Pernah Ada TPI

Pernah Ada TPI

Proses pendidikan dan pembelajaran bisa dilakukan dimana saja dan dengan siapa saja. Jika selama ini kita hanya mengenal bahwa pendidikan dilaksanakan di sebuah ruangan segi empat dengan ukuran 7 X 9 meter, bahkan ada nan kurang, maka selanjutnya kita mengenal bahwa proses tersebut bisa dilakukan dimana saja. Termasuk dalam hal ini ialah pendidikan melalui televisi pendidikan .

Televisi pendidikan memang telah menjadi satu pengharapan baru di saat proses pendidikan mengalami suatu kondisi gamang. Dan, kehadiran televisi pendidikan ini memang membawa angin segar buat global pendidikan. Angin segar nan kita maksudkan ialah adanya perubahan persepsi atas proses pendidikan dan pembelajaran. Ternyata, pendidikan itu bisa dilakukan di ruang keluarga dan sebagainya.



Semua Harus Lewat TV

Industri komunikasi kini berkembang dengan pesatnya. Sebagai salah satu produk teknologi, media massa turut mewarnai kehidupan manusia, melalui media, seperti televisi, manusia bisa memperoleh informasi tentang benda, arang, atau loka nan tak bisa dialaminya secara langsung.

Televisi, si kotak ajaib ini memang punya daya tarik luar biasa. Dengan aneka ragam acaranya, ia sanggup memukau anak-anak, bahkan orang dewasa, berjam-jam dihadapannya. Ini merupakan kenyataan dunia di era informasi, dan Indonesia pun tidak luput dari imbasnya. Dengan bekembangnya teknologi saat ini, maka kemajuan di bidang pertelevisian semakin pesat. Hampir seluruh masyarakat di Indonesia telah memilii televisi, serta hampir separuh waktu masyarakat digunakan buat menonton televisi, dari anak-anak sampai dewasa.

Penayangan acaranya pun memiliki keanekaragaman sehingga mampu menarik minat penonton, misalkan seperti nan ditayangkan Indosiar, dimana Indosiar menayangkan acara-acara nan mampu menarik jumlah penonton. Dalam hal ini Indosiar mematok acara hiburan sebesar 50 %, 20 % niaga, 20 % pendidikan, dan 10 % berita.

Dengan rata-rata jam penayangan nan dimulai pukul 05.00 WIB dan diakhiri pukul 02.00 WIB, Indosiar menyuguhkan bebagai acara hiburan nan bervariasi seperti musik, sinetron, film, olahraga, kuis dan lain sebagainya kepada pemirsanya.

Sebagai media massa, Indosiar memiliki khalayak penonton dari berbagai usia dan kelompok nan berbeda. Namun diasumsikan bila dilihat dari kuantitas pemirsa nan mennonton televisi, tampaknya jumlah pemirsa usia anak-anak lebih banyak. dibandingkan pemirsa usia dewasa seperti nan diungkapkan Drs. Wawan Kuswandi dalam penelitiannya :

Pesawat televisi nan terdaftar secara resmi mencapai 9 juta dan diperkirakan jumlah holistik berjumlah 14 juta. Dengan melihat rasio pemilik televisi serta data demografi nan menunjukan 37 % penduduk Indonesia berusia 0-14 tahun, maka bisa disimpulkan bahwa penonton televisi terbanyak ialah anak-anak "" (Kuswandi, 1996; 42).

Oleh sebab banyaknya usia penonton nan berasal dari kalangan anak anak, maka tak heran apaliga keberadaan TV pendidikan itu krusial rasanya. TV pendidikan nan akan memberikan semangat mendidik, di banding menyesatkan anak anak pada budaya dewasa nan di perlihatkan di dalam TV sendiri.

Pernah dalam kedap para redaktur warta TV, seorang redaktur warta TV mengakui bahwa dirinya tak memiliki televisi sama sekali di rumahnya. Dia takut anaknya akan kecanduan TV dan itu tak akan dapat terkontrol. Dia merasa segala tayangan TV membodohi dan mengajarkan halusasinasi, oleh sebab itulah dia mementingkan adanya alternatif hiburan, seperti misalnya memberikan konpensasi games dan komputer pada kebutuhan hiburan anak anaknya itu, sendiri.

Namun dari sudut pandang kita sudah jelas, TV pendidikan lah nan perlu ada.



Orientasi Pendidikan nan Membanggakan

Ketika pertama kali televisi pendidikan mengudara, maka semua hati dibuat bangga. Hal ini berharap pada penamaan nan dipakai dalam 'merk' televisi ini. Rasanya niscaya ada perubahan secara signifikan pada global pendidikan. Setidaknya dengan adanya televisi pendidikan ini, maka proses pendidikan akan mendapatkan motivasi lebih dari program televisi ini.

Dengan memakai nama televisi pendidikan, maka jelas tergambar bahwa ruang lingkup nan ditangani ialah terkait dengan global pendidikan. Dengan demikian, maka jelas hal tersebut merupakan satu sarana spesifik buat pendidikan dan pembelajaran. Dan, pada awal-awal tayangan, mereka memang konsisten dengan visi dan misi mereka.



Pernah Ada TPI

Dahulu di Indonesia ada pula stasiun TV spesifik buat pendidikan. Televisi pendidikan nan dahulunya menggunakan nama TPI nan akronim dari Televisi Pendidikan Indonesia memang visi dan misinya menggarap bidang pendidikan dan pembelajaran. Tentunya, hal ini sangat menggairahkan karena global pendidikan mempunyai sarana nan secara intens ikut memikirkan global pendidikan.

Bahkan secara nyata, televisi pendidikan memberikan ruangan spesifik buat program pendidikan dan pembelajaran. Dan, porsi buat poin tersebut mempunyai prosentase nan sangat besar dibandingkan buat acara lainnya. Hal ini sinkron dengan penamaan atas stasiun pemancar ini, yaitu Televisi Pendidikan Indonesia.

Sebenarnya, jika kita jajak dari penamaan nan diambil buat stasiun televisi ini, maka kita tak perlu bingung-bingung lagi mengartikan atau setidaknya tak perlu berpikir lama buat mengetahui ruang lingkup garapan televisi ini. Televisi pendidikan, berarti bidang garapannya ialah aspek pendidikan dasn itu merupakan aspek vital buat kondisi kehidupan bangsa.



Penyimpangan Orientasi

Pada awalnya, kekhasan TPI sebagai televise pendidikan benar-benar terasa karena banyak sekali kegiatan nan mengedepankan pendidikan dan pembelajaran. Beberapa program mengangkat eksistensi pendidikan dan pembelajaran sebagai topik utamanya. Bahkan beberapa tokoh pendidikan direkrut buat menjadi pengampu sebuah program.

Tetapi, ternyata TPI tak mampu membendung arus perubahan pola kehidupan. TPI tak mampu menahan tuntutan kehidupan nan terus menderanya. Akhirnya, pertahanan TPI buat berada pada koridor pendidikan-pun longsor. Acara-acaranya mulai bergeser ke arah komersialisasi. Sedikit demi sedikit porsi waktu buat program-program pendidikan semakin berkurang dan akhirnya hilang sama sekali. Dan, akhirnya, TPI berubah menjadi televisi tak ubahnya televisi lainnya.

Inilah defleksi orientasi nan sangat disayangkan dari TPI. Tetapi, kita juga tak bisa menyalahkan jika mereka manuver seperti itu karena pada kenyataannya, buat pemasukan televisi pendidikan sangatlah 'kering'. Mereka ialah badan usaha nan sudah barang tentu mengharapkan adanya survive keuangan buat membiayai cost product nan terus meningkat. Dan, sebab defleksi tersebut, maka sedikit demi sedikit masyarakat kurang respek terhadap eksistensi TPI.



Mengganti Nama

Merasa telah mengalami defleksi isi program dengan nama dan visi serta misi awal berdirinya TPI, maka selanjutnya para pimpinan stasiun televisi partikelir ini memutuskan buat melakukan perombakan total dalam segala hal, termasuk dalam hal ini ialah nama perusahaan.

Akhirnya pada tanggal 20 Oktober 2010, nama TPI nan selama ini dipakai sebagai trade mark diubah secara resmi menjadi MNCTV yaitu Media Nusantara Gambaran Televisi, yaitu sebuah perusahaan media massa nan juga memiliki RCTI dan Dunia TV.

Dan, sejak itulah kita kehilangan, tak akan pernah lagi ketemu TPI karena nan muncul ialah MNCTV. Bahkan, masyarakat banyak nan keheranan karena TPI tiba tiba hilang dari jalur siaran. Kemana? Justru nan mereka temukan ialah MNCTV!

Begitulah kondisi perusahaan mass media nan ada di negeri ini. Setiap saat harus selalu siap dengan penemuan dan ciptaan nan dimiliki agar tak ketinggalan atau ditinggalkan pemirsanya. Televisi pendidikan telah kalah.