Pengaruh Mainan dan Perkembangan Pola Hayati Anak

Pengaruh Mainan dan Perkembangan Pola Hayati Anak



Penuh Kreativitas

Mainan anak2 di zaman dahulu sekira 40 tahun nan lalu memang sangat sederhana dan tak membutuhkan banyak biaya buat pengadaannya. Mainan untu anak-anak zaman itu memang merupakan hasil kreativitas anak2 sendiri. Sporadis ada anak-anak nan mempunyai mainan dari pembelian. Apalagi jika harganya mahal. Tidak bakal terbeli oleh para orangtuanya. Jangankan buat membeli mainan, buat belanja makan saja masih serba kekurangan.

Mainan itu terbuat dari berbagai sumber daya alam nan ada di sekitar rumah. Misalnya, buat membuat mobil-mobilan, bahan nan dipakai ialah pelepah pisang ditambah dengan dedaunan dan kulit jeruk Bali nan tebal dan pengikatnya digunakan lidi nan diambil dari daun kelapa. Untuk membuat senjata juga dari pelepah pisang. Terkadang kalau ada bambu, maka bambu pun dapat dibuat sumpit. Untuk anak-anak nan lebih besar, mereka akan membuat mainan nan lebih canggih dengan menggunakan roda bekas kursi.

Mainan nan dapat dibuat dari roda bekas kursi ini macam-macam. Misalnya, membuat papan lucur. Memang agak berbahaya apalagi kalau pengereman tak dibuat kencang. Memainkannya memang bukan di jalanan aspal nan mulus sehingga kalau pun terjatuh, paling mereka akan terjatuh ke lumpur. Pelepah kelapa juga dapat dibuat buat meluncur. Caranya ialah dengan memainkannya di tebing sungai. Tanah nan becek dan licin itu malah menjadi salah satu nan dijadikan loka favorit meluncur.

Pelepah kelapa tinggal dinaiki dua atau hingga tiga anak, lalu meluncur hingga ke sungai. Saat terjatuh ke sungai itulah derai tawa akan membahana. Sungguh suatu permainan nan sangat sederhana. Kalau musim panen padi, mainan nan biasa dibuat ialah pluit dari batang padi. Pada waktu itu batang padi itu tinggi-tinggi dan tak seperti sekarang nan sangat rendah. Batang padi dapat sampai lebih dari satu meter sehingga harus diketam dengan alat khusus.

Mainan lainnya nan dapat dibuat ialah dari dedaunan dan bunga-bungaan. Dedaunan itu dirangkai, dipatahkan sehingga membentuk kalung. Daun nan biasa dipakai membuat kalung ialah daun singkong nan tua. Cukup unik kreativitas ini sehingga membuat anak sering berada di luar rumah. Tidak ada televisi. Listrik pun hayati hanya beberapa jam. Tidak heran buat membunuh waktu, anak-anak harus dapat membuat permainan nan menyenangkan.

Mereka pun tumbuh normal dengan segala keterbatasan. Untuk mainan masak-masakan, biasanya terbuat dari tanah liat. Mainan ini cukup bagus seperti bentuk aslinya tetapi dalam ukuran kecil. Harganya cukup mahal pada saat itu. Hanya anak orang nan berpunya nan mempunyai mainan seperti ini. Congklak atau dakon pun dianggap barang mewah sebab terbuat dari kayu nan mulus dan bagus dengan buah dakon nan indah.

Anak-anak nan tak mempunayi uang, biasanya memilih membuat sendiri semua mainannya. Termasuk bermain boneka. Mereka akan membuat boneka dari kaos kaki bekas. Baju-baju boneka akan dijahit sendiri. Kalau tak dapat membuat boneka dari kaos kaki, biasanya akan membuat boneka dari kertas. Lipatannya sama dengan lipatan origami. Seni melipat kertas ini menjadi satu hiburan tersendiri. Anak-anak biasa menggunting koran atau kertas bekas buat membuat boneka.



Beda Zaman, Beda Rupa

Tetapi, di zaman sekarang, mainan buat anak2 sedemikian banyak ragamnya sehingga dimanapun kita berada semua mainan itu bisa memperolehnya. Mainan buat anak2 nan dahulu tak terbeli olah para orangtua, sekarang dengan sangat mudahnya dibeli dan diberikan kepada anak-anak. Bahkan, orangtua nan kondisinya miskin, tetap berusaha membelikan mainan tersebut.

Kebanyak memang merupakan mainan dari plastik nan diimpir dari Cina. Sayangnya, ada peringatan bahwa mainan dari Cina ini kemungkinan mengandung zat nan tak baik bagi kesehatan anak-anak. Di Amerika mainan dari Cina ini dilarang beredar walaupun tak semua merek dari Cina dilarang. Di Indonesia, sepertinya pemerintah biasa saja dan tak sangat antusias mengetahui apakah memang sahih mainan dari Cina itu berbahaya atau tidak.

Perbedaan Jenis Mainan Oleh Disparitas Zaman
Jenis permainan di zaman dahulu dengan zaman sekarang memang sangat berbeda. Pada zaman dahulu, orangtua tak perlu belanja mainan karena anak-anak begitu kreatif dengan membuat berbagai mainan nan dibutuhkan. Bahkan, dari barang-barang bekas di sekitar hidupnya bisa menjadi mainan nan sangat mengasyikan bagi mereka.

Bahkan, pelepah daun pisang saja bisa mereka sulap menjadi bedil atau mainan nan lainnya. Kulit jeruk besar bisa dijadikan mobil-mobilan, kembang tebu bisa dijadikan mobil-mobilan atau permainan nan lainnya. Ini tak membuat orang tua belanja. Bahkan orangtua sama sekali tak mengeluarkan biaya pada saat sang anak berkreasi membuat mainan tersebut.

Tetapi, sekarang, hal tersebut tak bisa kita temukan lagi. Anak-anak sudah tak ada nan kreatif lagi dalam membuat mainan buat mereka mainkan. Mereka lebih suka membeli mainan di toko. Mereka memaksa orangtua buat menyediakan dana spesifik buat belanja mainan. Dan, itulah disparitas antara mainan zaman dahulu dan mainan zaman sekarang.



Pengaruh Mainan dan Perkembangan Pola Hayati Anak

Seperti kita ketahui, masa anak-anak ialah masa bermain. Artinya sebagian besar waktu nan dimiliki oleh anak-anak dipergunakan untk bermain. Setiap saat nan mereka miliki dimanfaatkan buat bermain semaksimalnya. Mereka tak pernah jenuh saat bermain-main, bahkan hingga malam mereka terus saja bermain.

Terkait dengan kondisi tersebut, maka kita perlu memahami hal-hal terkait dengan permainan dan beraneka ragam mainan buat anak2 nan mereka miliki. Hal ini kita kembalikan pada fenomena bahwa setelah anak-anak bermain dengan mainan mereka, maka setelah itu, mereka akan merealisasikan mainan tersebut dalam kehidupan nyata. Ini seringkali terjadi sehingga seringkali pula kita berhadapan dengan orang-orang nan tak setuju dengan sebuah permainan anak2 sekarang ini.

* Kreativitas Anak
Antara mainan anak2 zaman dahulu dan zaman sekarang memang sangat berbeda. Jika maian jaman dahulu merupakan ciptaan anak-anak, tetapi buat zaman sekarang anak-anak tinggal meminta kepada orangtua buat membeli, belanja mainan di toko, maka mereka sudah mempunyai mainan nan diinginkannya.

Anak-anak zaman sekarang memang bisa mempunyai mainan sebab mereka belanja di banyak tempat. Dan sebab hal tersebut, maka jenis mainannya juga majemuk dan nan terpentingnya mainan itu mempunyai bentuk nan sangat baik. Tetapi, mereka kehilangan kreativitas diri.

Anak-anak sekarang tak bisa membuat mainan dengan bahan nan ada di sekitar kehidupan mereka. Bagi mereka, jika bisa membeli mengapa pula harus repot-repot membuatnya sendiri?

* Kemandirian Anak
Mainan buat anak2 zaman dahulu memungkinkan anak-anak menumbuh-kembangkan sikap kemandirian hidupnya. Hal ini sebab mereka harus mengerjakan atau membuat mainan tersebut dari awal. Mereka tak harus mengedepankan kemampuan dirinya agar bisa mempunyai mainan nan diinginkannya.

Sementara, anak anak sekarang menggantungkan kepada orangtuanya buat bisa mempunyai mainan nan diinginkannya. Mereka tinggal menunggu orangtuanya membeli mainan dan selanjutnya mereka bisa bermain. Dan, jenis mainan nan mereka dapatkan ialah mainan nan langsung bisa digunakan.

Pada zaman sekarang, orangtua begitu sayang kepada anak-anaknya sehingga apapun nan diinginkan sang anak, mereka memenuhinya. Akibatnya, taraf kemandirian anak jauh berkurang. Mereka hayati dalam ketergantungan pada orang lain, dalam hal ini orangtua. Sementara, anak-anak jaman dahulu, harus berusaha sekuat tenaga agar bisa mempunyai mainan nan diinginkan. Jika tidak, maka selamanya tak mempunyai mainan tersebut.

* Rasa Sosial anak
Mainan zaman sekarang menjadikan anak anak kehilangan rasa sosial dalam hidupnya. Mereka nan mempunyai mainan seringkali hanya dipergunakan buat diri sendiri. Jenis mainan mereka bukanlah mainan massal. Dengan demikian, maka anak anak kehilangan rasa sosial dalam dirinya.

Sementara, mainan buat anak2 zaman dahulu bersifat massal sehingga banyak anak nan bisa ikut bermain dan hal tersebut. Ini merupakan bentuk sikap sosial nan tinggi. Begitulah mainan anak2 dahulu dan sekarang nan sangat berbeda. Dan, para orangtua-pun harus belanja spesifik buat mainan. Sementara zaman dahulu hal tersebut tak terjadi.