Tentang Komunikasi Media Massa

Tentang Komunikasi Media Massa

Tahukah Anda komunikasi media massa ? Pak Randi setiap pagi sebelum pergi ke kantor selalu sarapan pagi pukul enam. Setelah sarapan, Pak Randi selalu membaca koran selama beberapa menit. Pak Randi selalu antusias buat menngetahui berbagai macam warta dalam koran. Kadang kala, setelah membaca beberapa judul nan seperlunya dibaca, ia akan bergumam dan mengomentari tentang peristiwa atau kejadian nan berlangsung.

Kadang kala pula, di kantor, ia menyepatkan diri buat mengobrol dengan temannya ketika istirahat. Dialog Pak Randi seputar kejadian nan baca di koran. Pak Randi menyukai koran, sebab ia anggap koran sebagai alat komunikasi di media massa. Lain Pak Randi, lain juga Rani anak Pak Randi. Rani sangat menyukai TV . Setiap hari, ia selalu menyempatkan buat melihat warta di TV. Rani pun kerap membuat catatan-catatan spesifik tentang warta nan ia lihat di TV.

Deskripsi di atas, ialah menggambarkan keluarga nan menggunakan komunikasi khas media massa buat mendapatkan informasi nan diperlukan selain buat menambah pengetahuan.



Tentang Komunikasi Media Massa

Sebelum beranjak lebih lanjut, sebaiknya Anda ketahui dulu apa nan dimaksud dengan komunikasi. Sama seperti pengertian kata pada umumnya, yakni berasal dari bahasa Latin. Kata komunikasi juga berasal dari bahasa Latin, yakni communication .

Kata tersebut berasal dari kata communis . Communis sendiri mempunyai arti yakni 'sama'. Sehingga komunikasi bisa diartikan sebagai proses penyampaian pesan nan dilakukan oleh oleh komunikator kepada sang penerima informasi, atau disebut juga dengan komunikan. Hubungan antara komunikator dan komunikan tersebut melalui media massa, sehingga disebut dengan komuniaksi media massa. Media massa nan disajikan bukan tanpa tujuan, tujuan dilakukannya komunikasi ialah buat bisa menimbulkan imbas tertentu.

Perlu kita ketahui bersama bahwa proses komunikasi nan terjadi pada komunikator dan informan melalui media massa pada dasarnya merupakan proses penyampaian pikiran atau perasaan nan ingin disampaian pembaca. Informasi nan disampaikan tersebut tak berwujud kata-kata nan diucapkan melainkan melalui pikiran nan bisa berupa ide, gagasan, opini atau pendapat. Selain berupa tulisan nan berisikan ide, gagasan, dan opini bisa juga diungkapkan melalui perasaan.

Alat komunikasi khas media massa tersebut dapat disampaikan melalui media massa nan berupa media cetak seperti koran, majalah, buletin. Sedangkan media massa lainnya bisa berupa radio, TV, bahkan melalui sebuah film.



Contoh Opini nan Menjadi Komunikasi Khas Media Massa

Berikut ini ialah contoh opini nan bisa menjadi komunikasi media massa jika dimuat dalam koran ataupun surat kabar.

Guru Daerah Pelosok, Laskar nan Sesungguhnya

Pernahkan membaca buku karangan Andrea Hirata nan berjudul Laskar Pelangi ? Buku tersebut menceritakan kisah sepuluh orang anak di Belitong buat mengejar cita-citanya. Namun nan tak kalah menarik, dalam buku itu juga diceritakan mengenai guru mereka ketika mereka bersekolah di SD Muhammadiyah Belitong. Guru seperti nan digambarkan oleh Andrea Hirata dalam Laskar Pelangi nya, merupakan guru nan benar-benar berjuang dengan tujuan buat mendidik anak didiknya dengan kondisi serta wahana dan prasarana nan sangat minim.

Seperti itulah keadaan guru di daerah Pelosok. Bagi guru nan tinggal di kota-kota besar tidaklah masalah, fasilitas berupa tempat, media buat mengajar serta jalur dari rumah menuju sekolahan mudah dijangkau dengan kendaraan. Berbeda dengan guru-guru nan ada di pelosok, jangankan jalan ataupun alat transportasi nan memudahkan menuju ke sekolah, loka nan nyaman buat mengajar, serta media nan digunakan buat membantu proses mengajar pun belum tentu terpenuhi.

Gambaran mudahnya nan bisa dibaca semua orang dalam bentuk tulisan ialah novel Laskar Pelangi . Dalam novel tersebut jelas terlihat bagaimana Ibu Guru Mus mengajar dengan keterbatasan. Ruang kelas nan hampir ambruk, atap nan terbuat dari seng, sehingga menyebabkan murid-muridnya kepanasan, belum lagi ketika musim hujan, maka atap akan bocor, meja, kursi serta papan tulis nan tak layak pakai.

Tak hanya itu, Bu Mus pun buat mencapai sekolah, tak dengan sepeda motor, melainkan dengan sepeda ontel. Gaji nan diterimanya pun hanya berupa beberapa liter beras, nan kerap terlambat sampai ke tangan.

Guru daerah pelosok ialah guru nan sebenarnya. Tak sporadis mereka harus mengajar di loka bekas kandang, emperan rumah, bahkan di tengah hutan. Tujuan mereka semata-mata buat memberikan pendidikan bagi peserta didik mereka.

Melihat keadaan nan demikian, seharusnya pemerintah lebih memerhatikan kesejahteraan mereka. Jadi bukan hanya guru pegawai negeri nan menerima sertifikasi dan guru bantu nan juga menerima tunjangan. Guru di daerah pelosok pun sudah seharusnya diberi perhatian nan lebih.

Yang terjadi sekarang ini ialah sekolah-sekolah di kota-kota besar nan berlomba-lomba buat membenahi fasilitas serta kualitas dengan ataupun tanpa donasi dari pemerintah, sedang sekolahan nan ada di di daerah pelosok seperti Kalimantan, Sumatera, Irian Jaya, Sulawesi, bahkan di Pulau Jawa pun tetap bertahan dengan fasilitas nan serba minim. Fasilitas nan serba minim tersebut selaras dengan dengan gaji nan diterima oleh guru. Tak jarang, gaji nan mereka terima pun berasal dari iuran para orang tua nan anaknya bersekolah di loka tersebut.

Sudah selayaknya, para guru di daerah terpencil juga mendapatkan haknya berupa kesejahteraan. Beban mereka sama, tugas mereka sama, pekerjaan mereka sama, status mereka sebagai guru sama, namun kenapa perlakuan nan diterima berbeda. Keadilan dari pemerintah sama sekali belum menyentuh guru-guru nan mengajar di daerah pelosok. Meskipun jika dibandingkan, dapat saja guru-guru di pelosok mempunyai beban nan lebih besar ketimbang guru-guru nan berada di perkotaa atau daerah nan tersentuh oleh teknologi.

Pertama, guru di pelosok harus melalui jalur nan tak mudah buat dapat sampai di sekolah. Jalur tersebut berupa jalan nan belum diaspal, jembatan nan rusak, hutan nan lebat, belum lagi daerah-daerah tersebut belum tersentuh oleh alat transportasi.

Kedua, fasilitas berupa media seperti papan tulis, spidol, serta buku-buku pelajaran nan sangat minim. Belum lagi meja dan kursi nan seadanya. Ketiga, ialah jauh dari kata sejahtera. Guru di pelosok ialah guru nan benar-benar laskar dan pejuang. Meski penuh dengan keterbatasan, tetap berjuang buat mencerdaskan bangsa. Seperti nan tersurat dalam Undang-Undang Dasar 1945.



Fungsi Komunikasi Media Massa

Setelah membaca ulasan di atas, tentu saja pembaca menjadi mendapat sesuatu nan baru tentang guru di daerah pelosok. Pada dasarnya, media massa seperti koran, majalah, TV, dan radio mempunyai fungsi nan sangat penting. Karena media massa tersebut, kita semua bisa terpenuhi unsur keingintahuannya.

Selain itu, media massa juga bisa membuka pikiran para pembacanya. Misalnya saja sebuah tulisan nan menceritakan daerah nan mengalami banjir dan belum banyak donasi nan datang. Melalui tulisan nan dimuat dalam media massa dan dibaca oleh banyak orang tersebut, bisa menggugah hati pembaca buat membantu korban banjir. Media massa juga dapat mengarahkan masyarakat agar lebih berpikir kritis. Media massa juga memberi peluang kepada masyarakat agar diberi kesempatan buat mengemukakan opini atau gagasannya di hadapan publik.