Bahaya Perilaku

Bahaya Perilaku

Televisi ialah kehidupan. Ia menjadi salah satu penopang hayati bagi sebagian orang. Kotak ajaib satu ini telah menjadi teman nan sangat diakrabi. Ia menjadi penonton ketika para penontonya terlelap di depannya tanpa mematikannya sebab takut tidak menonton acara nan telah dinantikannya.



Kotak Ajaib Penguasa Kehidupan

Semua mahluk nan ada di sebuah loka atau di sebuah rumah akan menganggap kotak ajaib ini sebagai satu kebutuhan nan tidak dapat ditunda-tunda. Menonton televisi ialah menu kehidupan sehari-hari nan harus dipenuhi. Kalau tidak, para penikmat tontonan itu merasa ada nan hilang dari dirinya. Itulah mengapa mereka membutuhkan alat lain nan dapat menyiarkan acara nan ada di kotak ajaib itu ketika mereka harus jauh dari kotak itu. Ponsel canggih pun menjadi loka menatap tontonan dari kotak ajaib itu.

Kecanduan nan sangat luar biasa. Sesuatu nan sudah tak wajar lagi. Bagaimana dapat orang berada di depan satu kotak bersuara dan bergambar, dalam waktu nan begitu lama. Kotak ajaib itu menjadi teman makan, teman minum, teman bercanda, teman tertawa, teman tidur. Kotak ajaib itu ialah teman kehidupan. Betapa hebatnya kekuasaan nan telah diberikan oleh kotak ajaib ini sehingga ia dapat menjadi penguasa kehidupan. Ia dianggap sebagai teman nan mampu mengusir kepenatan, Teman nan dapat mengusir rasa gelisah dan resah. Bahkan menjadi guru. Ya, televisi ialah guru.

Kalau tak pandai mengatur diri dan tak pandai memilah program apa nan akan ditonton, maka kehidupan akan berjalan seperti tontonan nan sudah sangat sering dilihat. Tak ada lagi tuntunan nan sesungguhnya nan akan mampu membimbing. Kehidupan nan apatis, pesimis, dan terlalu melebih-lebihkan keadaan, akan menjadi santapan sehari-hari. Hal ini akan meningkatkan kegelisahan dan kegalauan. Inilah nan membuat sebagian orang nan risi dengan pencaplokan nan dilakukan oleh sang kotak ajaib di seluruh bagian rumah.

Walaupun kotak ajaib itu seolah memberikan segalanya, ia tetaplah kotak wafat nan tidak dapat membantu dirinya sendiri. Artinya ialah bahwa para penontonlah nan harus mampu mengendalikan penggunaan sang kotak ajaib di dalm rumah. Memang kotak ajaib ini merupakan salah satu media berupa audio visual nan menayangkan beberapa program. Misalnya, edukasi, musik, sinetron, sulap, komedi, gosip, berita, religi, dan olah raga. Hal inilah nan membuatnya seolah sudah menjadi kebutuhan wajib dalam kehidupan. Sehari saja tak menontonnya, kita akan tertinggal berbagai informasi penting.

Padahal hal itu tidaklah terlalu benar. Buktinya banyak orang sibuk dengan pekerjaan dan kehidupannya nan lain, tak menonton si kotak ajaib. Yang mereka dapatkan malah lebih banyak dari orang-orang nan menghabiskan waktunya di depan si kotak ajaib selama berjam-jam. Mereka malah mampu menghasilkan banyak hal dan bahkan mereka masuk kotak ajaib itu sebagai narasumber atau orang nan karyanya patut diberitakan dan diketahui oleh banyak orang.



Menonton Vs Membaca

Entah apa nan membuat si kotak ajaib menjadi demikian vital dalam kehidupan. Yang pasti, kota ajaib ini menyampaikan informasi nan lebih, bahkan sangat, cepat ditangkap oleh otak. Ya. Otak manusia cenderung lebih cepat menerima sesuatu nan berbau visual atau gambar dibanding sesuatu nan berwujud tulisan, misalnya buku atau koran.

Oleh karena itu, mencari informasi dari menonton si kotak ajaib cenderung lebih dipilih daripada mencari informasi dari membaca. Ketika disodori sebuah tontonan, otak akan merespon dan menyerap informasi dengan cepat. Sebaliknya, ketika disodori bacaan, otak akan memerintahkan seluruh alat indra, terutama mata, buat mengantuk dan lemas.

Celakanya, masyarakat Indonesia cenderung hayati dengan tradisi informasi lisan. Dalam arti, membaca tak inheren dalam budaya kita sehingga kehadiran sang kotak ajaib diterima dengan sangat mudah dan mempengaruhi segala aspek kehidupan. Berbeda dengan masyarakat Jepang nan budaya bacanya sangat kuat, kehadiran si kotak ajaib tak begitu mempengaruhi aspek kehidupan. Orang Jepang tak menganggap hayati mereka harus disia-siakan dengan menjadi penonton saja. Merekac malu kalau tak terlihat sedang bekerja. Mereka malu kalau setiap hari hanya berada di depan kotak ajaib dan tak menghasilkan apa-apa.

Betapa berbedanya dengan bangsa Indonesia. Bangsa ini malu kalau terlihat bekerja terus. Mereka tidak mau dikatakan sebagai orang nan tidak tahu perkembangan acara televisi. Mereka lebih bahagia kalau orang bertanya tentang program nan ada di kotak ajaib itu. Mereka lebih hapal nama-nama artis, judul-judul sinetron dan alur ceritanya daripada nama-nama sahabat Nabi Muhammad saw dan perjuangan para sahabat menegakkan kebenaran. Mereka lebih rela menghabiskan waktunya buat berleha-leha daripada menggunakan otaknya buat membuat sesuatu nan bermanfaat bagi kehidupan orang lain.

Harus ada dobrakan spektakuler buat tak terlalu akrab dengan kotak ajaib satu ini. Kalau tidak, bangsa ini hanya akan menjadi bangsa pemakai. Bangsa pengguna tanpa mampu memproduksi apapun. Bangsa ini akan menjadi bangsa penonton. Semua harus bergerak agar keberadaan si kotak ajaib tak menjadi bagian primer dari kehidupan. Sine qua non kampanye nan membuat semua orang tak ingat dengan keberadaan si kotak ajaib. Aktivitas nan lebih bermanfaat itu memang harus diciptakan agar semua orang lupa bahwa ada kotak ajaib nan kadang tak mendatangkan kegunaan apa-apa.



Bahaya Perilaku

Mudahnya respon otak terhadap tontonan bisa mempengaruhi pembentukan kepribadian seseorang. Dalam arti, apa nan ditampilkan atau diinformasikan dalam si kotak ajaib akan sangat mudah ditiru dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Mending jika hal nan ditiru itu positif. Jika sebaliknya, celakalah kita. Terutama, anak-anak kita. Orangtua sebaiknya tak mengenalkan keberadaan si kotak ajaib sebagai sahabat anak. Orangtua bertanggungjawab buat melindungi anak dari agresifitas pencaplokan nan dilakukan oelh si kotak ajaib.

Banyak contoh kasus tayangan si kotak ajaib nan bersifat negatif “menginspirasi” konduite sebagian orang, anak-anak dan dewasa. Salah satu contoh kasus nan pernah terjadi di Indonesia ialah seorang anak meninggal gara-gara mempraktikkan adegan smack down . Kemudian, maraknya pelecehan seksual dampak melihat tontonan vulgar di kota ajaib itu.

Bahaya-bahaya itu harus dapat diminimalisir. Jangan sampai anak berkembang sinkron dengan apa nan dilihatnya dari tontonan di kotak ajaib. Selamatkan jiwa anak. Lakukan sesuatu nan membuatnya berpikir bahwa si kota ajaib bukanlah sahabat sejati. Si kotak ajaib boleh saja dijadikan teman tetapi bukan teman nan harus ditonton setiap hari. Dalam satu minggu, seharusnya tak lebih dari 5 jam menonton acara di kotak ajaib. 5 jam seminggu bukan 5 jam sehari.



Bahaya Kesehatan

Menonton si kotak ajaib nyatanya tak hanya berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian seseorang. Terlalu banyak menontonnya juga berpengaruh sangat jelek bagi kesehatan. Oleh karena itu, berhati-hatilah bagi Anda nan bahagia berlama-lama duduk di depan si kotak ajaib atau di depan layar komputer.

Sebuah temuan mengejutkan nan dipublikasikan dalam Journal of American College of Cardiology menyatakan bahwa menghabiskan waktu sekitar 2 hingga 4 jam di depan layar kotak ajaib maupun komputer bisa meningkatkan risiko terkena penyakit jantung dan kematian dini.

Yang lebih mencengangkan, kedua risiko itu tetap berlaku bagi seseorang nan melakukan olah raga secara rutin dan teratur. Penelitian ini baru dilakukan pertama kali dengan menganalisis keterkaitan durasi menonton si kotak ajaib dan agresi jantung. Hasil analisis menunjukkan bahwa menonton televisi terlalu lama bisa meningkatkan risiko kematian secara mendadak.

Sementara itu, risiko agresi jantung akan meningkat hingga 125 persen kepada seseorang nan menghabiskan waktu di depan layar kaca selama 4 jam per hari. Risiko ini pun berlaku bagi seseorang nan menghabiskan waktu buat duduk. Misalnya, pekerja nan harus duduk di kursi setiap hari.

Semua risiko jelek tersebut tak ada hubungannya dengan pengaruh rokok dan olah raga. Dokter Stamatakis menyatakan bahwa risiko nan timbul dari menonton televisi tak dapat dicegah dengan olah raga. Interaksi nan lebih nyata mengenai munculnya agresi jantung mungkin sebab duduk terlalu lama bisa meningkatkan kolesterol.