Penyanyi Jalanan - Perubahan Image Anak Jalanan

Penyanyi Jalanan - Perubahan Image Anak Jalanan

Kulangkahkan kakiku nan rapuh// Tinggalkan panas kota asalku// dari tenda ke tenda, warung nan terbuka// Lantang nyanyikan lagu oh memang kerjaku// Tak... niscaya jalur jalan hayati ku.... Tunggu putaran roda nasib// ku...coba paksakan buat melangkah.

Lirik lagu iwan Fals di atas menggambarkan sebuah kondisi sosial nan berada di tengah kita. Lagu tentang perjalanan seorang Penyanyi jalanan nan mengharapkan sebuah perubahan nasib. Penyanyi Jalanan atau pengamen jalanan istilah nan popular kita kenal.

Pengamen sendiri ialah orang nan melakukan "ngamen". Sedangkan "ngamen" ialah sebuah kegiatan/ sebutlah profesi nan dilakukan seseorang atau sekelompok orang buat mendapatkan imbalan dengan bernyanyi, baca puisi, bermain musik. Berbicara tentang pengamen sama saja dengan membicarakan penyanyi jalanan.

Tempat buat mengamen dapat di jalanan/ perempatan, terminal, rumah ke rumah, di dalam bus, kereta dan sebagainya. Penyanyi jalanan, nan kebanyakan ialah anak-anak sampai dengan remaja, umumnya berasal dari keluarga dengan ekonomi nan lemah. Mereka tumbuh dan berkembang di lingkungan nan keras. Faktor inilah nan akhirnya mereka cenderung berperilaku negatif.

Penyanyi jalanan dapat datang dari berbagai latar belakang ekonomi, sosial, usia, dan jenis kelamin. Berdasarkan usia, ada kelompok penyanyi jalanan nan sebenarnya tak pantas berada di jalanan. Mereka ialah anak-anak usia sekolah.

Fenomena penyanyi jalanan inipun kemudian berdampingan dengan istilah anak jalanan. Hayati mereka dihabiskan di jalanan. Memanfaatkan segala nan ada. Menyambung hayati juga dengan cara seadanya, salah satunya ya menjalani profesi sebagai penyanyi jalanan.

Anda niscaya pernah menemukan anak jalanan menyanyi hanya dengan bermodalkan botol kosong. Membuat irama seadanya dengan peralatan seadanya pula. Ditambah dengan suara nan sangat jauh dari merdu. Mereka ialah penyanyi jalanan muda nan hayati di jalan sebab tiga alasan mendasar.

  1. Mencari kepuasan; anak jalanan nan kemudian berprofesi sebagai penyanyi jalanan tipe nan pertama biasanya mengalami masalah dalam keluarganya. Mereka kemudian melampiaskan dan mencari apa nan tak ditemukannya di rumah pada jalanan. Anak jalanan atau penyanyi jalanan tipe ini, rawan terkena pengaruh buruk.
  2. Mencari nafkah; alasan ini tak lain dan tak bukan sebab memang disebabkan sebab faktor ekonomi keluarga nan kurang. Idealnya hal ini tak bola dibiarkan terjadi, mengingat usia anak-anak bukanlah usia nan pas buat mencari nafkah. Tapi, jika melihat ke lapangan hal tersebut nyatanya tetap banyak terjadi.
  3. Iseng/ mengisi waktu kosong. Tipe penyanyi jalanan atau anak jalanan nan satu ini biasanya hanya sekadar bermain di jalan. Mereka menyanyi pun hanya sekadar ikut-ikutan. Sebagai orangtua, seharusnya Anda waspada.


Fenomena Penyanyi Jalanan

Di beberapa kota besar penyanyi jalanan bukanlah hal nan aneh, khususnya di Bandung. Di setiap perempatan kita akan menemukan pengamen, mereka membawakan lagu-lagu nan sedang popular atau mereka nan mempopulerkan lagu-lagu sebagian seniman atau band musik di tanah air. Sehingga menjadi akrab di telinga kita.

Bahkan beberapa lagu dari musisi menjadi terkenal ketika lagu tersebut banyak dinyanyikan oleh penyanyi jalanan. Dalam hal ini, peran penyanyi jalanan menjadi cukup besar dalam memasarkan atau memperkenalkan lagu-lagu baru dari musisi ternama kepada masyarakat.

Hal unik lain pun terjadi, ketika penyanyi jalanan memiliki daya kreativitas lebih tinggi, lagu nan dimiliki oleh musisi eksklusif kemudian dikemas ulang dan jadilah lagu baru nan lebih asik. Penyanyi jalanan jenis ini biasanya bergerombol. Lengkap dengan berbagai alat musik nan unik dan menarik.

Sayangnya, masyarakat kita masih banyak nan menganggap bahwa penyanyi jalanan ialah sampah masyarakat. Mereka orang-orang nan menggangu kenyamanan. Kerangka berpikir seperti itu menajdi mengakar, akibatnya, penyanyi jalanan pun seringkali dipandang sebelah mata. Tanpa melihat atau mendengarkan lebih dulu lagu nan dibawakan, mereka sudah disepelekan.

Tidak adil sebenarnya. Para penyanyi jalanan juga layak buat mendapatkan apresiasi dari masyarakat. Dengan begitu, mereka juga akan merasa menjadi orang nan berguna. Ketika kita menghargai seseorang, maka sudah niscaya orang tersebut akan menghormati kita. Jangan salahkan konduite penyanyi jalanan nan brutal, tapi berkacalah dulu pada tingkah kita. Mereka melakukan itu, sebab mungkin awalnya kita nan tak respek atau menyepelekan mereka.



Penyanyi Jalanan Takselamanya Brutal

Penyanyi jalanan juga ialah mereka nan memiliki nilai rasa terhadap seni nan tinggi. Mereka kreatif tanpa orientasi nan muluk. Mereka berjalan, berkara mengalir. Murni tanpa ada embel-embel tanggung jawab sebagai seniman bayaran mahal.

Tak sporadis di antara penyanyi jalanan ada nan menggugah para pengendara motor,mobil/ penumpang angutan kota/ bis dengan aransement musiknya. Tak sporadis pula dari mereka serius membawakan musiknya, tidak hanya tepuk tangan, gitar atau kecrek (alay musik dari tutup botol) tapi dengan aransemen jimbe, biola, drum (yang mereka untuk dengan sederhana).

Komunitas Pengamen Jalanan (KPJ) nan dipelopori Anton Baret Salah satunya, Pengamen ini tidak hanya dapat "ngamen" beberapa aksi sosial pernah mereka lakukan. Kegiatan ini dilakukan pula oleh kelompok pengamen jalanan nan lain. Mereka ialah contoh para penyanyi jalanan nan terkoordinir dan berusaha buat membangun gambaran positif di masyarakat.

KPJ sendiri dibentuk atas dorongan bagaimana para pengamen atau penyanyi jalanan bersatu. Selain buat menghindari tindak kekerasan dari para partikelir KPJ dibentuk agar visi dan misi kreativitas tetap terbina.

Di Bandung, Alm Harry Roesli menghimpun para pengamen jalanan, buat berkreativitas agar potensi-potensi nan mereka miliki dapat dikembangkan. Dengan asa agar pandangan negatif tentang keberadaan pengamen jalanan dapat lama-lama luntur dan diterima posisinya di masyarakat. Agar penyanyi jalanan tak melulu direndahkan.

Di Bandung ada pula komunitas Pengamen "Asal Sada" nan nan terletak di jalan Pangampaan tidak jauh dari Jl. Pungkur, berdiri sejak 2005. Dalam kegiatannya kelompok Asal Sada tidak hanya mengamen saja, namun ada kegiatan-kegiatan keterampilan. Seperti; Menggambar, membuat alat musik karinding dan kerajinan lainnya.

Hal ini dilakukan agar pengamen nan tergabung di komunitas tersebut akhirnya mendapatkan keahlian nan lain selain bermusik, nan di kemudian hari dapat menjadi bekal mereka. Kelompok pengamen atau penyanyi jalanan nan satu ini juga membuktikan bahwa mereka orang dengan penuh kreasi, hanya saja wadahnya berbeda, di jalanan.



Penyanyi Jalanan - Perubahan Image Anak Jalanan

Acara di televisi, ajang mencari bakat. Ini pulalah nan digunakan oleh penyanyi jalanan buat mengubah nasib. Grub musik Klanting, asal Surabaya ini mampu mencuri hati penonton IMB (Indonesia Mencari Bakat) salah satu acara good talent nan ditayangkan oleh stasiun televisi partikelir Trans TV.

Kemenangan Klanting ialah kemenangan pengamen jalanan, kemenangan penyanyi jalanan. Dengan kemenangan Klanting diharapkan bisa membuka/ membawa perubahan pandangan mengenai pengamen jalanan. Baik perubahan pandangan masyarakat maupun pengamen-pengamen jalanan itu sendiri. Ada peluang bagi para pengamen buat menempati posisi di kancah global industri hiburan.

Namun, perubahan image tersebut ternyata belum mampu membawa perubahan nasib bagi pengamen-pengamen jalanan nan lain. Umumnya mereka tetap tak memiliki akses perlindungan, kesehatan, pendidikan. Keberadaan mereka ditolak oleh masyarakat dan mengalami sweeping oleh pemerintahan kota setempat.Tak sporadis pula terjadi praktik-praktik pelecehan seksual, penculikan dan lain sebagainya. Perjuangan Klanting dana kelompok penyanyi jalanan nan lain ternyata masih sangat panjang.