Kode Misteri dalam Kisah Menipu Malaikat Munkar dan Nakir

Kode Misteri dalam Kisah Menipu Malaikat Munkar dan Nakir

Banyak orang nan merasa terhibur dengan hal nan lucu-lucu . Sementara itu, sebenarnya nan dimaksud lucu kadang berupa tindakan menertawai orang lain. Terkait dengan hal ini, ada sebuah kisah lucu nan disampaikan oleh Nasruddin Hoja. Yang perlu diperhatikan, kisah lucu ini tak bermaksud menyerang atau menghina agama.



Kisah Menipu Malaikat Munkar dan Nakir

Suatu hari, Nasruddin Hoja sekarat. Ia menyadari hidupnya tidak akan lama lagi. Oleh sebab itu, ia berpesan kepada para tetangganya, “ketika saya mati, tolong tempatkan saya di makam nan sudah tua; nan sangat buruk; beli nisan kayu nan sudah keropos.”

Para tetangganya keheranan. Mereka bertanya, “mengapa demikian Nasruddin? Apakah ini ialah wasiat terakhirmu?”

Nasruddin menjawab, “nanti, ketika malaikat Munkar dan Nakir datang dan memberi pertanyaan, “siapakah tuhanmu?” saya dapat berkata begini, “saya tuli, malaikat. Apakah Anda berdua tak melihat bahwa makam aku sudah sangat tua?”



Kode Misteri dalam Kisah Menipu Malaikat Munkar dan Nakir

Sekilas, kita akan menyebut bahwa Nasruddin sangat tolol. Ia menyamakan malaikat seperti petugas sensus penduduk global nan tak tahu apa-apa. Dengan mengaku tuli, Nasruddin dapat beralasan jika ia tak mampu menjawab pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir tentang siapa Tuhanmu, siapa Nabimu, apa agamamu, dan sebagainya.

Akan tetapi, sebenarnya demikianlah keadaan kita nan sebenarnya. Jika kita berdosa, kita buru-buru bertaubat. Kelak, kita terjebak pada lubang nan sama. Jika ibadah kita kurang, kita berkata, “ah, tak apa-apa. Tuhan mengetahui niatku. Barangkali ibadah nan seperti inilah nan sinkron dengan kemampuan agamaku nan terbatas”.

Jika boleh disebutkan, kita bahkan jauh lebih jelek daripada Nasruddin. Kita menyamakan petugas global seperti Tuhan nan tahu segala hal; dengan demikian kita begitu berhati-hati menghadapi orang-orang di dunia, takut salah dan disalahkan.

Sementara itu, di satu sisi, kita sekaligus malah menganggap Tuhan seperti petugas global nan tak tahu apa-apa. Kita begitu mudah ceroboh atau malah sengaja berbuat salah sebab toh Allah Maha Memaafkan. Dengan demikian, kita akan menyadari betapa rendahnya diri kita ini, tak seperti Nasruddin nan konsisten dengan prinsip kesalahannya.