Tidak Semua Sepakat Globalisasi

Tidak Semua Sepakat Globalisasi

Artikel globalisasi bertebaran di Internet atau jurnal-jurnal dunia. Di antaranya berbicara jujur tentang kemungkinan postkolonialisme gaya baru. Sementara nan lainnya, mencoba buat mengeruk dari kebingungan massa dan menawarkan semacam upaya dagang bersama, nan dinamakan dengan open source .

Globalisasi memang awalnya merupakan istilah dari global ekonomi, yakni ekonomi global. Uniknya, istilah globalisasi sendiri berasal dari artikel globalisasi, dari Charles Taze Russel nan dia beri judul, "Towards New Education". Ini berbeda misalnya dengan istilah nan berasal dari buku, Cyberspace diciptakan oleh William Gibson dalam bukunya "Neuromancer".

Globalisasi pada prinsipnya berbicara mengenai perubahan nan seharusnya di alami global dan bagaimana antara pihak dapat saling berkerja sama menghadapi perubahan itu. Puluhan artikel globalisasi nan berbicara tentang apa nan terjadi dari zaman ke zaman akan menjadi menjadi refleksi buat zaman selanjutnya.

Perubahan cara pandang global dari antroposentrisme ke dalam positivisme nan digulirkan oleh Newton, sedikitnya menggambarkan perubahan apa nan akan terjadi selanjutnya. Hal semacam itu harus dilaksanakan dalam satu sudut pandang global. Newton dan pendukung positivismenya, menjelaskan bahwa global terikat dalam satu determinasi nan sama. Ilmu harus sepadan dan sejalan satu sama lain, global harus memiliki cetak biru nan sama sebagaimana keberaran ilmu tersebar luas.

Artikel globalisasi nan mengharuskan semua orang bertindak dalam act yang sejenis, dapat Anda temui dari penulis dan juga seorang penemu konsep pabrik kesepakatan, yakni Walter Lippman, apalagi orang nan disebut barusan penulis buku bernas, "Public Opinion." Orang bukan lagi didengar sebab kapasitas, tapi sebab keinginan "pasar". Demokrasi nan awalnya merupakan pijakan lepas dari tirani diktatorial, menjadi suatu pasar terbuka, di mana pemilik kapital dapat membeli penjaga kotak suara.



Contoh Artikel Globalisasi

Memang sih, para newtonian telah membawa sebuah kesadaran bagi peradaban manusia nan tak lagi mengelayutkan diri pada hal-hal kosmos. Penentuan cuaca tidak lagi ditentukan oleh sesajen pada dewa, namun oleh pengetahuan tentang kecepatan angin dan taraf penguapan. Segala sesuatunya bisa diperhitungkan, diolah secara statistik, bisa dikuantifikasikan. Hal ini membawa manusia menginjakan kaki pada nan namanya modernisasi.

Newtonian memang telah membawa lari peradaban pada sesuatu nan "tidak dapat di- share lagi" sebagaimana budaya dahulu. Global memasuki wilayah " order " tempatnya keteraturan. Para penulis sinis artikel globalisasi , melihat upaya para elite berduit sebagai pembawa new world order . Ada sebagian dari mereka menulis artikel buat menakut-nakuti. Ada sebagian juga nan membawakan artikel tentang globalisasi penuh panasea. Seperti artikel nan terkumpul pada situs ini, hbswk.hbs.edu/topics/globalization.html.



1. The New Challenge of Leading Financial Firms

Artikel ini dipublikasikan pada 21 November 2011. Menjalankan organisasi keuangan, pernah menjadi hal nan mudah buat dimulai dan menjadi salah satu tantangan kepemimpinan nan paling sulit bagi seorang eksekutif, sebab membutuhkan dominasi manajemen artis, manajemen perubahan, dan etika. Artikel ini berisikan wawancara dengan Profesor Boris Groysberg.



2. Creating a Dunia Business Code

Artikel ini dipublikasikan pada 14 November 2011. Dalam sekian banyak skandal nan menimpa perusahaan besar, banyak perusahaan perlu mencermati bagaimana mengelola bisnis dengan semacam kode dan etika bersama ke seluruh dunia. Menyadari kompleksitas masalah ini, Profesor Harvard Business School Rohit Deshpande, Lynn S. Paine, dan Yosua D. Margolis memutuskan buat mengevaluasi baku konduite perusahaan di seluruh dunia, salah satu proyek penelitian nan paling menakutkan.



3. The Death of The Dunia Manager

Artikel ini dipublikasikan pada 8 August 2011. "Manajer global" ialah pelukisan pekerjaan nan didambakan oleh banyak orang selama bertahun-tahun. Tapi, waktu telah berubah. Sekarang kita semua ialah manajer global, kata Profesor Harvard Business School emeritus Christopher A. Bartlett, nan juga salah satu penulis buku "Bisnis Manajemen Klasik Transnasional". Dia mempelajari sifat nan selalu berubah dari upaya menjalankan perusahaan multinasional.



4. Immigrant Innovators - Job Stealers or Job Creators?

Artikel ini dipublikasikan pada 1 Agustus 2011. Program visa H-1B, nan memungkinkan pengusaha AS buat mempekerjakan pekerja asing terlatih selama tiga tahun, ialah "penangkal petir" buat debat nan sangat panas, menurut Profesor Harvard Business School William Kerr. Penelitiannya membahas pertanyaan apakah program globalisasi para pekerja ini baik buat penemuan dan apakah hal itu berdampak pada pekerjaan bagi orang Amerika asli?



5. KFC's Explosive Growth in China

Artikel ini dipublikasikan pada 17 Juni 2011. Di Cina, salah satu merek nan sedang booming dan membuka cabang toko setiap hari ialah KFC. Studi kasus terakhir nan ditulis oleh profesor David Bell dan direktur program agribisnis, Maria Shelman, mengungkapkan bagaimana raksasa perayaman itu menyesuaikan diri dalam globaliasi formula franchise buat pasar lokal.



6. Mobile Banking for The Unbanked

Artikel ini dipublikasikan pada 13 Juni 2011. Satu miliar orang di negara berkembang tak perlu membuka account tabungan, tetapi mereka membutuhkan layanan keuangan, di mana hanya bank nan dapat menyediakannya. HBS memberikan contoh kasus Mobile Banking buat pelayanan bank-bank bagi rakyat miskin, nan ditulis oleh Profesor Kash Rangan, ialah pelajaran dalam memahami kebutuhan riil pelanggan pada saat bank asing membuka diri ke negara terpencil.



7. Japan Disaster Shakes Up Supply-Chain Strategies

Artikel ini dipublikasikan pada 31 Mei 2011. Bala alam nan terjadi di Jepang, mengungkap sifat ringkih dari rantai pasokan bisnis global. Profesor Willy Shih membahas bagaimana perusahaan harus memikirkan taktik rantai pasokan mereka saat ini juga.



8. The Power of Political Voice: Women's Political Representation and Crime in India

Artikel ini dipublikasikan pada 5 April 2011. Melindungi hak warga negara nan lemah tetap menjadi tantangan di banyak negara, baik di negara berkembang maupun negara dalam sorotan. Individu sering menjadi target pelecehan verbal, diskriminasi, dan kejahatan kekerasan.

Dunia perlu mengetahuinya demi positioning mereka sendiri. Menggunakan fakta dari India, tulisan ini menunjukkan bahwa representasi politik dari kelompok nan kurang beruntung ialah wahana krusial memberikan mereka kebebasan bersuara. Penelitian dilakukan oleh Lakshmi Iyer dari Harvard Business School, Anandi Mani dari University of Warwick, dan Prachi Mishra dan Petia Topalova dari IMF.



Tidak Semua Sepakat Globalisasi

Tidak semua orang sepakat dengan rancangan globalisasi, sebagaimana nan disebutkan pada artikel globalisasi di atas. Apalagi, ketika Lippman menyebutkan bahwa "The news and truth are not the same thing".

Pada pledoi Ulrike Meinhoff melawan globalisasi dan kolonialisme baru, seorang wartawati muda nan kemudian menjadi pemimpin tentara merah mengatakan, "Menghancurkan satu buah mobil ialah kriminalitas, tapi menghancurkan seribu buah mobil merupakan pernyataan politik."

Pernyataan politik homogen nan tak seekstrem itu muncul di Inggris, bersamaan dengan kelahiran studi baru tentang keberadaan subkultur di tengah masyarakat. Studi perlawanan terhadap new world order , yakni Cultural Studies nan lahir di Birmingham, Inggris, pada awalnya meneliti kelas perkerja dan efeknya kepada negara.

Belakangan, justru tertarik buat meneliti banyak hal sebagai akses dari penelitian tentang kelas perkerja, seperti neo-marxism, postcolonial studies, fordisme, atau feminisme.

Mereka bersepakat bahwa globalisasi ialah proyek "gombalisasi". Ini dapat dilihat dari artikel tajam seorang jurnalis, Thomas Friedman, tentang globalisasi sebenarnya sebagai pemerataan kumpulan masalah nan tak dapat ditangani satu "negara gombal" sendirian, dan itu ialah gombal.

Gayatri Spivak, salah seorang tokoh Cultural Studies, membawakan begitu banyak artikel globalisasi dan memberikan rumus buat melawannya, yakni menguatkan kembali peran lokal: glokalisasi.

Pentingnya melawan arus globalisme, juga dibacakan keras-keras oleh sejarawan AS, Howard Zinn, dalam banyak buku dan artikel globalisasi nan dia sebarkan di Internet, dalam ungkapannya nan terkenal. "Di dalam kereta nan melaju, kau tak dapat netral."