Keunikan Pembuatan Rebab

Keunikan Pembuatan Rebab



Perjalanan Alat Musik Rebab

Ya, alat musik Rebab ialah salah satu alat musik nan sering ditanyakan dalam soal ujian mata pelajaran Kesenian. Selain Biola, Alat musik apakah nan dimainkan dengan digesek? Jawabnya ialah Alat Musik Rebab.

Sayangnya, nama rebab sendiri hanya sering terdengar dalam pelajaran kesenian dan hanya sebatas teori. Pada kenyataannya sporadis sekali terdengar suara alat musik rebab dimainkan.

Bukan tak mungkin, bila alat musik rebab ini tak dilestarikan oleh anak muda, alat musik ini dapat menjadi langka. Sama seperti halnya alat musik Sasando nan kini sulit ditemui bahkan terdengar asing di telinga sebagian masyarakat.

Alat musik rebab pertama kali diperkenalkan oleh Masyarakat Timur Tengah. Karena dari Timur Tengahlah, alat musik rebab berasal. Lalu perlahan-lahan masuk ke negara-negara di Asia Tenggara hingga ke Indonesia.

Beberapa varietas sering memiliki tangkai di bagian bawah agar rebab bisa bertumpu di tanah, dan dengan demikian disebut rebab tangkai di daerah tertentu, namun terdapat juga versi nan dipetik seperti kabuli rebab (kadang-kadang disebut sebagai robab atau rubab).

Di Indonesia sendiri terdapat berbagai macam bentuk rebab. Yang membedakan rebab satu daerah dengan daerah lainnya hanya di bahan pembuat rebabnya.



Alat Musik Rebab

Pada dasarnya, alat musik rebab mempunyai tiga kawat atau dua kawat nan terbuat dari tali tembaga. Kayu nangka atau dapat menggunakan tempurung (batok) kelapa buat bagian badan.

Kemudian bagian badan nan tengahnya bolong itu dilapisi oleh kulit ikan buntal atau kulit lembu. Kedua kulit epilog badan rebab itu tentunya sudah dikeringkan terlebih dahulu.

Fungsi kulit nan melapisi badan rebab itu ialah buat mengeraskan suara. Secara keseluruhan, bentuk alat musik rebab mirip dengan gitar dan biola. Di atas badan rebab ada tangkai nan memanjang serta dua pemuntal. Dua pemuntal ini berfungsi buat mengatur ketegangan senar/dawai.

Ukuran rebab biasanya kecil, badannya bulat, bagian depan nan tercakup dalam suatu membran seperti perkamen atau kulit domba dan memiliki leher panjang terpasang. Ada leher tipis panjang dengan pegbox pada akhir dan ada satu, dua atau tiga senar. Tidak ada papan nada. Alat musik ini dibuat tegak, baik bertumpu di pangkuan atau di lantai. Busurnya biasanya lebih melengkung daripada biola.

Rebab, meskipun dihargai sebab nada suara, tetapi memiliki rentang nan sangat terbatas (sedikit lebih dari satu oktaf), dan secara bertahap diganti di banyak global Arab oleh biola dan kemenche. Hal ini terkait dengan instrumen Irak, Joza, nan memiliki empat senar.



Keunikan Pembuatan Rebab

Rebab menjadi alat musik primer dalam pertunjukan seni tari. Alat musik ini terbukti krusial ketika memasuki babak nan disebut dengan ‘menghadapi rebab’, pada awal pertunjukan Mak Yong. Tidak semua orang mampu menghasilkan rebab dengan baik. Hanya orang nan mempunyai kemampuan di bidang ini nan bisa menghasilkan rebab nan menarik dan bunyi nan mendayu-dayu.

Pembuatnya perlu mematuhi pantang larang jika ingin menghasilkan sebuah rebab nan baik. Mereka dianjurkan tak memotong kayu ketika waktu magrib atau tengah hari. Mereka juga dianjurkan buat tak menebang pokok secara sungsang. Kayu-kayu nan telah ditebang juga tak boleh dilangkahi.

Alat musik ini cukup unik berdasarkan penggunaan di berbagai jenis kayu buat menghasilkan rebab. Jenis kayu tersebut seperti tembusu, nangka, sena, dan belimbing. Selain itu, keunikan rebab ini dilihat dari sudut estetika ukiran di bagian kepala rebab nan bermotifkan mahkota.



Filosofi Rebab

Alat musik rebab sering dimainkan beriringan dengan gamelan atau rebana. Dapat juga dimainkan sendiri. Biasanya pemain menggesek rebabnya seraya bersenandung. Isi senandungnya pun sedih dan liriknya penuh dengan keluhan hidup. Ternyata bentuk rebab nan unik juga mempunyai filosofinya sendiri.

Senar dan tali dalam alat musik rebab diibaratkan sebagai seorang bidadari. Sedangkan penggeseknya ialah orang nan merindukan bidadari tersebut. Alat musik rebab berkembang pesat di sekitaran daerah Sumatera dan Jawa. Dalam gamelan Sunda, sinden bernyanyi dengan tuntunan alunan alat musik rebab.

Di Malaysia, alat musik rebab sering dimainkan saat menangisi anggota keluarga nan meninggal secara sembunyi atau meratap (meratok). Selain di Indonesia dan Malaysia, alat musik rebab juga terkenal dalam lagu-lagu India dan Turki. Bentuk rebab selalu bhineka di setiap negara dan daerah.

Di Riau, lagu-lagu nan diiringi oleh alat musik rebab banyak sekali. Di antaranya berjudul Batang Taunjam, Palayaran, Ulak Bangkinang dan lain-lain.

Alat ini juga digunakan sebagai pengiring gamelan, sebagai pelengkap buat mengiringi sinden bernyanyi bersama-sama dengan kecapi. Dalam gamelan Jawa, fungsi rebab tak hanya sebagai pelengkap buat mengiringi nyanyian sindhen tetapi lebih berfungsi buat menuntun arah lagu sindhen.



Konstruksi

Sebagai salah satu dari instrumen pemuka, rebab diakui sebagai pemimpin lagu dalam ansambel, terutama dalam gaya tabuhan lirih. Pada kebanyakan gendhing-gendhing, rebab memainkan lagu pembuka gendhing, menentukan gendhing, laras, dan pathet nan akan dimainkan. Wilayah nada rebab mencakup luas wilayah gendhing apa saja.

Maka alur lagu rebab memberi petunjuk nan jelas jalan alur lagu gendhing. Pada kebanyakan gendhing, rebab juga memberi tuntunan musikal kepada ansambel buat beralih dari seksi nan satu ke nan lain.

Sesuai dengan distribusi nan luas, alat musik rebab dibangun dan dimainkan agak berbeda di daerah berbeda. Di Asia Tenggara, rebab ialah instrumen besar dengan kisaran mirip dengan viola da gamba, sedangkan versi dari instrumen nan jauh lebih ke barat cenderung lebih kecil dan lebih tinggi melengking.

Badannya bervariasi dengan banyak hiasan ukiran, seperti di Jawa, buat model sederhana seperti "biola sungai Nil" Mesir 2 senar mungkin memiliki badan nan terbuat dari setengah tempurung kelapa. Versi nan lebih canggih memiliki kotak suara logam dan depan mungkin setengah-ditutupi dengan tembaga nan dipukuli, dan setengah dengan kulit sapi.

Meski masih banyak generasi tua nan memainkan alat musik rebab. Alat musik ini juga harus mulai dipelajari oleh anak-anak muda. Meski tak sepopuler alat musik biola, alat musik rebab juga dapat menghasilkan suara nan syahdu dan menyayat pilu.

Instrumen musik tradisional lainnya nan mempunyai bentuk seperti rebab ialah Ohyan nan resonatornya terbuat dari tempurung kelapa. Rebab jenis ini bisa dijumpai di Bali, Jawa dan Kalimantan Selatan.



Indonesia – Malaysia

Dalam gamelan Indonesia rebab ialah instrumen krusial dalam mengelaborasi dan menghiasi melodi dasar. Ini tak harus sinkron persis dengan skala instrumen gamelan lainnya dan bisa dimainkan dalam waktu nan nisbi bebas, penyelesaian frasa setelah dentuman dari gong ageng (gong besar nan "mengatur" ansambel). Rebab juga sering memainkan buka nan saat itu ialah bagian dari ansambel.

Di negara bagian Malaysia timur, Kelantan dan Terengganu, Rebab digunakan dalam ritual penyembuhan nan disebut "Main Puteri". Musisi penyembuh kadang-kadang dibawa ke rumah sakit dalam kasus-kasus di mana dokter tak bisa menyembuhkan pasien nan sakit. Alat musik ini juga digunakan dalam pertunjukkan drama seperti Mak Yong, Menora, dan Main Puteri. Selain itu, rebab juga digunakan sebagai alat buat upacara pengobatan tradisional nan disebut “Pateri”.