Perilaku Badak

Perilaku Badak

Badak merupakan binatang prasejarah nan masih dapat kita jumpai sampai hari ini. Dahulu, kurang lebih enam puluh juta tahun nan lalu, ada 30 jenis badak nan hayati tersebar di seluruh dunia. Karena mengalami kepunahan, kini hanya tersisa 5 jenis saja. Dua jenis diantaranya terdapat di Indonesia, yaitu Badak Sumatera ( Sumatran rhino ) atau Dicerorhinus sumatrensis Fischer yang bercula dua, dan Badak Jawa ( Jawan rhino ) atau Rhinocerus sondaicus Desmarest yang bercula satu.

Karena populasinya nan terus menurun, banyak forum atau yayasan nan peduli terhadap kelestarian badak. Tujuan mereka ingin menjaga populasi badak agar tak bernasib sama dengan Dinosaurus nan sudah punah 70 juta nan lalu. Tujuan itu pun disambut baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Karenanya, badak dijaga mulai dari pengenalan perlidungannya hingga bagaimana sebenarnya hewan prasejarah satu ini terlindungi dengan baik.

Mengetahui siklus dan lingkungan hayati hewan prasejarah ini juga bisa dijadikan salah satu cara buat menjaga kelestariannya. Selain itu, mengetahui makananannya, perilakunya maupun populasinya, tentu akan menambah taraf wawasan mengenai hewan prasejarah satu ini dengan baik. Sebenarnya majemuk wawasan bisa terus ditambahkan mengenai hewan lainnya. Halpenting nan harus diperhatikan yaitu menjaga kelestarian hewan maupun lingkungannya juga. Semoga ulasan ini menambah taraf pemahaman kita mengenai global hewan terlebih lagi nan termasuk prasejarah.



Siklus dan Lingkungan Hayati Badak

Badak mempunyai usia nan nisbi lebih pendek dibanding manusia. Hal tersebut bisa diketahui melalui masa kehamilannya. Adapun masa kehamilan hewan ini lebih panjang dari manusia. Biasanya, anak badak lahir setelah 16 sampai 17 bulan dalam kandungan. Setelah lahir, tiga atau empat tahun kemudian, pada Badak Jawa betina sudah mengalami masa matang secara seksual sehingga siap melakukan perkawinan. Namun demikian, buat nan jantan baru sekitar usia 6 tahun.

Lain lagi dengan Badak Sumatra, badak jantan dan betinanya mengalami kematangan seksual nan hampir bersamaan yaitu pada usia antara 7 sampai 8 tahun. Itulah dua jenis badak ketika diteliti masa siap melakukan perkawinan buat melestarikan jenisnya. Bagaimana dengan kemampuan menyesuaikan diri di lingkungan tempatnya hidup? Ternyata, rata-rata, badak dapat bertahan hayati sampai 32 sampai 40 tahun. Itulah siklus hayati badak dengan jenis nan berbeda dan masih bisa bertahan hayati serta lestari hingga sekarang.

Oleh sebab itu, sebagai manusia nan banyak menggunakan hasil alam ini, kita krusial buat menjaga kelestarian hewan termasuk hewan prasejarah sekalipun. Selanjutnya mengenai lingkungan hidupnya. Adapun lingkungan hayati badak ada di hutan hujan dataran rendah ( tropical rainforest ). Selain itu, mereka juga mampu hayati di daerah rawa-rawa ( mountain moss forest ). Namun ada juga beberapa jenis nan hayati di dataran tinggi, lebih dari 1.000 meter diatas permukaan laun.

Siklus serta lingkungan hayati hewan satu ini harus dijadikan perhatian primer sebelum melakukan konservasi secara maksimal. Ketika siklusnya diketahui secara jelas, maka bisa diperkirakan jumlah generasi baru dari hewan ini. Kemudian lingkungan hayati hewan ini juga bisa mempengaruhi siklus hidupnya. Jika lingkungan terjaga, maka hewan ini mampu melakukan kegiatan hidupnya dengan baik.



Makanan Badak

Banyak jenis tumbuhan menjadi makanan badak. Berdasarkan identifikasi para ahli, di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon terdapat 453 jenis tumbuhan makanan badak, sedangkan di Sumatera terdapat 102 jenis. Bagian tumbuhan nan biasa dimakan ialah daun, kulit batang dan batang muda, buah, serta bunga.

Bahan makanan nan dapat dijangkau langsung dipangkas menggunakan mulutnya. Untuk tumbuhan nan menjalar, badak menariknya dengan cara menggigit atau dililit dengan culanya. Jika makanan nan disukainya berada di bagian atas pohon, badak akan merobohkan pohon tersebut. Beberapa hari kemudian di bekas pohon nan dirobohkan itu akan muncul tunas nan menjadi bahan makanan di kemudian hari.

Kaki badak juga sering digunakan buat membengkokkan pohon-pohon kecil agar daun-daun dan dahan muda nan ada di atasnya bisa dijangkau. Sambil setengah berdiri, mulutnya akan memangkas bahan makanan tersebut. Kebiasaan unik ini sering dilakukan oleh Badak Sumatera. Makanan badak serta bagaimana mereka melakukannya, tentu akan mendorong kita buat lebih waspada dengan lingkungan terlebih lagi buat loka tinggal mereka.

Makanan sebagai sumber energi sehingga badak mampu bertahan hayati hingga kini. Jika makanan tersebut berkurang, maka mereka akan mengalami kondisi jelek hingga akhirnya mempengaruhi siklus hidupnya. Wajar saja, jika adaptasi atau penyesuaian diri terhadap lingkungan tak dilakukan secara baik termasuk makanannya, maka badak bisa mengalami kepunahan. Waktunya bervariasi, bisa dihitung dari bergantinya tahun atau bahkan juga bulan jika kondisinya sangat buruk.



Perilaku Badak

Badak mencari makan dan melakukan aktivitas lainnya pada sore, malam atau pagi hari. Sedangkan di sepanjang siang, badak tidur. Karena itu, badak dikelompokkan kedalam binatang nocturnal. Loka tidur badak nan paling disukai ialah di dekat kubangan atau di bawah pohon rindang.

Meski sering bergerak, berjalan menyusuri hutan, badak bukan tipe binatang nan suka mengeksplorasi daerah baru. Lintasan-lintasan nan dilaluinya ialah jalur nan dilalui oleh badak-badak sebelumnya. Jika sudah tak ada makanan pada jalur itu, barulah ia akan mencari jalur alternatif. Dibandingkan dengan badak betina, badak jantan lebih suka berkelana.

Dalam keadaan aman, badak akan berjalan perlahan namun tetap siap siaga. Jika ada gangguan nan mengancam, badak dapat berlari atau melompat. Gerakan cepat badak dapat melintasi daerah-daerah nan terjal atau melewati semak belukar nan lebat. Konduite badak ini pun tujuan juga sebagai bentuk melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan loka hidupnya. Termasuk dalam hal menghadapi musuhnya ketika berada lingkungan sekitarnya.



Populasi Badak

Badak termasuk hewan nan dilindungi, terutama Badak Jawa nan memiliki karakteristik khas bercula satu. Di zaman Belanda, sudah ada undang-undang nan melindungi Badak Jawa. Pada tahun 1921, Ujung Kulon sebagai habitat Badak Jawa ditetapkan sebagai Cagar Alam melalui sebuah rekomendasi dari The Netherlands Indies Society for Protection of Nature . Pemerintah Indonesia mengubahnya menjadi Suaka Marga Satwa pada tahun 1982. Pengelolaan Ujung Kulon selanjutnya diserahkan kepada Jawatan Kehutanan dan Taman Nasional.

Turun dan naiknya populasi badak terutama dipengaruhi oleh kelahiran dan juga perburuan. Tahun 2006 nan lalu, Taman Nasional Ujung Kulon melakukan sensus terhadap Badak Jawa. Hasilnya, tercatat ada sekitar 20 sampai 27 ekor nan masih hidup. Jumlah tersebut menurun drastis dibanding penghitungan sebelumnya. Tahun 2001, jumlah Badak Jawa diperkirakan masih 50 sampai 60 ekor.

Populasi Badak Sumatera sedikit lebih besar. Berdasarkan data dari African and Asian Rhino Specialist Group , jumlah Badak Sumatera pada Maret 2001 sekitar 300 ekor. Demikianlah catatan krusial bagi kita agar informasi tentang badak ini memberikan citra jelas betapa pentingnya konservasi terhadap flora serta fauna di global ini. Jadi, tak terbatas pada flora maupun fauna di negara kita, tapi seluruh negara di global ini.

Semoga pencerahan kita akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan maupun alam terbentuk dan dibiasakan sejak usia anak-anak. Jika hal tersebut sudah terwujud, maka kehidupan flora, fauna maupun manusia akan mengalami kenyamanan.