Batik Parang - Sandang Para Bangsawan

Batik Parang - Sandang Para Bangsawan

Khasanah kebudayaan kita diperkaya dengan berbagai macam hasil karya nan memikat, nan merupakan peninggalan berharga dari para leluhur bangsa Indonesia. Suatu keunggulan bangsa nan bisa dijadikat alat pemikat bangsa-bangsa lain di dunia, diantaranya ialah batik parang nan menjadi bagian dari keragaman motif batik kita. Kita patut bangga sekarang ini penggunaan kain batik semakin memasyarakat, artinya generasi penerus benar-benar telah melek budaya. Walaupun tentu masih harus digalakkan lebih semarak lagi suapaya gaungnya semakin moncer ke seluruh dunia.

Pengalaman getir kita terhadap pengakuan negara lain, tepatnya Malaysia, terhadap beberapa karya leluhur kita patut menjadi cambuk nan memukul kita buat semakin menghargai budaya sendiri. Betapa orang lain di luar sana begitu terkagum dengan apa nan kita punya sementara kita sendiri malah gandrung dengan produk dan karya bangsa lain. Sepatutnya kita sadar dan mulai mengembangkan warisan budaya nan agung seperti halnya batik parang ini. Mari coba kita kenali lebih dalam tentang filosofi nan terkandung di dalam motif batik parang ini agar kita semakin bangga dan mengahargainya.

Motif batik Parang pada dasarnya tergolong sederhana, berupa lilitan leter S nan jalin-menjalin membentuk garis diagonal dengan kemiringan 45 derajat. Namun, filosofi nan terkandung di dalam batik Parang tak sesederhana motifnya. Ada ajaran-ajaran keutamaan nan terkandung di dalamnya.

Parang berasal dari kata pereng , nan berarti 'lereng'. Perengan menggambarkan sebuah garis menurun dari tinggi ke rendah secara diagonal. Susunan motif leter S jalin-menjalin tak terputus melambangkan kesinambungan. Bentuk dasar leter S diambil dari ombak samudra nan menggambarkan semangat tak pernah padam.

Motif ini merupakan salah satu motif dasar nan paling tua. Di masa lalu, motif parang sangat dikeramatkan dan hanya dipakai oleh kalangan tertentu, serta dalam acara-acara eksklusif saja. Misalnya, digunakan oleh senapati keraton nan pulang dari berperang dengan membawa kemenangan. Batik Parang digunakan buat memberi kabar gembira kepada raja.

Perkembangan dewasa ini, motif parang mengalami banyak modifikasi, stilasi, atau bahkan penggabungan dengan motif lain sehingga menghasilkan motif baru nan tidak kalah menarik.



Filosofi Batik Parang

Batik parang memiliki nilai filosofis nan sangat tinggi berupa petuah agar tak pernah menyerah sebagaimana ombak bahari nan tidak pernah berhenti bergerak. Batik parang pun menggambarkan jalinan nan tak pernah putus, baik itu dalam arti upaya memperbaiki diri, upaya memperjuangkan kesejahteraan, maupun bentuk pertalian keluarga di mana batik parang di masa lalu merupakan hadiah dari bangsawan kepada anak-anaknya.

Dalam konteks tersebut, motif parang mengandung petuah dari orang tua agar melanjutkan perjuangan nan telah dirintis. Garis lurus diagonal melambangkan rasa hormat dan keteladanan, serta kesetiaan pada nilai-nilai kebenaran.

Aura bergerak maju dalam motif ini juga menganjurkan kecekatan, kesigapan, dan transedental antara satu pekerjaan dengan pekerjaan lainnya. Artinya, tak ada kata berhenti. Begitu menyelesaikan satu pekerjaan, segeralah berlanjut kepada pekerjaan berikutnya.

Batik Parang biasa digunakan dalam upacara pelantikan. Misalnya seorang senapati nan hendak berangkat perang, dilantik oleh raja di pendopo atau alun-alun, dengan asa pulang membawa kemenangan. Dewasa ini, motif parang digunakan dalam wisuda sarjana, penganugerahan bintang tanda jasa atau penghargaan dalam lomba.

Motif parang juga sering ditemukan dalam global pendidikan dalam bentuk kover buku, seragam, piala, dan sebagainya sebab secara ekspilisit motif parang juga memiliki makna kecerdasan.

Sangat sporadis motif parang digunakan buat menghadiri upacara pernikahan. Apalagi digunakan sebagai busana pengantin. Kalangan masyarakat Jawa menganggap, menggunakan motif parang sebagai busana pernikahan akan menyebabkan rumah tangganya nanti dipenuhi percekcokan.

Dalam acara semacam ini biasanya digunakan motif lain seperti motif semen nan mengandung arti kesuburan, atau motif truntum dan kawung nan mengandung makna kebijaksanaan, motif sidomukti, sidoasih, atau sidoluhur dan sejenisnya nan mengambil motif sulur-suluran.



Jenis-jenis Batik Parang

Motif batik parang sudah dikenal sejak zaman awal Keraton Mataram Kartasura. Pada saat itu, misalnya, terdapat motif parang rusak, parang barong, parang rusak barong, parangkusumo, parang pamor, parang klithik, parang slobog, dan sebagainya.

Beberapa nan dapat dikenali falsafah nan terkandung di dalamnya, misalnya:

a. Parang rusak

Motif ini merupakan motif batik nan diciptakan Panembahan Senopati saat bertapa di Pantai Selatan. Terinspirasi dari ombak nan tak pernah lelah menghantam karang pantai.

b. Parang barong

Adalah motif parang nan ukuran motifnya lebih besar daripada parang rusak, diciptakan oleh Sultan Agung Hanyakrakusuma. Parang barong memiliki makna pengendalian diri dalam dinamika usaha nan terus-menerus, kebijaksanaan dalam gerak, dan kehati-hatian dalam bertindak.

c. Parang klitik

Motif ini ialah pola parang dengan stilasi motif nan lebih halus. Ukurannya pun lebih kecil, dan mengandung gambaran feminin. Parang jenis ini melambangkan kelemah-lembutan, konduite halus dan bijaksana. Biasanya dikenakan kalangan putri istana.

d. Parang slobog

Pada motif ini motif parang menyimbolkan keteguhan, ketelitian, dan kesabaran, dan biasa digunakan dalam upacara pelantikan. Motif ini mengandung makna asa agar pemimpin nan dilantik itu diilhami petunjuk dan kebijaksanaan dalam mengemban amanah. Dapat juga dikenakan dalam upacara kematian sebab mengandung doa agar derajatnya diangkat ke loka nan lebih terhormat.



Batik Parang - Sandang Para Bangsawan

Batik Parang kini sudah bangak dipakai oleh sebagian masyarakat. Tak jarang, para karyawan nan diharuskan memakai batik seminggu sekali, memilih batik Parang sebagai busana batik. Hal ini menunjukkan bahwa batik Parang sudah mulai dikenal luas oleh masyarakat kita.

Melihat semakin besarnya kebutuhan akan batik Parang, para pedagang di berbagai loka pun dengan cepat merespos kebutuhan akan batik Parang. Di Jakarta misalnya, setiap pasar atau di pusat perbelanjaan niscaya ada nan berjualan batik Parang. Sama halnya dengan toko-toko online maupun para pedagang batik keliling nan menawarkan batik Pparang ke rumah-rumah dan kantor-kantor.

Batik Parang ialah batik tradisional Jawa nan cukup terkenal. Banyak nan beranggapan bahwa batik Parang pemakaiannya tak boleh oleh sembarang orang sebab terdapat etika eksklusif nan ditaati masyarakat Jawa di masa lalu. Motif batik Parang dianggap sebagai simbol kewibawaan dan keagungan. Iutlah sebabnya batik Parang hanya boleh digunakan oleh raja serta keluarganya. Orang Jawa nan mengetahui tata karma tersebut tak akan mungkin berani memakai batik Parang ini. Ya, batik Parang memang busana bagi para bangsawan.



Jenis dan Teknik Menulis Batik Parang Rusak

Seperti nan telah desebutkan sebelumnya, batik Parang Rusak ialah salah satu jenis motif kain batik Parang. Motif batik Parang Rusak diciptakan oleh Sultan Agung nan berasal dari Mataram ketika sedang meditasi di pantai selatan Jawa. Pada waktu itu, Sultan Agung sedang melihat ombak nan menggulung menuju pantai dan merusak karang. Inilah nan menginspirasi beliau membuat motif batik Parang Rusak.

Batik Parang Rusak terdiri atas tiga jenis, yaitu batik Parang Rusak Klithik (batik Parang nan sering dipakai oleh para puteri raja), batik Parang Rusak Gendreh (batik Parang buat pangeran dan priyayi), dan batik Parang Rusak Barong. Batik Parang Rusak barong merupakan motif batik Parang terbesar dan sering dipakai sebagai busana raja.

Lalu, bagaimana proses menulis batik Parang Rusak, terutama batik Parang Rusak nan harus dilakukan dengan sangat hati-hati? Membatik batik Parang Rusak Barong memerlukan teknik khusus, yakni dengan cara satu tarikan nafas dan dibarengi dengan konsentrasi lahir batin supaya garis nan dibuat tak terputus. Teknik seperti ini sangat krusial sebab batik Parang nan sedang dibuat nantinya akan dikenakan oleh raja.

Ukuran motif kain batik Parang Barong memang nan paling besar dibandingkan jenis batik Parang lainnya. Panjang batik Parang Barong dapat mencapai 15cm, sedangkan motif kain batik Parang Rusak Klethik ukurannya hanya sekitar 6cm.



Tas Batik Parang

Selain dalam bentuk pakaian, baik itu kemeja dan kebaya, kini hadir tas batik Parang. Jenis tas batik Parang pun bermacam-macam, misalnya tas buat pesta, tas laptop, dan lain-lain. Tas batik Parang buat pesta hadir dengan tampilan nan cantik, unik, dan tentunya tas pesta etnik ini berbahan kain batik Parang Sogan. Di bagian tutup tas batik Parang, dipenuhi dengan batuan senada.