Saung Angklung Udjo

Saung Angklung Udjo

Belum ada nan tahu niscaya sejak kapan alat musik angklung (angklung instrument) ada. Namun nan jelas, angklung dipakai buat menunjukkan rasa Syukur pada Tuhan Yang Maha Esa dan hiburan pada seremoni setiap pesta, seperti khitanan atau panen raya lebih dari 400 tahun silam di tatar Sunda.

Pada masa itu, angklung nan ada baru dapat dipakai buat mengiringi lagu-lagu daerah nan sederhana, Angklung dengan nada salendro atau pentatonic, yaitu nada orisinil angklung Sunda nan terdiri atas “Da, Mi, Na, Ti, La, Da”.



Angklung Diatonis

Pada 1938, Daeng Soetigna mendapat ilham dari pengemis nan memainkan lagu-lagu daerah Sunda dengan dua buah angklung pentatonis nan mampir ke rumahnya di Kuningan, Jawa Barat. Beliau lalu membeli dan mempelajarinya serta berupaya buat membuat angklung diatonic. Akan tetapi, Pak Daeng belum tahu cara membuat angklung, beliau minta bimbingan dari Pak Djaya, seorang ahli angklung nan pada saat itu berumur 80 tahun.

Menurut Pak Djaya hal-hal nan harus diperhatikan dalam membuat sebuah angklung adalah: kesabaran, kecermatan, telinga nan peka, pisau raut nan tajam, dan bambu berongga besar. Setelah melakukan beberapa ekperimen, akhirnya terciptalah angklung dengan nada diatonis nan dapat menghasilkan nada “Do, Re, Mi, Fa, Sol, La, Si, Do” dari bahan dasar bambu ater ( awi hideung ).

Instrumen angklung dapat berbunyi sebab gesekan badannya sendiri pada saat digerakkan, berbeda dengan suling nan bunyinya berasal dari getaran udara dari dalamnya nan merupakan penentu udara pada pembentukan suara nan dihasilkan. Adapun nan menentukan tinggi rendahnya nada pada angklung ialah sumber nada (bambu nan harus sebanding) dan resonator (udara nan ada di dalamnya), sehingga menghasilkan satu sumber nada atau satu resonator.

Perjuangan Pak Daeng buat menjadikan angklung sebagai alat musik nan dapat dipakai di lingkungan sekolah, mendapat hambatan, sebab asal-usul angklung nan biasa dipakai buat kalangan masyarakat bawah. Tapi menurut beliau, angklung ialah alat musik nan dapat dipakai dan dikenalkan di sekolah sebab angklung bersifat 5M yaitu: mudah, murah, menarik, mendidik, dan massal (bisa dipakai banyak orang).

Setelah angklung diatonis dikenal di kalangan Pramuka, akhirnya permainan musik angklung dapat diterima dan diajarkan di sekolah. Pada tahun 1955, atas permintaan Presiden Soekarno, Pak Daeng menyelenggarakan konser angklung hasil kreasinya dalam acara Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Gedung Merdeka, Bandung.

Sejak pertunjukkan Internasional itu, angklung diatonis mulai dikenal oleh masyarakat luas, bahkan sampai ke penjuru global dan mendapat sebutan baru sebagai angklung Daeng Soetigna.



Daeng Soetigna, Bapak Angklung Modern

Daeng Soetigna nan lahir 13 Mei 1908, dikenal sebagai Bapak Angklung Modern. Sebelum meninggal, ia mewariskan kepiawaiannya dalam memainkan dan membuat alat musik angklung kepada dua muridnya, yaitu: Obby A.R. (alm.) dan Udjo Ngalagena (alm.).

Sepeninggal beliau tanggal 8 april 1984, kedua muridnya sukses meneruskan perjuangan Pak Daeng buat menjadikan angklung sebagai alat musik tradisional bambu orisinil dari tatar Sunda. Salah satunya ialah pendirian Saung Angklung Udjo, di Bandung sebagai wahana masyarakat luas buat belajar angklung atau mengetahui cara membuat alat musik bambu tersebut.



Saung Angklung Udjo

Saung Angklung Udjo (SAU) merupakan sanggar angklung milik Udjo. Kehadiran Saung Angklung Udjo membuat para pengunjung nan datang merasakan suasana berbeda dari kesibukan sehari-hari. Perintisan Saung Angklung dimulai pada tahun 1958, oleh Udjo Ngalagena (alm) dan Ibu Uum Sumiyati, serta sepuluh putra-putrinya. Didirikannya Saung Angklung Udjo ini bertujuan buat melestarikan kesenian khas daerah Jawa Barat.

Saung Angklung Udjo menyediakan berbagai macam kegiatan nan dapat diikuti para pengunjung. Selain itu, ada juga beberapa pertunjukkan nan sengaja disuguhkan buat menghibur para pengunjung. Jadi, kita tak hanya belajar tentang angklung, tetapi dapat merasakan budaya Sunda lebih dalam.

Ada dua paket pertunjukan dan kegiatan nan disediakan, yaitu paket petunjukan internal dan paket pertunjukan eksternal.pertunjukan internal terdiri atas beberapa pilihan, yaitu setengah hari di Saung Angklung Udjo, sehari di Saung Angklung Udjo, Pertunjukan bambu petang, dan Workshop Angklung Udjo. Sementara, pertunjukan eksternal mempunyai beberapa pilihan, yaitu paket Iwung Awi, Arumba, Gombong, dan pertunjukan khas Sunda lainnya.

Ada beberapa fasilitas nan dapat dinikmati pengunjung di Saung Angklung Udjo, antara lain sebagai berikut.



  1. Paseban

Paseban merupakan loka buat pertunjukan dan latihan seni budaya Sunda. Loka ini cukup luas, sehinga mampu menampung pengunjung sampai 500 orang.



  1. Tepas

Tepas ialah halaman belakang nan digunakan buat sebagai loka bermain anak-anak atau sarapan pagi.



  1. Tempat penjualan souvenir

Tempat jualan souvenir ini sengaja disediakan oleh panitia Saung Angklung Udjo buat para pengunjung. Tentunya rekreasi tak akan lengkap tanpa membawa oleh-oleh. Nah, souvenir tersebut dapat dijadikan sebagai buah tangan buat keluarga, sahabat, atau kerabat. Souvenir nan ada tentunya berkaitan dengan budaya Sunda, misalnya Angklung.



  1. Guest house

Bagi para tamu nan datang dari luar kota, kemudian takut pulang terlalu malam, dapat bermalam di Saung Angklung Udjo. Hal ini dikarenakan, di Saung Angklung Udjo juga disediakan Guest house.



  1. Tempat parkir

Bagi para pengunjung jangan risi akan loka parkir. Saung Angklung Udjo menyediakan huma nan cukup luas sebagai loka parkir. Loka parkirnya dapat menampung hingga 15 bus pariwisata.



Cara Memegang Angklung
  1. Posisi memegang angklung nan sahih ialah tabung nan tinggi berada di sebelah kanan pemain. Sementara, tabung nan kecil berada di sebelah kiri. Posisinya lurus, tak miring.
  1. Tangan kiri pemain memegang bagian simpul atas angklung. Sementara tangan kanan memegang bagian bawah angklung. Posisi tangan kiri dapat menggenggam ke arah atas maupun ke arah bawah. Kedua tangan diharapkan dalam posisi nan lurus.
  1. Tangan nan berperan menggetarkan angklung ialah tangan kanan. Sementara, kanan kiri hanya bertugas memegang angklung, tanpa perlu menggerakkannya. Gerakan tangan kanan ialah dari arah kanan ke kiri. Gerakan dilakukan dengan cepat dari pergelangan tangan.
  1. Apabila pemain memegang lebih dari satu angklung, angklung nan ukurannya lebih besar ditempatkan lebih dekat dengan tubuh. Apabila ukurannya cukup besar, angklung dimasukkan ke dalam lengan pemain. Kalau kecil, angklung tetap dipegang di jari. Namun, angklung satu dengan lainnya harus tetap ada jarak, agar tak bersinggungan.


Cara Memainkan Angklung

Ketika sudah tahu cara memegang angklung nan benar, niscaya ingin tahu cara memainkannya. Ada beberapa teknik yan dipakai dalam memainkan alat musik angklung, antara lain sebagai berikut.

  1. Getaran panjang

Angklung digerakan panjang sinkron dengan nilai nada nan dimainkan. Hal ini bertujuan agar nada nan dimainkan sambung-menyambung.

  1. Staccato

Angklung tak digetarkan seperti biasanya, namun dengan cara dicetok. Cara dicetok ini digunakan buat menghasilkan bunyi nan pendek. Biasanya cara memegang angklung buat menghasilkan suara seperti ini ialah dengan sedikit memiringkan angklung dan tabung dasar kanan angklung dipukulkan ke tangan kanan

  1. Tengkep (dipegang dengan jari)

Cara ini dimainkan dengan cara menutup atau menahan tabung kecil, sehingga tak ikut berbunyi. Getaran ini dilakukan buat menghasilkan suara nan panjang dan sambung-menyambung. Cara ini juga dapat dilakukan buat menghasilkan suara nan halus.

Sudah selayaknya kita melestarikan angklung sebagai alat musik bambu warisan budaya bangsa Indonesia, dengan mau mengenal lebih jauh atau minimal menikmati angklung serta menghargainya sebagai karya anak bangsa Indonesia.

Mudah-mudahan sedikit informasi tentang alat musik angklung (angklung instrumental) membuat para pembaca semakin mencintai bangsa ini. Selain itu, juga dapat lebih mengembangkan seni budaya bangsa Indonesia di global internasional.