Tak Terkendali

Tak Terkendali



Trik Pemasaran Saja

Informasi semacam ini lebih merupakan trik pemasaran para developer ataupun forum pembiayaan. Namun intinya tidak mengubah esensinya mengambil untung besar dari bisnis properti. Kebutuhan masyarakat buat memiliki rumah memang sangat luar biasa. Inilah nan membuat banyak orang terjun ke global bisnis properti. Walaupun begitu, banyak juga nan merasakan kerasnya persaingan dalam bisnis satu ini.

Hal nan dapat menjadi hambatan ialah harga tanah dan tanah nan masih dalam sengketa. Kalau tak pandai mengatasinya, akhirnya dapat jadi pihak konsumen dirugikan. Rumah telah berdiri, penghuni sudah masuk, namun sertifikat tak dapat diserahkan. Ada juga pengembang nan nakal nan malah mengagunkan sertifikat rumah para konsumennya. Melihat gelagat nan cukup merugikan ini, pihak pembeli atau calon konsumen, harus sangat waspada. Jangan sampai uang nan telah dikumpulkan selama bertahun-tahun malah lenyap tidak berbekas.

Harga rumah nan mahal terkadang tak ikuti dengan fasilitas generik nan memadai. Bahkan drainase sebagai loka pembuangan air kotor dan air hujan tak berfungsi dengan baik sehingga terjadi banjir. Ketika memang mau membeli rumah, jangan terburu-buru. Pelajarilah pengembang nan dibidik. Lihatlah kualitas bangunan. Jangan sampai baru saja beberapa minggu menunggu rumah tersebut, ternyata atap sudah bocor.

Datangilah kompleks tersebut ketika musim penghujan. Lihatlah wilayah sekitarnya. Apakah kondusif ataukah terkenal dengan angka kriminalitas nan cukup tinggi. Kalau hal ini nan terjadi, sebaiknya memang mengurungkan niat. Begitu juga kalau melihat rumah mewah dengan luas tanah lebih dari 200 hektar. Bahkan bila hanya 15 hektar pun harus hati-hati. Ada pemerintah daerah nan tak memberikan atau tak mengeluarkan sertifikat hak milik kepada pengembang dengan luar tanah tertentu.

Pemerintah hanya mengeluarkan sertifikat hak guna. Kalau sertifikat hak guna, artinya bila pemerintah akan menggunakan tanah itu buat keperluan nan sangat mendesak, maka sertifikat itu tak akan terlalu kuat. Berbeda dengan sertifikat hak milik. Sebenarnya dapat saja meningkatkan kelas sertifikat hak guna ke sertifikat hak milik, namun biayanya cukup mahal. Bila mempunyai uang nan tak banyak, sebaiknya cari rumah dengan sertifikat hak milik saja.

Bila perlu, ceklah sertifikat rumah tersebut ke Badan Pertanahan Nasional atau BPN. Hal ini buat lebih memberikan ketenangan batin kepada konsumen nan akan membeli rumah itu. Kalau semuanya cocok, perhatikan fasilitas generik nan dijanjikan oleh pengembang. Terkadang pengembang banyak sekali menjanjikan macam-macam termasuk akan membangun taman, jogging tract, masjid, sekolahan, dan lain-lain.

Setelah semua ruamh selesai dibangun, fasilitas itu malah tak ada. Kalau hal ini terjadi, lihatlah fasilitas nan ada di sekitar perumahan. Adakah pasar atau loka membeli keperluan bahan pokok, adakah loka ibadah nan baik, adakah puskesmas atau dokter praktik, adakah Pom bensin, dan lain-lain. Semua itu perlu menjadi perhatian agar kehidupan berjalan lebih baik dan lebih lancar. Jangan sampai mendapatkan rumah nan sangat murah tetapi ternyata seperti tinggal di hutan dan sanak keluarga pun malas bertandang ke rumah.



Terlalu Mewah

Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok nan nisbi terlalu mewah buat kebanyakan orang. Berbeda dengan kebutuhan pokok lainnya nan dikenal dengan 3P (pangan, pakaian, dan papan), seperti nasi dan baju nan nisbi mudah didapatkan, memiliki rumah seakan seperti impian nan terlalu tinggi. Untuk mendapatkannya pun orang harus menunggu hingga bertahun-tahun. Bahkan tidak sporadis nan hingga wafat pun belum mendapatkannya.

Bayangkan, disebuah perumahan mewah, rumah tipe 36, dijual dengan harga hampir setengah miliar rupiah. Di perumahan nan tak terlalu mewah tetapi dengan sistem pengamanan 24 jam, harganya berkisar pada angka 300-400 juta rupiah. Di perumahan biasa nan tak ada sistem pengamanan 24 jam, harga rumah tipe 36 ini berkisar pada angka 290-300 juta rupiah. Padahal 2 tahun nan lalu, rumah dengan tipe nan sama, di perumahan nan sama hanya sekira 250an juta. Cepatnya kenaikan ini membuat calon pembeli rumah bingung.

Di sebuah perumahan sangat sederhana nan cukup jauh dari pusat kota, dua tahun nan lalu ruamh tipe 36/104, harganya 90 juta. Kini harganya telah menjadi 120 juta. Sangat cepat naiknya harga tersebut. Jangan tanya 5 tahun nan lalu. Harga ruamh nan kini 250 juta, 5 tahun nan lalu hanya 70-80 juta. Ada perumahan nan cukup bagus di loka nan bagus, 6 tahun nan lalu hanya 150 juta, kini telah mencapai 400-500 juta.

Orang menjual ruamh seperti tak mau dibeli saja. Tetapi nyatanya banyak nan membelinya. Bahkan para pengembang kehabisan stok dan mulai mencari tanah lagi nan lebih besar buat perumahan baru. Inilah salah satu kenyataan luar biasa nan ada di sekitar kita. Keadaan ini terjadi hampir di seluruh Indonesia dan bukan hanya di kota-kota besar. Tangan tanya kalau di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Palembang, Makasar, Surabaya, dan kota besar lainnya, harga ruamh semakin cepat naik.

Setiap tahun hampir 10%-15% harga naik. Untuk itulah bagi nan telah mantap tinggal di sebuah kota, sebaiknya tak menyewa lagi. Uang sewa nan besar itu dijadikan uang tanda jadi. Uang dp pun dapat diangsur. Banyak bank nan mau memberikan kredit. Asalkan memenuhi persyaratan dan konfiden dapat membayar angsuran, ambillah rumah dan tinggalkan ruamh kontrakan. Kapan lagi akan membeli rumah kalau tak secepatnya. Pelajari skema kredit setiap bank. Sementara baru BTN nan cukup bersahabat.

Program rumah rakyat nan dilaksanakan pemerintah tampaknya juga masih jauh dari harapan. Kebutuhan nan tinggi terhadap rumah menyebabkan harga tanah turut melambung. Pemerintah pun tidak mampu membuat pemukiman baru berstandar nan murah buat rakyat tanpa terpengaruh permainan mafia tanah, bisnis properti, ataupun kembang perbankan. Tanah, air, udara, dan nan terkandung didalamnya nampaknya belum mampu mampu dikelola secara optimal buat sebesar-besar kemakmuran rakyat.



Tak Terkendali

Untuk mendapatkan rumah murah, kredit rumah tanpa adanya dp, ataupun kredit rumah berbunga rendah, rasanya masih jauh dari harapan. Harga rumah di Perumnas tentunya ditetapkan berdasarkan harga tanah saat pembebasan maupun biaya produksi pembangunannya.

Namun sayangnya, meskipun lokasi perumnas itu sebelumnya jauh di pelosok dengan nilai nan tidak seberapa, namun dapat langsung naik menjadi nisbi mahal ketika mendengar kawasan itu akan dijadikan lokasi Perumnas. Bisnis properti merupakan salah sektor nan perkembangannya boleh dikata lebih sering tidak terkendali. Ketika suatu wilayah mempunyai prospek bisnis nan cerah, otomatis akan mendorong naiknya harga tanah di kawasan itu.

Begitu juga sebaliknya, kenaikan harga tanah memicu perkembangan bisnis di kawasan tersebut. Hal ini dapat terjadi sebab memang sengaja diciptakan. Informasi tentang planning pengembangan tata kota merupakan salah satu faktor nan bisa mempengaruhi kondisi tersebut.

Begitu juga dengan faktor pengaruh lainnya, seperti adanya pembangunan suatu pusat aktifitas juga bisa memicu perkembangan kenaikan harga tanah dan rumah. Yogyakarta, merupakan salah satu kota di Indonesia nan perkembangan harga tanah dan rumahnya terbilang sangat tinggi. Ketika suatu perguruan tinggi berencana membangun kampus terpadu di suatu wilayah, langsung saja harga tanah di sekitarnya melambung tanpa dapat dikontrol. Padahal masih baru dalam termin rencana.

Bagi orang awam seperti kita memang agak sulit memahami permainan harga semacam ini. Apalagi pemerintah juga tak mampu mengendalikannya. Begitu juga dengan perhitungan kembang kredit, sangat diwarnai dengan perbedaan makna komersial murni. Kredit rumah tanpa pemberian dp dapat saja ada, namun tentunya akan menaikkan kembang cicilan. Karena berapapun uang muka nan dibayarkan buat kredit rumah, hasil akhirnya tentu menguntungkan pihak bank atau developer, meskipun itu termasuk program rumah rakyat nan mendapatkan subsidi pemerintah.