Para Ilmuwan nan Berusaha Meneriakkan Suara Islam

Para Ilmuwan nan Berusaha Meneriakkan Suara Islam

Suara Islam seolah tidak didengar dunia. Israel tidak pernah berhenti menghancurkan bangsa Palestina. Hayati bangsa Israel itu tujuaannya ialah melenyapkan bumi Palestina. Pekikan kesakitan dan teriakan Allahuakbar terus berkumandang ketika agresi roket Israel menghantam pemukiman bangsa Palestina. Tidak kurang 17 orang wafat syahid.

Herannya, VOA (Voice of America) hanya memberitakan tiga orang nan mati. Itupun kata mereka merupakan para agresif Palestina nan telah meluncurkan 30 buah roket ke pemukinan bangsa Yahudi di Tepi Barat. Sungguh suara Islam terkadang terbungkam oleh suara bangsa barat nan mempunyai teknologi dan strategi propaganda nan luar biasa.



Iran Membutuhkan Suara Islam

Perbedaan pandangan terhadap Islam Sunni dan Islam Syi’ah telah membuat perpecahan tidak terelakan dalam Islam. Hal ini telah berlangsung sejak Husein, cucu Rasulullah masih hidup. Iran nan menganut Islam Syi’ah seolah harus berjuang sendirian dalam mempertahankan haknya memiliki nuklir. Padahal suara Islam harusnya dapat lebih keras terdengar. Mayoritas negara muslim memang berada di global ketiga nan terkenal sebagai global rakyat berkembang dan bahkan rakyat miskin terlunta-lunta. Andai saja ada negara muslim nan besar dan sangat kuat, tentunya Iran tidak harus berjuang sendiri.

Iran bahkan akan diserang oleh Israel kalau bangsa Yahudi tersebut mendapatkan donasi senjata dari Amerika. Suara Islam seakan tidak mampu memberikan dukungan nan berarti. Keberadaan OKI sebagai lembaga komunikasi negara-negara Islam juga gaungnya masih kurang terdengar. Jangankan di taraf internasional, ditingkat nasional saja ketika ada konferensi OKI di Palembang, tak banyak media nan memberitakannya. Suara islam ini seolah kurang ‘seksi’ dibandingkan dengan suara Lady Gaga nan akan konser di Indonesia.

Bagaimana negara Indonesia nan dianggap sebagai negara denga penduduk muslim terbesar di global mampu menjadi corong suara Islam kalau hal-hal nan menyangkut negara Islam saja tak menjadi titik perhatian masyarakatnya. Begitu banyak asa nan disandangkan di bahu bangsa Indonesia ini. Tapi, kesulitan dan kerepotan ‘rumah tangga’ bangsa ini membuat asa itu seolah tergeletak di lantai nan berdebu dan tidak diberi perhatian sama sekali.

Masih untung bahwa Indonesia mampu mendukung Iran di lembaga internasional walau hanya tak memberikan suaranya alias abstain. Hingga kini Indonesia tak dapat menjadi corong suara Islam. Orang kaya di rana Saudi Arabia ternyata juga malah sibuk dengan membangun gedung paling tinggi dan membuat kapal dan mobil berlapis emas yang mewah.

Dengan demikian, agak sulit memberikan suara Islam ketika umat Islam sendiri masih peduli hanya pada diri sendiri. Iran harus berjuang sendiri. Untungnya, negera kaya minyak tersebut mempunyai pemimpin nan hebat dan para ilmuwan nan setia pada negara. Kalau sumber daya manusia dan sumber daya alam tak mendukung, otomatis Iran sudah lama akan menjadi seperti Irak, Libya, dan bahkan Palestina.
Suara Islam dibungkam Amerika

Rakyat Irak berharap bahwa setelah Saddam Hussein jatuh, bangsa mereka akan menjadi bangsa nan maju. Nyatanya, perpecahan di antara rakyat Irak sendiri telah membuat bangsa Irak semakin terpuruk. Suara Islam seolah tidak terdengar membantu bangsa Irak bangkit. Suara nan menggelegar nan terdengar ialah suara Amerika nan seolah menjadi penguasa baru di Irak.

Suara Islam juga hilang di Libya. Negara nan baru saja membunuh pemimpinnya sendiri itu ternyata kini juga tercabik-cabik oleh ulah masyarakat Libya sendiri. Apa yan telah dilakukan oelh Amerika dengan membantu kaum oposisi ternyata hanyalah sebagai awal kerusakan nan lebih parah.

Apalagi bangsa Suriah nan negerinya terkoyak-koyak oleh perang masyarakat oposisi melawan pemerintahannya sendiri. Suara Islam semakin tidak berdaya memberikan donasi kepada Suriah atau memberi nasihat kepada Presidennya agar bersikap lebih adil. Sedangkan bangsa Mesir sudah menjadi martir perubahan arah pemerintahan di tanah Afrika dan tanah Arab.

Sungguh cukup menyedihkan suara Islam ini. Selain banyak negara-negara muslim nan rusak hanya sebab perebutan kekuasaan, juga banyak nan rakyatnya tidak berdaya dengan sistem pendidikan nan tidak bermutu. Afghanistan merupakan contoh negara Islam nan menerapkan sistem pendidikan nan sangat jelek. Kaum wanita bahkan tak boleh bersekolah dan mendapatkan pendidikan. Yang akan dan nan memberikan pendidikan kepada anak-anak wanita bahkan dibunuh dan disiksa. Luar biasa rusaknya.

Kematian demi kematian nan terjadi di Afghanistan seolah tidak membuat suara Islam menjadi nyaring. Pembunuhan rakyat sipil oleh seorang tentara Amerika dan pembakaran Al-Qur’an juga seolah tidak mampu membuat suara Islam menggema. Kekuatan suara Amerika benar-benar telah membungkam suara Islam. Amerika nan mempunyai permasalahan dalam negeri nan rumit ternyata masih mampu bersuara lantang di negeri-negeri berpenduduk muslim.

Bahkan, dengan suara lantangnya, Amerika mampu membuat pangkalan militer di negara Kangguru. Panggalan militer tersebut guna mengamankan kepentingan Amerika nan ada di semenanjung Asia Pasifik. Ternyata, keberadaan panggalan militer Amerika di Jepang masih kurang. Lalu bagaimana suara Islam menanggapi hal ini?



Politik Amerika Membungkam Suara Islam

Amerika memang menjadi polisi dunia. Untuk menjaga kredibilitasnya sebagai polisi global itu, berbagai rancangan taktik dilancarkan termasuk pemberian beasiswa kepada masyarakat muslim di negera muslim. Amerika tahu dan sangat paham bahwa orang pintar itu akan menjadi pemimpin di negaranya.

Kalau orang pintar itu sudah diberi makan, maka orang pintar itu akan dapat dimanfaatkan sebagai ajang balas budi. Kalau sudah begini, bagaimana suara Islam dapat terdengar. Para orang pintar beragama Islam lebih memilih hayati seperti orang Amerika. Mereka makan dan minum serta berpikir seperti bangsa Amerika. Apalagi nan dapat dilakukan buat membuat suara Islam ini terdengar?



Para Ilmuwan nan Berusaha Meneriakkan Suara Islam

Penghargaan Nobel ialah salah satu penghargaan nan paling diharapkan oelh orang banyak di global ini. Selain hadiah uang nan banyak juga adanya martabat nan luar biasa. Perlu diketahui bahwa baru segelincir muslim nan sukses meraih penghargaan Nobel. Salah satunya ialah Abdus Salam dari Pakistan. Pakar Fisika ini memulai pidatonya dengan menyebut nama Allah Swt.

Paling tak Abdus Salam berusaha membuat suara Islam terdengar. Keilmuan nan dimiliki oleh Abdus Salam membuatnya memperoleh 39 penghargaan sebagai Doktor Honoris Causa. Selain itu beliau juga mendapatkan beberapa penghargaan dari berbagai negara nan ada di belahan global mulai dari Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika.

Salah satu pemikiran Abdus Salam bahkan dipakai oleh Stephen Hawking buat membuktikan penciptaan alam semesta. Untuk diketahu bahwa kalau hingga sekarang Stephen Hawking tak percaya adanya tuhan. Hebat sekali seorang eties mampu membuat pemikiran nan dapat mempengaruhi orang.

Seharusnya, orang-orang beriman lebih dapat mempengaruhi orang lain bila saja orang-orang beriman pada Islam ini mampu menunjukkan kelas mereka di anjung global ilmu dan teknologi. Jadi kalau suara Islam akan terdengar, kuasailah ilmu dan teknologi.

Negara nan mampu menguasai ilmu dan teknologi akan menjadi pemimpin dunia. Ketakutan negara barat ialah kalau ilmu orang-orang nan berada di timur benar-benar terasah. Orang nan beriman Islam itu mempunyai karakter nan kuat nan tidak dapat digoyahkan. Ketika banyak ilmuwan muslim nan hebat, saat itulah suara Islam akan didengar oleh dunia.