Sekolah Wajib Menyediakan Fasilitas Belajar Bisnis

Sekolah Wajib Menyediakan Fasilitas Belajar Bisnis

Belajar bisnis itu tidak mesti menunggu tua, justru sedari masa anak-anak sudah diajari bagaimana berwirausaha. Pelajaran apa pun sebaiknya diberikan pada masa anak-anak sebab di masa itu otak anak mudah menyerap induksi positif dari luar.

Ibarat menanam bibit pohon durian. Kalau Anda ingin pohon durian berbuah lebat dan manis, sedari kecil harus rajin diberi pupuk dan dirawat hingga akhirnya menghasilkan buah. Demikian juga dengan anak-anak, Anda sebagai orang tua wajib mengarahkan buah hati Anda menuju akses masa depan nan cemerlang, ya dia wajib dibekali ilmu.

Orang tua nan berhasil biasanya anak niscaya ingin meniru. Demikian juga orang tua nan berhasil berbisnis niscaya anak ingin belajar bisnis agar kelak dapat membangun usahanya sendiri.

Contohlah pedagang Tionghoa, rata-rata mereka berhasil mengembangkan usahanya. Rahasianya ialah lingkungan nan mendukung buat belajar bisnis. Contoh ini harus ditiru oleh orang tua nan memiliki pencerahan membangun jiwa wirausaha kepada anaknya.



Pentingnya Belajar Bisnis Sedari Muda

Lebih baik bertanya dari pada sesat di jalan. Itulah ungkapan tepat buat belajar bisnis sedari dini. Apa pun usahanya sebelum dijalankan, tentu harus belajar dulu. Semua itu, ada prosesnya. Belajar itu proses awal dari sebuah rangkaian bisnis. Tidak ada kesuksesan nan datangnya tiba-tiba, semua perlu belajar dan berlatih.

Taipan senior seperti Mochtar Riady pun pada mulanya, ketika masa mudanya, ia belajar terlebih dahulu. Bayangkan, sejak usia 10 tahun, dia sudah mempelajari global finansial sebab tertarik dengan bisnis perbankan.

Dia rela mengorbankan masa belianya demi mewujudkan cita-citanya buat membangun usahanya sendiri. Awal merintis usahanya pun niscaya mengalami pasang surut. Sebelum usahanya, Lippo Group, menjadi emporium bisnis seperti sekarang ini.

Belajar berdikari sedari belia seperti Mochtar Riady, pendiri Group Lippo, menjadi keharusan anak muda sekarang ini. Beliau ialah contoh konkret pengusaha berhasil nan belajar bisnis sejak masih anak-anak. Sosok pengusaha seperti ini patut ditiru sebab pada masa mendatang, diprediksi persaingan hayati di Indonesia kian sulit.

Perekonomian Indonesia nan tidak kunjung stabil, menjadi alasan kuat bagi orang tua nan memiliki anak guna membekali ilmu sebaik mungkin. Salah satunya mengajari berwirausaha. Apa pun bentuk bisnisnya nan krusial jiwa enterperneurship menjadi salah satu ilmu nan berguna membangun masa depan cerah.

Membangun jiwa wirausaha sedari muda, sangat bermanfaat ketika dia membangun bisnisnya. Dia tidak perlu lagi belajar bagaimana cara mengelola modal, misalnya. Karena cara ini sudah diajarkan sejak sekolah. Di tambah lagi, anak nan terbiasa hayati di lingkungan bisnis, niscaya tahu betul bagaimana caranya memanfaatkan peluang bisnis.

Mengasah kejelian melihat peluang bisnis itu ada dalam pelajaran enterperneur. Misalnya memanfaatkan hasil download buku pelajaran buat dijual internal kepada kawan-kawannya, atau jual pulsa di kelas.



Enterperneurship Menjadi Kurikulum Pelajaran

Memotivasi anak menjadi wirausaha sebenarnya tugas orang tua dan pemerintah melalui sekolah. Sudah waktunya pemerintah memikirkan bagaimana caranya kurikulum pendidikan Indonesia ditambah pendidikan kewirausahaan/enterperneurship.

Pendidikan Indonesia jangan ketinggalan dengan Singapura, negara kecil nan mengandalkan bisnis sebagai pemasukan negara. Singapura maju menjadi negara bisnis terbesar di Asia Tenggara berkat pemerintahnya mendorong rakyatnya buat menjadi pebisnis.

Bagaimana dengan pendidikan bisnis di Indonesia? Memang sulit mengubah cacat masyarakat tentang bisnis. Selama ini, masyarakat Indonesia cenderung memosisikan diri sebagai pembeli/market dari pada sebagi produsen atau penjual.

Akibatnya, pasar Indonesia kebanjiran produk-produk impor dari luar negeri nan kualitasnya belum tentu baik. Dampaknya, produsen dalam negeri sekarat sebab gagal bersaing. Sudah saatnya kerangka berpikir itu diganti. Mulai sekarang, mari kita tumbuhkan jiwa wirusaha pada generasi muda. agar produk dalam negeri dapat mendominasi pasar Indonesia.

Oleh sebab itu, pendidikan dasar kewirausahaan wajib diajarkan di sekolah-sekolah, agar nantinya jiwa enterperneurship dapat dibentuk selagi masa sekolah. Caranya mudah, sekolah menawarkan kapital lunak kepada siswa buat dikelola menjadi usaha bisnis sederhana, tapi dapat menghasilkan profit.



Sekolah Wajib Menyediakan Fasilitas Belajar Bisnis

Memang selama ini ada koperasi sekolah, unit usaha nonprofit. Tapi ternyata, koperasi nan digadang-gadang menjadi tulang punggung ekonomi negara malah wafat suri. Tujuan koperasi sangat mulia. Tapi bagaimana koperasi dapat maju kalau pelaku usaha di dalamnya tidak ada sama sekali jiwa entrepreneurship? Akibatnya, bisnis berjalan di loka atau malahan gulung tikar.

Oleh sebab itu, dibutuhkan pendidikan enterperneurship guna menambah keahlian berwirausaha. Enterperneurship merupakan individual skill. Jadi, setiap anak harus diuji bagaimana caranya berdagang kecil-kecilan agar menghasilkan keuntungan nan bermanfaat buat memenuhi kebutuhan hidupnya.

Sekolah bertugas menyediakan fasilitas praktik usaha, misalnya kantin, dapur dengan segala pelengkapan, dan lain sebagainya. Selain itu, sekolah pun wajib menggelar agenda mendatangkan ke sekolah pengusaha-pengusaha berhasil guna dimintai misteri berbisnis. Mereka dapat berinteraksi langsung dengan orang nan sudah berpengalaman dalam bisnisnya. Mendatangkan sosok pengusaha diyakini menambah motivasi siswa buat berniaga.



Belajar dari Kesalahan

Kegagalan merupakan momok nan menghantui benak seseorang, ketika akan menjalankan bisnis. Usahanya gagal dapat membikin hayati semakin sulit, apalagi menjalankan usaha dengan kapital pinjaman. Bagi enterpeneur sejati, gagal dalam bisnis ialah hal nan wajar, tidak perlu disesali lebih dalam. Melainkan harus dipelajari lagi, letak kesalahannya agar dapat diperbaiki.

Menjalankan usaha itu seperti latihan berenang, terkadang tenggelam sebab belum mahir berenang. Ketika tenggelam pun tetap berusaha naik ke atas air agar dapat bernapas. Demikian juga belajar bisnis , ada saatnya tenggelam, tapi jangan kapok, melainkan terus naik ke atas supaya dapat bertahan.

Contohlah Sichiro Honda, pendiri Honda, perusahaan otomotif internasional dari Jepang. Dia membangun perusahaannya nan beberapa kali jatuh bangkrut. Dengan kapital kegigihan dan keuletannya, akhirnya perusahaannya menjadi raksasa.

Sichiro Honda mengatakan usahanya itu separuhnya dibangun dari kegagalan, sisanya ialah kesuksesan. Sosok seperti Sichiro Honda patut ditiru oleh anak muda nan mau belajar bisnis demi mengejar masa depan cerah. Oleh sebab itu, belajar bisnis sebaiknya dilakukan sedari masa sekolah. Beban latihan lebih ringan, jadi risiko kerugiannya tidak seberapa banyak. Dengan begitu, ketika sudah dewasa mereka tidak lagi takut dengan kegagalan sebab sudah berlatih berbisnis ketika sekolah.



Membangun Jiwa Entrepreneurship

Belajar bisnis pada anak, sebaiknya diberi pendampingan dari guru. Bentuk pendampingan berupa pengarahan bagaimana caranya memproduksi sesuatu, misalnya makanan kecil atau cara mengemas dan menghitung guna mencari harga jual. Pendampingan itu perlu agar siswa merasa percaya diri ketika belajar berbisnis.

Jadikanlah kegiatan belajar bisnis seperti acara bermain agar anak-anak merasa tertarik. Misalnya mengikuti bazaar nan diselenggarakan oleh event organizer. Kemudian, mintalah anak-anak sekolah membuat sesuatu nan bernilai jual, guna dijajakan di bazaar. Manfaatnya sangat krusial buat anak-anak, di mana belajar bisnis nan sesungguhnya berlangsung.

Anak-anak berlatih menjual daganganya kepada pembeli. Contoh lain nan mungkin dapat diaplikasikan ialah memanfaatkan halaman sekolah buat dijadikan huma bercocok tanam atau berternak ikan. Misalnya, sebagian halaman sekolah dipakai buat kebun sayur. Jadi, anak sekolah diberi tanggung jawab menanam sayuran dan merawatnya hingga panen.

Kemudian setelah panen, hasinya dijual ke pedangang sayur. Labanya dikumpulkan. Kemudian, pada akhir kenaikan kelas, keuntungan tersebut dibagi rata. Itulah namanya belajar bisnis sedari masa sekolah.