Mewaspadai Perkembangan Teknologi Informasi

Mewaspadai Perkembangan Teknologi Informasi

It’s not the gun, it’s about the man behind the gun that matters . Bukan senjatanya, melainkan orang-orang nan berada di belakang senjata itulah nan lebih berbahaya. Ungkapan ini akan mengawali jurnal teknologi informasi kali ini. Sekali lagi, global profesional inteligen dan politik global tergoncang hebat. Data-data misteri berjumlah 250.000 item bocor ke lima media besar dunia. WikiLeaks case . Sebutan ini rasanya tak terlalu hiperbola buat sebuah kasus nan sangat menghebohkan ini.



WikiLeaks

WikiLeaks menjadi peniup peluit nan membuat telinga para pemimpin global eksklusif panas dingin, gatal, dan senut-senut. Apalagi, Amerika nan menjadi semakin waspada dan mengkhawatirkan keselamatan para informan, intelijen, dan diplomatnya, nan berada di luar negeri. Terutama, di negara-negara nan sangat sensitif sebab para pemimpinnya diisukan macam-macam.

Pihak Gedung Putih, menurut koran The New York Times , cepat-cepat bereaksi atas pemberitaan nan sudah semakin heboh dan meruncing tersebut. Gedung Putih mengutuk pembocoran nan dilakukan oleh WikiLeaks.

Ahmad Dinejad, presiden Iran nan juga termasuk salah satu petinggi negara Timur Tengah nan disebutkan dalam dokumen itu, mengatakan bahwa pembocoran tersebut merupakan taktik buat mengoyak-ngonyak perdamaian global dan memecah belah negara-negara nan selama ini sudah saling menaruh kepercayaan.

Raja Arab Saudi meminta Amerika menyerang Iran dan menghancurkan energi nuklir Iran. Itu ialah salah satu isi dokumen nan membuat banyak orang terkaget-keget betapa Arab Saudi mempunyai interaksi nan begitu mesra dengan Amerika. Belum lagi, berita-berita sensitif mengenai nuklir dan terorisme.

Ke-250.000 data itu benar-benar data nan bisa membuat global saling membelalakkan mata dengan pandangan saling curiga. Kini, pihak Amerika sedang menyelidiki dengan saksama bagaimana data-data tersebut dapat sampai ke tangan nan tak bertanggung jawab.

WikiLeaks nan mulai memproklamasikan diri sebagai situs nan mengeluarkan berita-berita dari sumber rahasia, memang tak tanggung-tanggung dalam pemberitaannya. Sudah banyak warta nan menghebohkan sejak 2006. Pihak WikiLeaks sangat pandai merahasiakan sumber-sumber beritanya.

Orang-orang cerdas dan Cina nan disinyalir berada di belakang WikiLeaks, membuat situs ini sangat berani melakukan manuver-manuver nan mencengangkan percaturan politik dunia. Dokumen tentang perang Afghanistan nan diharapkan bisa berakhir saat Obama terpilih sebagai presiden Amerika, menjadi salah satu warta heboh pada Juli 2010.

Kisah asmara yang membara para pemimpin dunia, tak ketinggalan masuk dalam salah satu dokumen nan dilansir oleh WikiLeaks. Pemimpin Lybia, Muammar Gaddafi nan diberitakan memiliki interaksi asmara dengan seorang bidan Ukrania nan disebut "Si Pirang nan Sensual", ialah korban nan ke sekian kalinya.



Mewaspadai Perkembangan Teknologi Informasi

Melihat sepak terjang WikiLeaks nan begitu berani, tak pelak lagi bahwa global teknologi informasi ialah global nan masih terus berkembang dan semakin canggih. Kebocoran data ialah salah satu kasus nan harus diwaspadai di global teknologi informasi.

Mem- back up data krusial ke dalam media lain sangatlah disarankan. Mengetahui semua teknik nan bisa mencuri data rahasia, wajib dipelajari oleh siapa pun nan berniat berkecimpung di bidang satu ini.