah dilema nan banyak dialami oleh masyarakat. Yang lebih mengerikan ialah tak sedikit ibu rumah tangga nan belanja sebulan sekali. Lalu stok makanan di masukan ke dalam kulkas. Yang memprihatinkan ialah kalau mereka menyimpan ikan bahari di lemari pendingin itu dan tak langsung memasaknya. Makanan nan disimpan itu akan tercemar dan bahkan mengandung racun.

Keracunan makanan ini dapat menyebabkan kematian. Hal ini telah sangat sering terjadi. Makanan nan tak segar itu niscaya telah terkontaminasi. Memasak sebaiknya tak banyak-banyak. Paling baik, setelah dimasak langsung dimakan. Kalau lebih dari 4 jam dari waktu memasak, makanan telah mengandung zat nan mungkin akan merugikan kesehatan. Jangan merasa terlalu lelah buat memasak sehingga lebih bahagia memasak dalam jumlah nan banyak dan tinggal dipanasi kalau akan dimakan.

Inilah salah satu contoh makanan nan tak segar. Lalu apa bedanya dengan memakan makanan cepaty saji nan mengandung begitu banyak kalori. Makanan akan mempengaruhi kualitas diri dan pola pikir. Orang nan mengatur dan peduli dengan makanannya akan hayati lebih bertenaga dan penuh semangat. Sebaliknya, orang nan tak peduli dengan makanannya akan merasa cepat lelah dan cepat sekali terserang penyakit.



Penemu MSG

Asam glutamat pertama kali ditemukan oleh seorang professor di tokyo university. Professor Kikunae Ikeda menemukan misteri dapur nan cukup terkenal ini pada tahun 1908. Misteri kelezatan makanan ternyata berasal dari asam glutamat nan terdapat dalam rumput bahari (Lamunoria japonica). Dan ternyata rumput bahari ini memang dari zaman dahulu sudah menjadi misteri kuliner nan berasal dari dapur orang Jepang. Bagi nan pernah mencicipi rumput bahari atau olahan makanan Jepang, tentunya dapat membedakan rasa gurih nan begitu menggoda tersebut.

Sejak terungkapnya misteri ini, Jepang kemudian memproduksi asam glutamat dengan cara mengekstrak bahan alami. Dan berkat perkembangan teknologi industri makanan, tahun 1965 ditemukan metode nan lebih maju buat menghasilkan MSG dari proses fermentasi. Sehingga dapat dihasilkan produk asam glutamat dalam jumlah besar. Sejak saat itu juga MSG melanglang buana ke seluruh dunia. Bangsa Jepang ini memang luar biasa.

Mereka tak hanya mengusai isi perabotan dan perlengkapan rumah tangga, alat transportasi, mereka juga menguasai dapur dengan segala produk nan membuat makanan lebih lezat dan gurih. Tidak salah kalau ada beberapa makanan Jepang nan menjadi makanan paling sehat setelah Kimchi nan berasal dari Korea Selatan dan makanan nan sangat digemari di seluruh dunia. Restoran Jepang pun tersebar di mana-mana. Walaupun harganya sedikit lebih mahal, makanan Jepang ini tetap saja laku.

Si Penguat Rasa
Apa sebenarnya misteri MSG sehingga dapat melezatkan cita rasa masakan? Sebenarnya MSG jika berdiri sendiri tak memiliki rasa. Namun, ketika bahan ini dicampur dengan bahan makanan eksklusif akan menimbulkan sensasi rasa lezat. Hal ini terjadi karena, si ‘glutamat’ berfungsi sebagai neurotransmitter nan mengirimkan frekuwensi ke otak. Dan frekuwensi ini kemudian diterjemahkan oleh otak sebagai sensasi rasa gurih dan lezat pada makanan tersebut.

Dan tambahan rasa lezat ini ternyata tak berlaku pada semua jenis makanan. Asam glutamat hanya bereaksi sebagai neurotransmitter pada makanan nan memiliki rasa dasar asin dan asam, contohnya pada gulai dan sayur. Itulah sebabnya kenapa MSG tak pernah dimasukkan pada minuman nan manis atau obat-obatan nan pahit. Karena, pada jenis makanan tersebut asam glutamat akan memberikan reaksi nan lain.

Amankah MSG?
Sampai saat ini penggunaan MSG sebagai misteri dapur masih menjadi pro dan kontra. Sebagian ibu-ibu masih menganggap bahwa konsumsi MSG bisa mempengaruhi / merusak jaringan otak. Selain itu, kehalalan MSG juga sempat menjadi polemik di tengah masyarakat.
Secara generik berbagai merk produk MSG nan beredar di Indonesia sudah melalui uji Depkes sehingga dinyatakan layak dan kondusif buat dikonsumsi. Hanya saja, dosis penggunaan tetap harus diperhatikan. Batas konsumsi wajar MSG dalam sehari buat orang dewasa ialah 6 mg/Kg berat badan. Atau sekitar 2 gram per hari.

Selain itu beberapa merk produk MSG nan beredar di dalam negeri juga sudah mendapat sertifikat halal dari MUI (Majelis Ulama Indonesia). Karenanya kita tak perlu terlalu phobia menambahkan MSG dalam kuliner kita. Hanya saja, dosis konsumsi perlu dipertimbangkan, janagan sampai melebihi batas normal penggunaan MSG nan wajar.