Munafik, Menjauhkan Diri dari Allah Swt

Munafik, Menjauhkan Diri dari Allah Swt

Tak ada cinta sepenuh hati nan pantas kita berikan kepada selain Allah Swt . sebab Dia ialah cinta sejati kita. Cinta kepada Allah Swt. ialah cinta nan tak mungkin memberikan rasa sakit, luka, dan air mata. Justru sebaliknya, cinta nan membawa kebahagiaan hakiki.

Ketika manusia melupakan Allah Swt, Dzat nan menciptakannya, maka nan terjadi ialah kekosongan jiwa. Dapat jadi kita senang namun tetap saja kebahagiaan nan kita rasakan tak akan paripurna bila kita tak dekat dengan-Nya.



Allah Swt sebagai Loka Muara Semua Hati

Masih di antara kita nan suka lupa dengan kebesaran Allah Swt. Seorang wanita muda merasa begitu kecewa setelah ditipu oleh kekasih hatinya. Padahal dia sudah memberikan segalanya. Seorang suami tega melakukan korupsi buat membahagiakan istri nan memiliki permintaan bermacam-macam. Seorang anak tega berbuat curang agar dapat mendapatkan nilai nan bagus. Seorang suami tega berbuat dzalim kepada istrinya sebab merasa dia memiliki segalanya, padahal semua ialah milik Allah Swt.

Seorang istri tega berselingkuh sebab menganggap sang suami sudah tidak dapat lagi memenuhi kewajibannya sebagai suami. Dan tentu masih banyak contoh lain nan sering kita lihat di sekitar kita, nan dapat menjauhkan dengan rahmat Allah Swt. Hal-hal seperti itu terjadi ketika seorang hamba tidak lagi mengenal Tuhannya Allah Swt. Dan beberapa hal nan membuat seorang hamba lupa dengan Allah Swt di antaranya ialah sebagai berikut.



Sombong, Membuat Lupa pada Allah Swt

Allah Swt., sangat membenci makhluk-Nya nan sombong. Setan dan iblis terusir dari surga sebab sikapnya nan sombong. Ketika Allah Swt menyuruh semua makhluk-Nya buat bersujud kepada Adam, semua menuruti perintah Allah Swt. Hanya iblis nan tak mau patuh. Iblis merasa dia lebih mulia daripada Adam. Iblis terbuat dari barah sedangkan Adam hanya berasal dari tanah.

Sungguh, sikap arogan tersebut lah nan membuat iblis jauh dari Allah Swt dan terusir dari surga. Sudah jelas bahwa sikap arogan membuat makhluk jauh dari sang pencipta Allah Swt. Padahal tidak ada hal apa pun nan dapat buat disombongkan sebab semuanya bukan milik manusia atau makhluk mana pun di muka bumi ini.

Kecantikan, kekayaan, kecerdasan, kekuasaan, dan ketampanan semua akan sirna. Semua itu juga pemberian Allah. Maka, masih pantaskah seorang makhluk bersikap arogan menyombongkan sesuatu nan sebenarnya bukan miliknya.



Munafik, Menjauhkan Diri dari Allah Swt

Sikap munafik juga akan menjauhkan kita dari Allah Swt. Bagaimana mungkin kita berkata suka dengan A padahal hati kita benci dengan A. Sesungguhnya sikap munafik sama saja dengan membohongi diri sendiri. Dan bila kita sebagai manusia saja tak suka dibohongi bagaimana dengan Sang Pencipta kita yaitu Allah Swt? Namun demikian, bukan berarti kita dapat berbicara sesuka hati dengan alasan "saya bukan orang munafik jadi apa nan aku katakan ialah kejujuran hati saya".

Hanya dengan alasan tak mau disebut orang munafik kemudian kita dapat berbicara sesuka hati. Tentu saja tidak. Rasulullah sendiri bahkan telah menyuruh umatnya buat berbicara nan baik, "berbicaralah nan baik atau diam!".Jadi, bicara baik dan lembut belum tentu orang munafik. Pun sebaliknya, berbicara kasar dan sesuka hati juga belum tentu tak munafik. Sesungguhnya, kita diperintahkan buat berucap nan sebaik-baiknya nan tentu saja ucapan baik tersebut sinkron dengan hati kita, dan bukan sebaliknya. Selebihnya hanya Allah Swt lah nan paling tahu akan mahkluk-Nya.



Riya, Menjauhkan Diri dari Allah Swt

Riya ialah membangga-banggakan kebaikan nan kita lakukan. Sikap tersebut sama saja dengan sombong. Sedangkan Allah Swt nan menciptakan global beserta isinya lengkap ini saja tak berbuat riya. Nabi Muhammad sang manusia pilihan dengan segala kelebihan dan kebaikan nan dimilikinya tidak pernah berbuat riya.

Lalu, siapa kita? Sikap riya hanya akan menghapuskan pahala dan amal dari kebaikan nan kita lakukan. Ibarat membangun istana pasir di pinggir pantai nan hilang dalam sekejap hanya sebab terpaan ombak. Begitulah sikap riya dapat menjauhkan kita dari Allah Swt dan menghancurkan sendi-sendi keimanan kita.



Mengingat Allah Swt Setiap Saat

Rahasia terbesar agar kita terbebas dari "siksaan" berupa nafsu duniawi nan dapat membutakan mata hati kita ialah dengan mencintai Allah Swt sepenuhnya. Kita begitu mudah menyerahkan segalanya tanpa berpikir panjang kepada orang nan kita cintai, padahal belum tentu orang tersebut selamanya membuat kita senang. Namun, banyak di antara kita nan begitu sulit menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah Swt, padahal kita dapat hayati seperti sekarang ini dan menikmati segala macam fasilitas nan kebanyakan perdeo ialah sebab Allah Swt.

Hal sederhana nan terasa sangat mudah diucapkan namun begitu susah buat dilakukan ialah menjalankan perintah Allah Swt dan menjauhi larangan-Nya. Secara matematis mungkin terlihat sangat simpel. Ya, hanya terdiri dari dua variabel buat patuh kepada Allah Swt. Namun dalam praktiknya kita akan menemui banyak variabel nan dapat membelokkan jalan kita buat mendapatkan ridho-Nya.

Bila kita mencintai seseorang, kita akan mengingatnya setiap saat. Makan teringat orang nan kita sukai. Belajar, bekerja, tidur, dan bahkan sedang marah, apa pun, semua kegiatan nan kita lakukan selalu ada "dia" di dalam pikiran kita.

Dengan mengingat orang nan kita cintai, perasaan kita akan semakin kuat kepadanya. Pun dengan Sang Pencipta, bila kita mengingat-Nya setiap saat, tentu perasaan kita akan semakin kuat kepada Allah Swt. Dan ketika perasaan kita begitu kuat kepada-Nya, kita tak akan pernah takut akan apa pun selain kepada Allah Swt.

Mengingat Allah Swt setiap saat hakikatnya akan membuat kita terhindar dari dua sikap, yaitu rendah diri dan tinggi hati. Ketika kita berhadapan dengan seseorang atau sekelompok orang nan di mata kita jauh lebih tinggi, kita tak akan minder sebab kita sangat percaya dan konfiden bahwa kita dan mereka sama di mata Allah Swt.

Pun ketika kita berhadapan dengan seseorang atau sekelompok orang nan di mata kita biasa-biasa saja, kita juga tak akan tinggi hati atau mentang-mentang, sebab kita selalu konfiden di atas langit masih ada langit. Sikap tersebut akan membantu kita terhindar dari pribadi nan ekstrim, terlalu optimis atau pesimis.

Mengingat Allah Swt sebagai pintu masuk kebahagiaan global akhirat. Apalah arti berhasil secara materi bila tak memiliki ketenangan hati. Bila memang materi ialah segala-galanya, mengapa banyak seniman Korea nan wafat bunuh diri? Mengapa banyak pasangan suami istri nan bercerai padahal dari segi ekonomi mereka sudah mapan? Dan mengapa banyak orang nan korupsi padahal sudah kaya?

Hal tersebut membuktikan bahwa kesuksesan materi tanpa diimbangi dengan kebersihan hati tak akan berarti apa-apa. Untuk bisa membuat hati tenang, maka kita harus banyak-banyak mengingat Allah Swt. Cara tersebut akan membuat kita senantiasa ingat bahwa Allah Swt ialah penguasa dan penentu segalanya.

Kita bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa sebab semuanya ialah kreasi Allah Swt dan akan kembali pada-Nya. Mengingat Allah Swt akan membuat hati tak goyah ketika dihadapkan dengan banyak pilihan, tak kecewa ketika fenomena tidak sinkron harapan, tak takut ketika badai datang menghadang, dan tak terlalu bahagia ketika kegembiraan datang. Masih beranikah kita lupa pada Allah Swt?