Sengaja atau Keceplosan?

Sengaja atau Keceplosan?



Rasa Penasaran dan Drama

Rasa penasaran dan drama inilah nan sangat dinantikan oleh para penonton Indonesia. Ketika Limbad keluar dengan berabgai keunikan dan aksi diamnya, masyarakat menjadi mempunyai sesuatu nan dapat mereka nantikan. Mereka akan merasa sangat bahagia ketika ada sesuatu nan membuatnya menantikan tontonan. Tidak heran kalau program acara seperti Termehek-mehek menjadi cukup digemari. Penonton penasaran menantikan akhir kisah nan dianggap cukup menarik.

Rasa penasaran ini juga membuat acara gosip sangat ramai dan sangat digemari. Orang ingin tahu kehidupan orang lain. Padahal dalam hidupnya begitu banyak hal nan masih harus dibenahi. Beruntunglah orang-orang nan terlalu sibuk dengan kelemahan dirinya sehingga ia tak punya waktu buat mengorek kesalahan dan menyebarkan kesalahan itu kepada orang lain. Ia tidak ingin melihat orang nan digosipkan itu tampak lucu atau tampak tidak berdaya dibicarakan banyak orang.

Walaupun sebenarnya warta nan ditampilkan itu akan hilang berganti dengan warta lain, yakinlah bahwa masih ada orang nan masih ingat tentang apa nan pernah diberitakan. Tidak ada nan tahu bahwa warta nan menyakitkan itu akan berdampak cukup signifikan terhadap kehidupan orang nan diberitakan. Kalau ia dapat bangkit, semua akan bertepuk tangan. Kalau ia gagal bangkit, semua akan membicarakannya lagi. Acara gosip seperti ini seolah tidak kehabisan akal mencari kelemahan dan celah buat menyudutkan dan membuat orang tampak bodoh dengan segala kelemahannya.

Tidak heran kalau Islam mengharamkan gosip. Dampaknya akan sangat luar biasa. Begitu juga nan terjadi dengan Master Limbad. Ia nan tak bicara membuat banyak orang penasaran. Tetapi pada saat Limbad terlibat percecokan dengan istri tuanya, ia mungkin tidak dapat menahan diri sehingga suaranya terdengar sekilas. Suaranya nan berat dengan aksen Jawa nan cukup kental sempat terekam. Pertengkaran itu sendiri disorot oleh pihak program gosip.

Bukan suatu tontonan nan baik buat disaksikan oleh siapapun apalagi anak-anak. Pertengakaran nan disulut oleh pernikahan Limbad dengan seorang wanita nan disebut sebagai Benazir. Mereka bahkan telah mempunyai seorang putra. Susi, istri tertua Limbad, tampaknya tidak mau begitu saja melepaskan Limbad. Ia nan merasa berjuang bersama dengan Limbad dari bawah, setelah Limbad jaya, ia dibuang. Hal inilah nan membuat Susi beringas.

Permasalahan mereka hingga ke kantor polisi sebab Susi menganggap Limbad telah berzina. Padahal Limbad benar-benar telah menikah walaupun tak tercatat di forum resmi. Masalah ini tentu saja membuat mata orang tertuju pada sosok Limbad nan menyeramkan. Tentu saja publik nan menyukai program gosip merasa mendapatkan topik pembicaraan nan seru. Padahal Limbad sendiri tak mengenal para penonton itu.

Sebenarnya para penonton nan membuat topik dan membicarakan topik tentang Limbad atau tentang siapapun nan ada di acara gosip itu, hanya membuang waktu percuma. Mungkin akan lebih baik mereka berzikir atau mempelajari hal lain nan lebih bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Daripada memikirkan masalah orang lain nan diri sendiri pun tak dapat berbuat apa-apa, lebih baik membuat sesuatu nan lebih dapat digunakan buat amal di akhir nanti.

Cukup mengherankan memang mengapa banyak orang nan begitu sibuk mencari kesalahan dan kelemahan orang lain. Rasanya tak ada manfaatnya. Tetapi kenyataannya ialah bahwa orang berusaha merasa lebih baik dengan membeberkan kelemahan orang lain. Kehidupan ini sebenarnya merupakan tanggung jawab sendiri-sendiri. Kalau masih ada nan harus dibicarakan oleh orang lain, ialah sesuatu nan dianggap akan merugikan orang banyak. Ketika mereka menikah dan mempunyai anak secara absah secara agama, tidak perlu diurusi oleh orang lain.

Kalau mereka berzina, itu baru boleh dilaporkan sebab perzinaan itu akan merugikan banyak orang termasuk para pelakunya. Namun, tak bagi seseorang nan cukup dikenal oleh publik. Masalah pribadi mereka seolah menjadi milik masyarakat. Padahal Limbad itu hanya menghibur dan masalah pribadinya bukan masalah orang banyak. Inilah global hiburan. Masalah pribadi terkadang malah dianggap menguntungkan kalau diangkat ke permukaan.

Dengan menjadi pembicaraan, itu artinya namanya semakin dikenal orang. Ketika masalah itu belum selesai, orang tetap penasaran dan tetap ingin tahu apa nan akan terjadi selanjutnya. Pihak pengguna seniman nan sedang dibicarakan ini seakan mengambil laba dengan mengundang atau memakai seniman tersebut. Ia tahu bahwa seniman nan sedang menjadi bahan pembicaraan itu akan mengundang banyak wartawan datang ke acaranya. Inilah nan menjadi promosi terselubung. Pemikiran ini memang aneh. Tetapi itulah nan terjadi. Masalah dianggap berkah terselubung.



Sejarah Limbad

Saat itu Limbad bersaing ketat dengan pesulap lainnya, yakni Joe Sandy. Final magician itupun akhirnya dimenangkan oleh Joe Sandy sebagai rival abadi Limbad dengan merebut simpati pengirim SMS mayoritas. Limbad nan menampilkan sulap cukup menyeramkan dan mengerikan, bersaing dengan Joe nan mengandalkan kekuatan otaknya. Keduanya tampak sama kuat. Hanya masalah keberpihakan nan membuat Limbad menjadi nomor dua.

Limbad mau bicara memang begitu dinanti-nantikan oleh, bukan hanya wartawan, namun juga para penggemarnya nan fanatik dan tersebar di seantero negeri ini. Namun “bisu”nya Limbad bukan berarti bahwa ia tidak dapat bicara, tapi lebih kepada karakter sebagai pesulap pendiam nan ingin ia bangun sebagai different style dengan pesulap-pesulap lainnya.


Disebutkannya bahwa karakter diam nan ia jalankan supaya memberikan perbedaan makna berbeda bagi penggemar dan pecinta sulap tanah air dimana kalau semua pesulap memiliki karakter nan sama risi publik akan jengah dan bosan.



Sengaja atau Keceplosan?

Momen nan dapat dikata sebagai spesial itu terjadi tatkala pasca ditetapkannya Joe Sandy sebagai masternya The Master II di MGK Kemayoran Jakarta sebagai kampiun ajang tersebut dan menempatkan Limbad harus rela berada di urutan kedua. Duel inaugurasi nan seru tersebut mungkin saja tidak disangka-sangka akan memunculkan sebuah momen “bersejarah” sebelumnya, yakni Limbad terdengar berbicara.

Iya, Limbad berkata-kata dihadapan para wartawan nan intinya dia dapat menerima kekalahan tersebut dan sebaliknya tetap berbangga sebab apa nan diraihnya merupakan anugerah besar dari Tuhan. Pertanyaan nan menggelitik selanjutnya, yakni benarkah Limbad sahih bicara atau hanya keceplosan saja? Wartawan pun mencoba menerka-nerka bahwa Limbad sangat mungkin keceplosan dan keluar dari karakter nan ingin dibangunnya sebagai sosok nan dingin, tidak pernah bicara jika didepan media.

Hal itu dapat saja terjadi mengingat momen ketika itu ialah hari paling sejarah dalam kehidupannya sehingga dapat saja ia lupa bahwa sosok nan dikenal publik: ia tidak pernah bicara. Intinya, euforia nan mempengaruhi sosok Limbad akhirnya harus berbicara.

Setelah berbicara sangat singkat namun padat di depan media dengan dialek Tegal nan khas, Limbad pun kembali menutup kedap mulutnya. Ditanya apapun tidak sepatah katapun ia mengeluarkan kata-katanya. Hanya sorot matanya nan tajam dan mimik mukanya nan berusaha menjawab, bukan dengan suaranya.



Sosok nan Humoris

Mungkin sahih apa nan dikatakan orang bahwa orang pendiam dapat menghanyutkan. Dalam arti dapat saja konduite diluar pengetahuan kebanyakan orang berbeda dengan apa nan ia tunjukkan. Hal tersebut ternyata sama halnya dengan Limbad nan berbeda antara sosok Limbad sebagai seorang pesulap atau magician dan Limbad sebagai seorang biasa nan jauh dari sorot kamera nan ternyata seorang nan humoris. Hal tersebt diakui Limbad sendiri.

Menariknya lagi, karakternya sebagai humoris tersebut hanya berlaku bagi orang terdekatnya saja seperti istri, keluarga dan kerabat lainnya. Dan ketika ada orang lain, secara tiba-tiba ia dapat berubah kembali menjadi klarakter pendiam nan sulit mengeluarkan kata-katanya. Makanya, komen ketika Limbad bicara saat inaugurasi The Master II dapat sedikit mengobati keingintahuan banyak penggemarnya akan dialek bahasa khas Tegal Mr. Limbad nan fenomenal itu.