Risiko nan Dialami Penderita Epilepsi

Risiko nan Dialami Penderita Epilepsi

Epilepsi atau nan lebih dikenal dengan ayan merupakan sebuah penyakit nan ditandai dengan kejang-kejang dalam waktu eksklusif dan karena tertentu. Epilepsi bukanlah penyakit keturunan, meskipun secara genetik seseorang dapat saja menderita epilepsi. Hal paling generik nan sering kita lihat dari seorang penderita epilepsi ialah tiba-tiba mengalami kejang sembari mengeluarkan air liur berwarna putih nan keluar dari mulutnya.

Epilepsi nan berkembang di tengah masyarakat ialah semacam penyakit nan ditandai dengan kejang-kejang. Namun apakah memang seperti itu tanda dari epilepsi? Di sisi lain, pada umumnya epilepsi dapat muncul sebab penderita mengalami kelelahan atau mengalami benturan di bagian kepala, lalu sejurus kemudian mengalami kejang.

Apa nan diasumsikan tersebut tak sepenuhnya benar, tetapi juga tak sepenuhnya salah. Tetapi karakteristik khas nan tampak dari penderita epilepsi ialah kejang-kejang.

Epilepsi – Seluk-Beluk Epilepsi nan Perlu Kita Tahu

Epilepsi terkait dengan kinerja sistem saraf pusat di otak kita. Saraf di otak berfungsi sebagai koordinator dari semua konvoi kita seperti mengatur perasaan, penglihatan, bergerak, dan berpikir. Nah, spesifik penderita epilepsi, sistem saraf pusat di otak mereka mengalami gangguan, sehingga koordinasi dari sistem saraf di otak tak dapat mengirimkan frekuwensi ke sistem panca indera.

Mengapa sistem saraf penderita epilepsi dapat mengalami gangguan sehingga menyebabkan kejang? Terganggunya pengiriman frekuwensi ke sistem panca indera penderita epilepsi disebabkan oleh beberapa karena seperti pernah mengalami trauma kepala berupa benturan atau cedera di bagian kepala, menderita tumor otak.

Penyakit epilepsi ini tak hanya timbul begitu saja, epilepsi dapat muncul sebab penderita mengalami kerusakan otak pada saat dilahirkan. Namun dibalik berbagai penyebab itu, penyebab epilepsi masih belum dapat dipastikan.

Epilepsi bukanlah penyakit baru. Epilepsi sudah dialami sejak zaman kuno. Pada zaman dahulu epilepsi dikenal sebagai bentuk pengalaman religi nan dikaitkan dengan pengaruh setan. Pada zaman itu epilepsi disebut sebagai ”penyakit suci”, sebab agresi epilepsi terjadi disebabkan oleh agresi dari setan.

Namun di sisi lain epilepsi oleh penganut animisme Hmong dipahami sebagai agresi dari roh jahat. Penderita epilepsi nan terkena agresi dari roh dursila ini dapat memiliki kekuatan seperti dukun melalui pengalaman global lain.

Epilepsi banyak diderita oleh masyarakat di seluruh dunia. Secara umum, berdasarkan anggapan dari berbagai budaya bangsa, penderita epilepsi distigmakan harus dijauhi dan dikucilkan. Di Salpetriere, loka lahirnya paham Neurologi Modern, seorang Neurologi modern Jean Martin Charcot mengungkapkan bahwa penderita epilepsi mengalami keterbelakangan mental, mengalami Sifilis nan kronis dan melakukan tindak kriminal.

Sedangkan di Tanzania dan Afrika, epilepsi dikaitkan dengan pengaruh roh-roh jahat, ilmu sihir dan keracunan, serta diyakini akan menular kepada orang lain. Bagaimana di Romawi kuno? Di Romawi antik epilepsi dikenal dengan nama Morbus Comitialis atau kutukan dari para dewa penguasa Romawi kuno.

Apapun nan disebutkan terkait dengan epilepsi di atas, nan jelas epilepsi dapat diderita oleh siapapun. Seperti nan disebutkan epilepsi disebabkan dengan terganggunya sistem saraf pusat di otak, dan kita tak pernah tahu kapan sistem saraf pusat otak kita mengalami gangguan.



Faktor Penyebab Epilepsi

Penderita epilepsi jika terlalu sering mengalami kejang akan menyebabkan komplikasi jangka panjang nan akan diidap oleh penderita. Oleh sebab itu, kita perlu memahami lebih jauh seluk-beluk epilepsi seperti bagaimana pengobatan nan dijalani oleh penderita, sampai menghindari penyebab supaya penderita epilepsi tak mengalami kejang. Nah , nan menjadi karena seseorang pengidap epilepsi ialah kondisi fisik nan terlalu lelah, tak teraturnya ritme tidur, mengalami stres, infeksi, hormonal, serta obat-obatan tertentu.

Ada beberapa faktor nan menjadi penyebab epilepsi ini. Pada anak-anak, epilepsi terjadi sebab gangguan kecil dan perkembangan otak nan tak normal. Untuk beberapa kasus epilepsi dapat dialami dikarenakan stroke, kista, tumor otak, serta terjadinya pendarahan otak. Apakah faktor penyebab epilepsi hanya sebatas itu? Ada beberapa faktor nan menjadi penyebab epilepsi ini, yaitu di antaranya sebagai berikut:

  1. Terjadinya perubahan zat kimia di dalam otak kita.
  1. Epilepsi juga dapat disebabkan sebab faktor keturunan meskipun itu kemungkinannya sangat kecil, bukan berarti faktor keturunan dapat berpengaruh.
  1. Penderita epilepsi pernah mengalami gangguan, baik secara fisik maupun mental.
  1. Penderita epilepsi pernah mengalami cedera atau benturan pada bagian kepala, atau pernah mengalami kecelakaan.
  1. Terjadi luka pada saat kehamilan.
  1. Epilepsi juga dapat disebabkan oleh faktor lingkungan.

Faktor penyebab epilepsi memang beragam, namun buat lebih memastikan apakah seseorang dapat kemungkinan mengalami epilepsi atau tak dapat dilihat dengan menggunakan alat bantu media. Alat apa nan dapat membantu kita buat mengetahui apakah mengalami epilepsi atau tidak? Berikut beberapa alat medis nan dapat digunakan buat mendeteksi apakah mengalami penyebab epilepsi atau tidak:

  1. Magnetic Resonance Imaging (MRI). Alat ini menggunakan magnet, nan berguna buat memperoleh citra dalam otak. MRI ini lebih sensitif dan peka dibandingkan dengan melakukan CT Scan.
  1. Electro Encephalo Graphy (EEG). EEG ini dapat digunakan buat memeriksakan frekuwensi gelombang pada otak.


Risiko nan Dialami Penderita Epilepsi

Setiap penyakit memiliki risiko nan kemungkinan akan dialami oleh penderitanya, tidak terkecuali dengan penderita epilepsi. Seperti kita ketahui penderita epilepsi bila terkena agresi akan mengalami kejang-kejang di seluruh tubuhnya. Nah , seringkali agresi nan terjadi tak dapat diprediksi lokasi dan waktunya, dapat saja di rumah, di luar rumah, di dekat kolam renang, bahkan dalam perjalanan.

Risiko ini perlu diketahui supaya pada saat agresi muncul penderita dapat memperkirakannya. Apa saja risiko nan bakal dialami ketika agresi kejang epilepsi terjadi? Berikut beberapa risiko epilepsi, antara lain:

  1. Jatuh. Agresi nan terjadi dapat menyebabkan penderita epilepsi terjatuh, terutama jika terjadi tak di loka tidur atau loka duduk. Jika jatuh penderita epilepsi dapat mengalami luka di kepala bahkan sampai patah tulang.
  1. Tenggelam. Ada kemungkinan agresi kejang epilepsi dapat terjadi pada saat penderita sedang berenang di kolam renang. Jika hal itu terjadi, penderita akan mudah tenggelam dibanding orang nan hanya mengalami keram kaki.
  1. Kecelakaan. Jika agresi kejang epilepsi terjadi ketika penderita sedang mengendarai kendaraan di jalan, kemungkinan kecelakaan besar terjadi. Dapat dibayangkan ketika kejang, penderita kehilangan kontrol sehingga tak dapat mengendalikan laju kendaraan.
  1. Komplikasi Masa Kehamilan. Tidak menutup kemungkinan pada saat melahirkan penderita epilepsi akan mengalami kejang. Jika terjadi akan membahayakan ibu dan bayi. Penggunaan obat bagi penderita epilepsi selama kehamilan bisa menyebabkan resiko stigma pada janin.


Mitos Seputar Epilepsi

Dalam masyarakat banyak sekali berkembang mitos nan salah terkait dengan epilepsi. Orang nan terkena epilepsi dikaitkan dengan kerasukan roh dursila atau sebab melakukan masturbasi. Bila kita mencermati lebih dalam, epilepsi bukanlah sebab disebabkan oleh roh jahat. Lalu pandangan atau konsep apakah nan sahih dari penyakit epilepsi ini? Berikut beberapa konsep nan membantah mitos epilepsi:

  1. Penyakit epilepsi itu merupakan penyakit nan generik terjadi pada setiap orang, bukan sebab kerasukan roh jahat, tetapi sebab gangguan pada sistem saraf pusat di otak.
  1. Penderita epilepsi, agresi kejang dapat dikontrol dengan mengonsumsi obat secara teratur dan dalam jangka panjang.
  1. Penderita epilepsi juga dapat hayati seperti orang normal pada umumnya. Jadi salah besar jika penderita epilepsi harus dijauhi sebab epilepsi tak menular.
  1. Penderita epilepsi mengalami taraf gangguan nan berbeda-beda. Untuk sebagian penderita ada nan mengalami epilepsi nan parah, tetapi buat sebagian lagi ada nan ringan dan tak bergantung dengan obat-obatan.
  1. Pada umumnya, agresi kejang nan dialami penderita epilepsi tak membahayakan dirinya sendiri. Tetapi bukan berarti tak perlu dibantu bila kita melihat ada penderita epilepsi mengalami agresi kejang. Jika kita melihat ada penderita epilepsi nan kejang tetap tenang dan jangan panik, segera beri bantuan.