Detik com: Media Pencari Ide Untuk Penulis

Detik com: Media Pencari Ide Untuk Penulis

Media pemberitaan di Indonesia sudah cukup bervariasi. Mulai media cetak nan terbilang konvensional hingga media elektronik dan internet nan mulai banyak diminati. Mengikuti perkembangan zaman serta menuruti perkembangan warta nan terus melaju kencang ialah upaya-upaya nan dilakukan para pengusaha media agar tetap eksis di global pemberitaan.

Inovasi serta "gebrakan" diperlukan bukan hanya dalam global hiburan. Pemberitaan pun memerlukan hal itu. Media pemberitaan nan bersifat maya kini seperti tengah menemukan masanya. Sudah banyak media informasi versi virtual nan dimiliki oleh negara ini, salah satu nan konsisten ialah Detik com .

Detik com memang terbilang sangat konsisten dengan jalur online- nya. Saat media cetak lain sibuk menjadikan jalur online sebagai salah satu penemuan konvoi mereka, Detik com tak demikian. Dari awal "mengudara" di global media Indonesia, Detik com sudah memilih buat lebih fokus terhadap jalur online. Sebagai pemasukkan buat keuangannya, media online ini mengandalkan iklan nan dipasang di situsnya.

Pilihan Detik com buat lebih fokus melajur di jalur online tak lantas membuat pemberitaan nan disuguhkannya menjadi berbeda dengan jenis media lain. Ia justru selalu berupaya buat selalu terdepan menyajikan berita-berita baru nan masih "hangat".



Detik com dan Sejarah

Detik com sebenarnya sudah dapat diakses mulai pada 30 Mei 1998, tetapi mulai mengudara dengan tampilan serta sajian lengkap beberapa bulan kemudian, tepatnya 9 Juli 1998. Kemudian, tanggal 9 Juli dijadikan tanggal penetapan hari jadinya media virtual warta terdepan ini.

Detik com sebenarnya boleh dikatakan sebagai bentuk transformasi dari majalah DeTik. Majalah DeTik ialah sebuah majalah politik nan didirikan oleh Eros Djarot bersama dengan mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia. Majalah DeTik dan Tempo nan fokus terhadap berbagai permasalahan politik di Indonesia akhirnya harus bubar.

Majalah tersebut dibredel oleh pemerintah pada era Soeharto.
Bubarnya DeTik , tak lantas memadamkan semangat para wartawan majalah tersebut. Budiono Darsono, Yayan Sopyan selaku mantan wartawan DeTik , Abdul Rahman selaku mantan wartawan Tempo, dan Didi Nugrahadi, mendirikan sebuah media baru dalam bentuk nan juga baru. Mereka ialah orang-orang nan berdiri dibalik pembentukan Detik com.



Detik com Kini

Latar belakang mereka sebagai wartawan nan pakar memberitakan berbagai permasalahan politik dan ekonomi berdampak pada pemberitaan di media nan baru. Kefokusannya terletak pada pemberitaan nan berkisar pada hal-hal tersebut. Keadaan politik dan ekonomi di Indonesia nan saat itu sangat labil ialah juga alasan mengapa Detik com memfokuskan pemberitaan pada masalah-masalah itu.

Detik com juga ingin melakukan inovasi-inovasi pemberitaan layaknya media-media lain. Ia perlahan-lahan kemudian mulai memunculkan berita-berita di luar politik dan ekonomi. Tak lupa juga memberitakan tentang warta olahraga dan berita-berita nan sifatnya hiburan.

Kini Detik com tampil dengan tampilan nan lebih baik. Ia mulai berhenti menggunakan ciri media nan biasa terbit harian, mingguan dan bulanan. Ia memilih buat menampilkan berita-berita terbaru dan terhangat, nan dikenal dengan istilah breaking news.

Keistimewaan Detik com dalam mengolah warta terbaru membuatnya menjadi situs informasi virtual paling populer di kalangan pengguna internet. Pengunjungnya dapat mencapai 3 juta buat setiap harinya. Semakin ramainya Detik com dikunjungi, secara tak langsung berpengaruh terhadap banyaknya iklan nan dipasang di situs online ini. Hal itulah nan ternyata banyak dikeluhkan para pengunjung Detik com.



Detik com: Media Pencari Ide Untuk Penulis

Selain kehadiran sebagai pemberi warta informasi terkini, Detik com termasuk juga gudang ide buat para penulis. Baik buat penulis di media massa maupun buku. Kehadiran warta nan aktual membuat gampangnya para penulis menuliskan ide lanjutan dari warta tersebut.

Ide lanjutan tersebut terkadang tidak dipahami pembaca lain, namun bagi penulis ide tersebut dapat menjadi langkah lanjutan buat menulis. Di sinilah letak istimewanya penulis ketika membaca media virtual pertama ini saat mengaksesnya. Meski sekarang atensi para penulis sudah mulai redup mengaksesnya, namun tetap saja menjadikannya acum dalam mencari informasi mutakhir dan teraktual.

Kurangnya minat penulis buat mengakses media virtual nan memiliki hari jadi tanggal 9 Juli ini dikarenakan adanya makin merebaknya media virtual warta nan lainnya. Dari nan memang awalnya media online hingga nan media cetak juga memiliki media online. Kecepatan jurnalise menemukan dan meracik warta menjadi penyebab kurangnya pembaca Detik com.

Namun, bagi para penulis apa pun nan diinformasikan, meski telat masih dapat jadikan bahan informasi dan pendukung dalam tulisannya. Apalagi, di samping warta nan dimuat dan dibaca, tertulis juga warta terkait. Warta terkait ini juga mendukung penulis dalam menyatukan idenya buat mengungkapkan lebih jelas apa nan mesti diungkapkannya dalam tulisannya.

Sehingga analisis penulis terhadap masalah tersebut menjadi kuat dan berbobot. Kehadiran Detik com memang memberi 'angin segar' bagi para penulis. Misalnya saja ketika mau lebaran, para penulis dapat memanfaatkan informasi nan dimunculkan media virtual warta nan didirikan oleh mantan para jurnalis DeTik ersebut.

Informasi nan dimaksud dapat dijadikan bahasan kupasan hal-hal nan berhubungan dengan lebaran. Pasalnya, di sebagian media cetak juga diberikan ruang buat menempilkan tulisan nan berhubungan life style atau tip-tips. Para penulis dapat 'menyenter' ide tersebut buat tulisannya. Tulisan sederhana seperti ini punya nilai jual di media cetak, khususnya koran-koran daerah.

Sungguh, Detik com dapat dijadikan acum dalam mencari ide buat penulisan. Hanya tinggal kemahiran para penulis dalam memanfaatkan peluang tersebut. Jika tidak bisa memanfaatkannya, para penulis hanya bakal menjadi pembaca warta saja, layaknya khalayak umum.

Detik com: Media nan Mendidik Pembaca Menjadi Analis

Jika Anda tidak hobi menulis, maka dengan memanfaatkan detik com Anda juga dapat menjadi analis. Bagi para pencinta sepakbola, Detik spot menjadi langganan bacaan mereka. Dengan membaca warta demi warta nan berhubungan dengan sepak bola mereka dapat menceritakan dengan detail apa nan berhubungan dengan klub-klub eksklusif kepada temannya.

Terkadang, warta tentang klub sepak bola favoritnya diupload di media sosial seperti facebook. Penguploadan tersebut dapat mengundang adanya diskusi hangat antara para pembaca warta sepak bola. Semuanya itu berawal dari langkah mereka membaca berita-berita tentang sepakbola nan terdapat di situs virtual warta seperti Detik com

Demikian halnya dengan konten-konten page lain nan ada di Detik com. Sehingga apa pun nan Anda bidangi dan bahagia membacanya bakal menjadikan analis terkini. Apa nan Anda ungkapkan akan menjadi 'bergizi' lantaran Anda memanfaat Detik com dalam menyampaikan fakta-fakta nan terjadi. Karena itu, Detik com hingga kini tetap menjadi media awal buat membentuk pembaca menjadi analis.

Satu Kekurangan Detik Com: Iklan nan Terlalu Ramai

Seperti nan sudah diungkap sedikit di depan, bahwa kekurangan Detik com saatnya terletak pada terlalu banyaknya iklan nan muncul saat mengaksesnya. Pasalnya, iklan tersebut muncul sedikit menggangu konvoi pembaca dalam mengakses warta nan dibutuhkan.

Betapa tidak, ketika ingin mengklik warta nan dibutuhkannya, ia harus berhadapan dengan iklan. Jika ia tidak sabar melihat iklan nan muncul, maka ia akan beralih ke situs warta virtual lainnya.

Memang, seharusnya pembaca juga memahami bahwa melalui iklan-iklan tersebut Detik com mendapatkan untung. Namun nan namanya pembaca, ia tidak mau tahu apakah media warta virtual nan dibacanya sedang mencari laba atau tidak. Yang pembaca tahu, bahwa apa nan dibutuhkannya mestinya lancar saja dalam mengaksesnya.

Di sinilah letak minus nan terjadi pada Detik com. Meski demikian, media warta virtual nan awal muncul di global ini tetap konsisten dalam menyampaikan berita-berita mutakhir kepada khalayak pembaca. Pasalnya, tidak begitu banyak pembaca nan malas mengakses Detik com. Artinya, meski banyak munculnya iklan-iklan di situs Detik com tetap saja masih banyak para pengunjungnya buat mengakses berita-berita nan dimuat.

Karena itu, sangat diharapkan ke depan Detik com terus melakuka pengembangan. Seperti sekarang ini sudah mulai meluncurkan video-video. Sehingga keberadaan video ini dapat menjadi media saingan terhadap media virtual nan awalnya offline kini sudah merambah menjadi media online juga. Yaitu, seperti SCTV dan lain-lain.

Sehingga dengan kehadiran video membuat pengunjug Detik com tetap mendapatkan informasi dua arah. Satu melalui tulisan dan satu lagi melalui audio visual.