Pakaian Wanita Sekarang

Pakaian Wanita Sekarang



Keinginan Wanita

Ketika wanita ditanya apakah ia berpakaian seksi sebab ia ingin dipuji oleh wanita atau oleh pria. Jawabannya ialah ingin dikagumi oleh semua orang. Keinginan inilah nan membuat wanita begitu ingin mempunyai bentuk tubuh nan luar biasa nan dianggap sangat seksi. Bagian paras nan tirus dengan pipi tak terlalu tembam, mata bulat, hidung mancung, bibir tipis namun berisi, telinga tak terlalu besar, serta rambut hitam, panjang, ikal mayang.

Tubuhnya berbentuk gitar Spanyol dengan pinggang kecil, perut rata, dan bokong berisi serta tak kendur. Lalu pakaiannya mengikuti bentuk tubuh nan aduhai itu. Sandang ketat nan membentuk dada padat berisi dengan belahan nan terlihat dalam. Pekaian bra dengan tekni nan menaikan payudara sehingga daa membusung. Lalu perut dipakaikan korset nan akan membentuk pinggang dan pantat nan tak kalah seksinya.

Keinginan itu telah membuat banyak teknologi nan digunakan demi mempercantik penampilan wanita ini. Korset nan merampingkan, bra berteknologi nan tak hanya memperindah namun juga mengencangkan dengan berbagai bahan pembuatnya. Harganya tak mahal bagi nan sangat ingin memilikinya. Mereka mengira bahwa penampilan itu akan membuat orang lain memandang lebih kepada mereka. Padahal dalam setiap kesempatan, nan menjadi pusat perhatian ialah wanita nan cerdas.

Kecerdasan ini akan membuat siapapun menjadi tampak lebih menarik. Yang akan menonjol itu ialah kecerdasan. Wanita cantik nan tak cerdas hanya akan menjadi objek seks. Mereka akan diperdaya dan akan sangat mudah terpedaya. Berbeda dengan wanita cerdas nan paham apa nan ia mau dan harus bagaimana ia menempuh dan meraih nan ia inginkan. Wanita cerdas seperti ini akan sangat menonjol. Pakaiannya pun akan menjadi sesuatu nan ditiru. Sayangnya, wanita di seluruh global ini masih bahagia mengenakan baju terbuka.

Wanita-wanita nan dipandang hebat seperti Hillary Clinton, Michele Obama, Jacky Kennedy, dan jajaran seniman papan atas Hollywood, menjadi pusat perhatian. Banyak nan mengikut gaya mereka berpakaian. Untuk wanita nan berada di jajaran politik, mungkin masih dapat dipahami dan masih dapat diterima gaya pakaiannya. Namun, sepertinya aga sulit menerima baju para seniman nan ingin serba minimalis. Mereka merasa bahwa tubuhnya ialah aset sehingga harus diperlihatkan dengan jelas.

Kalau perawatan kulit dnegan emas, dan operasi plastik dengan tujuan eksklusif semakin laris, itulah nan menjadi salah satu hal nan cukup ditakuti sebenarnya. Banyak orang tak siap menjadi tua. Mereka ingin terlihat muda dan ingin selalu mendapatkan pujian nan luar biasa dari orang-orang nan melihatnya. Padahal sebenarnya kalau hanya pakaian, keadaan ini akan terlindas zaman. Begitu banyak orang nan akhirnya menjadi korban pelecehan sebab baju nan dikenakannya.

Sebaiknya memang tak hiperbola dalam berpakaian. Apalagi ketika melihat harganya nan sangat mahal. Orang lain nan tak mempunyai uang tentunya akan merasa bahwa baju itu menjadi hanya sebatas mimpi. Kesederhanaan itu akan memancarkan aura estetika nan sebenarnya. Tentu saja memang ada anggaran nan tak tertulis bahwa baju nan baik itu bukan saja menutup aurat tetapi juga tak berbau dan tak terlihat terlalu ‘ramai’.

Harus dipikirkan antara keindahan, keharuman, dan keserasian. Kalau mengenakan baju dengan rona nan tak sesuai, tentunya akan membuat orang lain menilai bahwa wanita nan mengenakan baju tersebut tak tahu rona dan tak tahu bagaimana membuat bahan sederhana menjadi sesuatu nan indah. Latif tak harus mahal. Yang mahal juga belum tentu latif apalagi kalau bahannya sangat minim. Mempelajari tentang hal-hal nan berhubungan dengan fashion tentunya bukan hanya milik para artis.


Semau orang seharusnya tahu fashion dan tahu bagaimana memilih baju nan tepat buat dirinya sendiri. Pada saat ia berbau dengan masyarakat, maka keanggunannya akan harmonis dengan pancaran kecerdasan nan dimilikinya. Ditambah ketulusan hatinya, maka lengkaplah sudah baju luar dalam nan sangat indah. Perpaduan inilah nan kini mulai diterapkan oleh banyak wanita. Mereka sadar bahwa kalau mengenakan baju nan tak benar, maka tanggapan orang lain pun tak benar.



Sejarah Sandang Wanita

Di zaman Mesir kuno, Yunani antik dan Romawi kuno, baju nan popular ialah tunik. Di abad pertengahan, model tunik disederhanakan dengan penambahan pada lengan panjang. Tahun 1400an, model pakaian mulai dipaskan ke tubuh. Leher nan tinggi mulai diturunkan dan lengannya panjang dan melambai-lambai.

Kerumitan pengerjaan baju seperti ini mungkin saja masih dapat ditemukan, namun, seiring dengan ditemukannya peralatan buat membuat baju dengan lebih cepat dan tepat, maka rasanya akan sulit menemukan orang nan mau membuat tunik dengan cara tradisional.

Pada abad ke 16, gaun wanita terbuat dari sutra dan beludru. Renda-rendanya kaku dan panjang, dengan belahan ‘V’ di bagian depan. Rok berbentuk bel belah depan buat menunjukkan baju dalam mereka nan berenda-renda. Pada abad ke 17 mulai popular bahan nan ringan. Di abad 18, wanita nan menyukai fashion menggunakan hoop di bawah roknya sehingga rok terlihat melingkar, nan lalu hoop tersebut dibuat di samping kanan dan kiri pakaian membuat gaun melebar dan lebih ramping.

Bahan brokat nan berat popular di lingkungan kerajaan, sementara masyarakat taraf atas menggunakan gaun dengan bahan sutra nan ringan. Lingkar leher buat gaun malam rendah, sementara buat pakaian sehari-hari mereka menggunakan sehelai sapu tangan buat menutupi leher mereka.

Di awal abad 19, gaun malam nan panjang dengan potongan pinggul nan naik ke atas, potongan leher rendah serta lengan pendek dan melembung menjadi popular. Seiring waktu berjalan, potongan panggul turun, ukuran lengan mulai mengempis menghasilkan potongan bahu nan rendah. Di akhir abad ini, wanita memakai gaun dengan model S. Blus, jaket ketat dan rok panjang mulai popular.

Memasuki abad 20, potongan panggul makin turun sehingga menyembunyikan bentuk dada dan pinggul wanita. Pada tahun 1930an mulai kembali popular pakaian nan menonjolkan lekukan tubuh dan gaun dengan bukaan di bagian belakang. Pada tahun 1947 diperkenalkan pakaian wanita dengan ukuran pinggang kecil dan rok nan melambai-lambai. Tahun 1960an mulai masuk pakaian wanita nan berbentuk pendek, atau disebut mini dress.

Tahun 1970, rok panjang seperti model gipsy mulai popular, dan tahun 1980 pakaian wanita dengan gaya wanita karir mulai disukai dengan rok pendek dan lurus. Keseksian mungkin tak terlalu ditampakan seperti sekarang, namun, wanita tetap ingin tampil maksimal.



Pakaian Wanita Sekarang

Mulai awal abad 21, pakaian wanita menyesuaikan kegemaran masing-masing individu. Ada nan menyukai model lurus, longgar, panjang hingga menyapu lantai, atau nan pendek sekali sehingga terkesan hanya menutupi celana dalam. Apapun pakaian wanita nan Anda dipilih, pastikan sinkron dengan kepribadian Anda. Bagaimana memilih pakaian wanita nan pas buat kita? Mungkin tips di bawah bisa Anda pertimbangkan.

1. Jangan sekali-kali memakai pakaian hanya sebab trend. Tidak semua trend fashion sinkron dengan kepribadian kita. Dapat jadi satu model bagus di orang lain, tapi belum tentu bagus di kita.

2. Pilih pakaian nan pas dan nyaman. Jangan menjadi terus membetulkan pakaian nan kita gunakan setiap saat, sebab terlalu besar atau terlalu kecil. Pernah lihat wanita nan sesekali menarik-narik roknya ke bawah sebab kependekan? Bagaimana menurut Anda?

3. Sesuaikan dengan acara nan kita hadiri. Jangan sampai salah kostum nan akan membuat anda kehilangan kepercayaan diri.

4. Jika sudah memilih satu baju, tampil percaya diri dengan apa nan Anda pakai, seaneh apapun baju Anda di mata orang. Ketika kita PD dengan penampilan kita, kita akan terlihat bagus menggunakan pakaian apapun.

5. Gunakan trik mix and match pakaian agar penampilan selalu berbeda.

Siap berpenampilan beda? Tunggu apa lagi? Mulailah berkreasi.