Struktur Penulisan Karya Ilmiah

Struktur Penulisan Karya Ilmiah



Para Cendikiawan

Pernahkah mengagumi orang-orang cerdas nan bahagia membuat berbagai penelitian? Lalu hasil dari penelitian itu disebarkan ke masyarakat baik melalui tulisan di koran, majalah maupun di jurnal spesifik tema tertentu. Mungkin ada nan bertanya-tanya bagaimana dapat membuat karya ilmiah nan diakui oleh bukan orang sembarangan itu. Bagi seorang pelajar sekolah menengah, hal ini mungkin terasa berat sehingga tak banyak nan mau mempelajarinya. Tetapi bagi seorang mahasiswa, membuat karya ilmiah ini ialah suatu kewajiban.

Mereka harus mencari berbagai teknik, pendekatan, dan metodologi nan tepat dalam memecahkan masalah nan dipilih. Kalau metodologi nan digunakan tak tepat, maka penarikan konklusi dapat saja tak tepat dan diragukan. Lantas, lakon apa nan tepat buat dapat menulis karya ilmiah nan baik? Adalah cara terbaik buat belajar menulis karya ilmiah nan tepat dengan langsung belajar kepada para penulis nan biasa melakukannya.

Mulyadhi Kartanegara ialah salah satunya. Ia penulis produktif. Banyak sekali buku-buku ilmiahnya nan ditulis dengan renyah dan nikmat dibaca. Maka layak buat menemukan dan mendalami cara menulis karya ilmiah darinya. Tidak gampang buat membahasakan hal nan sangat ilmiah menjadi sesuatu nan mudah dipahami oleh orang awam. Banyak istilah nan harus dijelaskan secara gamblang agar orang nan baru belajar meneliti tak kehilangan motivasi buat melangkah.

Seperti banyak orang tahu bahwa para pelajar dan mahasiswa Indonesia itu bukan pembelajar nan sangat luar biasa seperti pembelajar dari Cina, India, Jepang, atau Amerika. Taraf membaca pun tak tinggi alias cukup rendah. Ini juga nan menjadi suatu keprihatinan tersendiri. Jangankan para pelajar dan mahasiswa, para guru pun terkadang harus diiming-imingi dengan kenaikan gaji atau kenaikan pangkat atau apalah agar mau mengadakan penelitian. Jika tak ada perangsang, maka jangan harapkan akan banyak nan mau melakukan penelitian atas kemauan sendiri.

Lalu bagaimana guru-guru model seperti ini akan memberikan contoh nan baik. Bagaimana juga akan menjadi guru nan mampu menginspirasi kalau melakukan penelitian saja tak mau. Para cendikiawan nan sesungguhnya dapat saja berasal dari berbagai disiplin ilmu. Satu nan membuat mereka mempunyai kesamaan, yaitu kesenangan mereka mewakafkan waktunya demi mendapatkan satu hasil penelitian nan bagus nan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Ia berniat memberikan anugerah nan dimilikinya kepada lingkungannya.

Mereka nan berusaha membahasakan gaya ilmiah ke dalam bahasa nan sederhana. Memang agak sulit terkadang bagi seseorang nan telah mempunyai banyak ilmu lalu berusaha memberikan keterangan tentang ilmu itu dengan bahasa nan mudah dimengerti. Ada beberapa nan cukup sukses termasuk Mulyadhi Kartanegara.



Pahamilah, Menulis Itu seni

Di dalam buku “Seni Mengukir Kata”, Pak Mulyadhi membeberkan resep menulis karya ilmiah nan baik dan renyah. Katanya, buat memiliki tulisan ilmiah nan apik maka nan harus dilakukan dulu ialah memperbaiki persepsi tentang menulis. Menulis itu ialah seni. Karena ia memenuhi kriteria buat dikatakan sebagai seni. Seni ialah sebuah tatanan prinsip dan cara-cara nan digunakan dalam melakukan seperangkat kegiatan. Menulis memenuhi unsur-unsur nan ada di dalam definisi tersebut.

Untuk dapat menulis efektif sangat dibutuhkan prinsip-prinsip tertentu. Yaitu, Kejujuran, istiqomah dalam kebenaran, motivasi nan benar, menguasai tata bahasa nan sahih dan mampu menyusun pikiran secara runut. Jika melihat prinsip tersebut, rasanya menulis itu sangat sulit. Jika ingin menghasilkan karya ilmiah nan baik dalam sehari, tentu menulis itu sulit. Akan tetapi, bila dipahami dengan baik, menulis karya ilmiah itu tak sulit jika dapat menemukan resepnya.

Bagi Pak Mulyadhi, dengan memahami karya menulis ialah seni, maka langkah primer nan mesti dilakukan ialah keaktifan buat belajar menuangkan gagasan setiap hari di dalam tulisan. Artinya, dibutuhkan kemauan buat menuliskan amunisi-amunisi atau gagasan-gagasan nan ditemukan dari buku-buku nan dibaca di dalam catatan harian. Amunisi-amunisi tersebut nantinya akan berperan buat membentuk tulisan menjadi bernas dan bernyawa.

Pak Mulyadhi kerap menjadikan analogi belajar bermain gitar dengan belajar menulis. Seorang tidak akan mungkin mahir dalam memainkan gitar dan menghasilkan suara petikan nan baik, jika ia tak setiap hari melakukan praktik bermain gitar. Seratus buku petunjuk bermain gitar nan dibaca tak akan mampu membuatnya pintar bermain gitar. Tetapi, jika setiap hari berlatih, meski dengan satu buku petunjuk, maka ia akan piawai dalam bermain gitar dan menghasilkan suara petikan nan nikmat didengar. Demikian halnya dengan menulis.

Karena itu, cara atau teknik menulis karya ilmiah nan baik ialah dengan aktif menuliskan amunisi-amunisi nan diperoleh dan dituangkan di dalam buku catatan harian. Cara ini terlihat mudah, tapi cukup banyak orang malas melakukan. Padahal, langkah mencicil gagasan-gagasan melalui catatan harian sangat berperan dalam memunculkan daya intuitif. Daya nan bisa membantu buat meruntuhkan hambatan-hambatan dalam mengekspresikan pikiran-pikiran dalam menulis.

Tentunya, daya tersebut akan dapat dicapai melalui latihan-latihan intensif dan praktik menulis nan berkesinambungan setiap hari. Ingat, menulis ialah seni. Bila masih merasa malas buat menulis, cobalah renungkan kata-kata Pramudya Ananta Toer. Salah satu sastrawan hebat dari Indonesia ini mengatakan bahwa kalau ingin tergilas oleh sejarah, tak perlu menulis. Artinya ialah bahwa karya tulis itu akan lebih abadi. Dengan adanya komputer dan internet, seseorang nan telah menorehkan buah karyanya dan diterbitkan akan dapat melihat karyanya di internet.

Ketika ia telah tiada di global ini, bukan tak mungkin karyanya itu masih tetap ada. Mungkin pembacanya akan mengira bahwa ia masih hayati walaupun sesungguhnya ia telah lama tiada. Lihatlah karya Imam Al-Ghazali, Ibnu Khaldun, bahkan Khalil Gibran. Mereka seakan hayati abadi dengan adanya karya tulis nan menyentuh kalbu. Jangan anggap remeh tulisan dalam bentuk nan bagus dan berkualitas. Indahnya tulisan itu akan membuat tulisan itu menjadi bahan rujukan.

Apalagi ketika karya tulis itu merupakan rangkaian uraian dari penelitian nan mengungkapkan sesuatu nan bermanfaat bagi masyarakat, maka akan banyak nan meniru langkah itu sehingga akan menjadi sebuah surat keterangan nan akan banyak dipakai oleh orang banyak. Prof. Arikunto, seorang wanita nan bahagia mengadakan penelitian dan nan telah menulis banyak buku tentang penelitian, kini mulai menulis buku nan tak terlalu tebal.

Kalau dahulu buku-bukunya cukup berat, seiiring dengan semakin malasnya orang membaca tulisan dengan konsep nan terlalu bertele-tele, bukunya pun tipis. Ia pun menulis tandem. Perubahan ini menunjukan bahwa para peneliti dan penulis itu mempunyai sikap nan dinamis.



Struktur Penulisan Karya Ilmiah

Setelah Anda terbiasa menuangkan gagasan maupun ide setiap hari di dalam catatan harian. Maka, ketika Anda ingin melalukan aktivitas menulis karya ilmiah ada beberapa hal nan mesti Anda penuhi. Yang paling krusial ialah struktur penulisannya.

Secara umum, sistematika penulisan terbagi kepada lima bagian:
1. Bagian Pendahuluan. Bagian ini hanya mengulas tentang klarifikasi tentang latar belakang masalah nan ingin dikaji, tujuan dan kegunaan penelitian atau pembahasan.

2. Bagian landasan teori. Bagian ini hanya diisi dengan teori-teori atau dasar keilmuan nan digunakan buat mendukung

3. Bagian Isi. Bagian ini ialah bagian terpenting buat mengemukakan gagasan permasalahan nan hendak diuraikan. Jika karya tulis itu berdasarkan hasil penelitian, maka wajib disertakan di dalamnya data-data dan analisis nan dilakukan.

4. Bagian penutup. Bagian ini berisi tentang konklusi dan saran

5. Bagian daftar pustaka. Bagian ini hanya memuat sumber-sumber acum nan digunakan. Sumber-sumber tersebut dapat berupa buku, jurnal, surat kabar, dan artikel nan didapat dari internet.

Jika kelima unsur di atas dipenuhi, maka diyakini karya ilmiah nan digagas mencukupi syarat. Karena itu, mari menulis karya ilmiah nan diawali dengan menuangkan gagasan-gagasan di dalam catatan harian sebelum diuraikan secara sistematis saat menulis karya ilmiah nan hakiki. Inilah teknik menulis karya Ilmiah ala Mulyadhi Kartanegara.