Bedanya Pengusaha dan Karyawan

Bedanya Pengusaha dan Karyawan

Secara teori, Indonesia merupakan negara adidaya buat sumber daya alam nan sangat berlimpah. Tapi, para pengusaha Indonesia masih kalah bersaing dengan para pengusaha dari negara lain. Bagaimana dapat membentuk pengusaha nan sehat dan kuat demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia?



Modal Mental Menjadi Pengusaha

Menjadi seorang pengusaha bukan hanya membutuhkan kapital secara materi, tetapi juga membutuhkan mental nan cukup kuat. Mental ini dibutuhkan agar masalah-masalah nan terjadi ketika sebuah usaha dijalankan bisa "ditaklukkan", setidaknya kesiapan buat menghadapi masalah tersebut sudah dimiliki. Apa saja kapital mental nan harus dimiliki calon pengusaha?



1. Mental Pemenang

Tidak mudah membentuk mental pemenang di Indonesia. Anak-anak sudah diajarkan buat sering mengalah buat menghindari konflik. Bukannya bernegosiasi bagaimana mengatasi masalah, tapi orang tua seringkali menunjuk secara sepihak salah seorang anak nan harus mengalah.

Mental mengalah ini ternyata berdampak pada mental pemenang pada saat sang anak menajdi pengusaha. Mudah mundur dan membiarkan orang lain maju tanpa melakukan perlawanan sedikit pun. Seharusnya sejak kecil anak diajarkan bagaimana mempunyai mental kampiun tanpa harus menyakiti orang lain.

Bila perlu kemenangan tersebut ialah kemenangan bersama sehingga kedamaian tetap terjaga. Kemenangan nan hasilnya tak hanya dinikmati sendiri. Seni bernegosiasi dan tak mudah mundur pada saat tersudutkan ialah merupakan mental nan tidak mudah dibentuk. Kejelian melihat peluang kapan dapat maju dan kapan harus mundur buat mengatur taktik perlu dipelajari dan dilatihkan sejak dini.



2. Emosi

Pengusaha tidak dapat membiarkan emosinya terhamburkan dengan sia-sia tanpa menghasilkan apapun bagi perusahaannya. Emosi nan baik ialah emosi buat selalu menjadi nomor satu dengan tujuan bila perusahaannya menjadi nomor satu, itu berarti akan semakin banyak orang nan dibantu dengan cara mempekerjakannya.

Emosi buat selalu berinovasi dan berkreasi dan tak ingin ketinggalan kereta dalam memperbarui hal-hal nan dianggap masih kurang memenuhi standard nasional maupun internasional. Bila emosi dikedepankan maka kebangkrutan sudah di depan mata.

Emosi buat tak korupsi juga harus ditumbuhkan. Emosi ini akan membuat pengusaha tersebut menjadi seorang pengusaha berkarakter nan mewarnai kehidupan sekitarnya dan bukannya dia diwarnai oleh lingkungannya.



3. Terpercaya

Pengusaha Indonesia ialah pengusaha nan bisa dipercaya memproduksi hanya barang-barang berkualitas. Tidak mengurangi bahan standar pada saat produk semakin laris. Dengan kata lain tetap menjaga mutu dan kualitas sinkron dengan standard.

Membayar hutang tepat waktu dan akan memberitahukan segera pada saat tak mampu memenuhi tenggat waktu nan telah ditentukan. Tidak menggaji diri sendiri terlalu tinggi (maksimal 4 kali lipat gaji karyawan terendahnya). Dengan demikian, pengusaha macam ini tak akan terlalu rendah memberikan gaji atau upah kepada bawahannya. Memberikan hak karyawan secepatnya sebelum keringat mereka kering.



4. Jiwa Berekspansi

Nafsu berekspansi juga harus diajarkan. Hal ini bukan sebab keserakahan, tapi semata-mata buat memperluas jaringan dan pendapatan sehingga kesejahteraan rakyat semakin cepat terwujud.

Mengunjungi dan mengadakan pameran juga merupakan hal nan harus dilakukan agar jiwa kompetitif semakin terbentuk. Jiwa konpetitif ini bukannya ingin menang tapi juga ingin memberikan suatu pengetahuan bahwa jiwa penemuan tidak dapat tumbuh dalam waktu sekejap.



Pengusaha Vs Karyawan

Berapa banyak orangtua nan mengarahkan anak-anak buat menjadi pengusaha? Bandingkan dengan orangtua nan menyuruh anak-anaknya agar bercita-cita jadi karyawan. Melihat budaya masyarakat kita, memang sepertinya option kedua nan lebih banyak. Kebanyakan dari kita menginginkan anak-anak agar punya cita-cita dengan profesi-peofesi nan dianggap lebih menjanjikan ketimbang jadi pengusaha.

Begitulah didikan kita sejak kecil. Pola berpikir ( mindset ) kita sudah terbiasa dengan bercita-cita buat menjadi dokter, pilot, PNS, insinyur, dan profesi lainnya. Tapi jarang, bahkan dulu hampir tak ada pendidikan nan mengarahkan kita buat menjadi pengusaha.

Paling-paling kita disuruh buat menciptakan lapangan kerja. Tapi di sisi lain kita tak pernah dibimbing buat tahu bagaimana caranya menciptakan lapangan kerja.

Untunglah sekarang sudah mulai bermunculan sekolah-sekolah bisnis nan melatih murid-muridnya menjadi pengusaha . Sudah banyak digelar acara-acara pelatihan wirausaha ( entrepreneurship ). Begitu pun pemerintah sudah mulai memperhatikan pentingnya menumbuhkan mindset berwirausaha kepada masyarakat.

Kini perlahan-lahan mindset ketergantungan menjadi karyawan pun berkurang. Banyak lulusan-lulusan akademisi nan mulai berpikir buat membuka lapangan usaha nan dapat menyerap tenaga kerja.

Lulus sekolah atau lulus kuliah ialah ajang dimulainya menyebarkan surat lamaran. Ratusan lamaran pekerjaan dikirimkan ke berbagai perusahaan. Bahkan rela mendatangi satu demi satu perusahaan-perusahaan itu. Tak sporadis nan mereka nan diusir security nan bosan menghadapi pertanyaan lowongan kerja.

Tapi itu dulu. Masa-masa itu mulai berlalu dan dianggap jaman kuno. Kini para pemuda sudah mulai berkembang mindset -nya. Mereka lebih berkeinginan menciptakan lapangan kerja daripada harus mencari kerja (menjadi karyawan).



Bedanya Pengusaha dan Karyawan

Ada karyawan nan bilang kalau jadi pengusaha itu lebih enak. Penghasilan lebih besar, nggak terikat dan diatur-atur sama atasan. Tapi ada juga pengusaha nan berpikir kalau jadi karyawan itu lebih enak. Kalau jadi karyawan tak perlu pusing memikirkan perusahaan, gaji pekerja, dan lain-lain. Lalu apa bedanya kalau begitu?

Jadi karyawan memang lebih enak kalau gajinya besar. Penghasilan tetap dan keamanan ekonomi keluarga terjamin. Itu kalau gajinya besar. Kalau gajinya kecil, tentu beda lagi. Jelas karyawan akan pusing juga. Belum lagi ditambah tekanan perusahaan agar bekerja lebih baik.

Begitu pun kalau jadi pengusaha. Pengusaha tentunya akan sangat enak kalau usahanya maju dan stabil. Tapi pengusaha nan sering pontang-panting dan pailit, tentunya juga dapat membuat pusing.

Tapi memang, jadi pengusaha itu punya banyak kelebihan dibanding sekedar jadi karyawan. Hal itu nan banyak terjadi. Paling tidak, pengusaha punya jasa nan besar terhadap roda perekonomian bangsa. Dengan munculnya berbagai usaha baru, maka otomatis akan mengurangi pengangguran.

Selain itu, dari segi mental juga beda. Kalau karyawan mentalnya selalu penuh dengan hitung-hitungan. Misalnya, karyawan baru akan kerja kalau digaji. Karyawan juga baru mau menjalani lembur kalau ada uang lembur. Semua perkerjaannya jadi tak maksimal sebab terbebani dengan gaji. Apalagi kalau gajinya kecil, nan ada karyawan jadi sering ngedumel ketimbang meningkatkan kualitas dan kuantitas kerja.

Kalau pengusaha mentalnya mental bebas. Tidak ada kontrol dan sistem nan dapat mengatur dirinya. Yang mengontrol dan mengatur dirinya, hanya dirinya sendiri. Pengusaha bekerja sebab ia merasa memang harus kerja. Dia lembur sebab memang dirinya harus lembur.

Segala nan dia kerjakan dengan penuh kepuasaan dan kesenangan. Apapun nan dikerjakan orang dengan suka hati, maka hasilnya pun akan lebih maksimal daripada orang bekerja sebab tekanan-tekanan.

Tapi memang mental kebanyakan orang adalah ingin cari aman. Tentu saja kalau mau cari kondusif harus dengan cara mendapatkan gaji nan tetap setiap bulan. Selain itu dapat menjalani masa tua dengan tenang sebab mendapatkan uang pensiun. Tapi perlu diktehui kalau karyawan itu tak dapat berkembang jauh. Kalau pun dapat berkembang, perkembangannya terbatas. Kalau pengusaha, ia dapat bebas berkreasi. Dapat berkembang dengan perkembangan nan tanpa batas.

Kalau saat ini Anda ialah seorang karyawan, sebaiknya jangan hanya mengandalkan ke-karyawan-an Anda. Ada baiknya Anda juga berpikir buat memulai usaha. Jika telah menjadi pengusaha, jadilah pengusaha nan bersungguh-sungguh dan konsisten dengan usaha Anda.



Menggali Diri buat Menjadi Seorang Pengusaha

Cara buat mengetahui jiwa pengusaha yaitu melalui identifikasi karakter seseorang, terutama menyangkut Norma alami nan dilakukan dengan baik. Setiap orang mempunyai susunan karakter tersendiri nan menjadikannya ada adanya. Dalam hal ini, "Tema Karakter" ialah kata nan menggambarkan unsur-unsur pembentuk susunan karakter, termasuk juga karakter pengusaha.

Mengetahui Tema Karakter manusia merupakan sebuah permulaan sebab Tema Karakter ialah inti atau dianalogikan sebagai bola salju nan mengumpulkan lebih banyak salju saat menggelinding dari atas bukit menuju ke bawah. Artinya, seseorang mengumpulkan pengetahuan serta pengalaman selama dalam proses perjalanan hidup.

Tema Karakter mampu menciptakan pengetahuan dan pengalaman dalam satu area nan berhubungan. Jika memiliki kreativitas dominan sebagai tema karakter, seseorang akan berkemampuan lebih buat menyikapi situasi nan memerlukan adaptasi dan perubahan. Sebaliknya, orang nan mempunyai tema karakter berupa kreativitas lebih rendah, maka akan sulit mengatasi situasi tadi.

Tema karakter bisa diperkuat dan dikembangkan melalui pengalaman hidup, tetapi dapat juga mengurangi karakter tersebut. Pendidikan dan latihan pun mampu memengaruhi bentuk serta ukuran bola salju. Mengetahui tema karakter diri sendiri ialah hal nan krusial dan tak bisa dianggap remeh sebab semakin cepat mengetahuinya, akan lebih baik bagi kita. Pengusaha mempunyai enam tema karakter utama, yaitu berupa akronim berikut.

  1. F ( Focus ) buat fokus.
  2. A ( Advantage ) buat keuntungan.
  3. C ( Creativity ) buat kreativitas.
  4. E ( Ego ) buat ego.
  5. T ( Team ) buat tim.
  6. S ( Social ) buat sosial.


Sikap buat Menjadi Pengusaha
  1. Pengusaha harus memiliki permikiran buat memiliki tanggung jawab atas risiko nan lebih besar. Seorang pengusaha tak mengambil risiko bersifat liar, tetapi membuat perhitungan risiko nan akan dialami terkebiuh dahulu.
  1. Seorang pengusaha berkeyakinan buat berhasil sebab sudah ternanam kepercayaan diri terhadap kemampuan buat sukses.
  1. Seorang pengusaha berkeinginan meraih hasil dengan cepat.
  1. Seorang pengusaha mempunyai taraf energi nan tinggi dan lebih energik daripada orang pada umumnya.
  1. Para pengusaha berorientasi kepada masa depan. Artinya, pengusaha tak begitu memikirkan apa nan sudah dilakukan di masa lalu.
  1. Seorang pengusaha memiliki keahlian dalam hal pengorganisasian, misalnya mengetahui cara menempatkan seseorang di loka nan sesuai.
  1. Seorang pengusaha mampu seefektif mungkin menyinergikan antara orang dan pekerjaan sehingga bisa merealisasikan visi menjadi kenyataan.
  1. Seorang pengusaha memiliki nilai prestasi atas uang.


Memulai Usaha

Ada empat subkategori buat menjadi seorang pengusaha atau wirausahawan.

  1. Penemu (mengartikan konsep, unik, baru, inovasi atau metodologi.
  1. Inovator (menggunakan sebuah teknologi baru atau inovasi buat menyelesaikan masalah baru).
  1. Marketer (menganalisis keperluan di pasar dan memenuhi kebutuhan tersebut denagn prdoduk baru ataupun produk pengganti nan lebih efisien.
  1. Oportunis (intinya ialah seorang broker dan makelar nan menyesuaikan antara kebutuhan dan jasa nan diberikan serta komisi).

Itulah gambaran singkat bagaimana menjadi seorang pengusaha. Semoga Bermanfaat