Belajar Melalui Kursus

Belajar Melalui Kursus

Bagaimana belajar bahasa Inggris dengan teknik Indonesia ? Untuk teknik belajar itu hendaknya menyesuaikan dengan kondisi pembelajar nan bersangkutan. Tidak dapat memaksakan suatu teknik kalau nan menerima tak mampu mencernanya.

Misalnya, seseorang nan lebih bahagia belajar bahasa Inggris dengan menggunakan media lagu dan media film, biarkan dahulu seperti itu. Pada tahapan awal ia akan berjalan pada alur itu. Nanti ketika pada saat ia mulai membutuhkan bahasa Inggris buat keperluan tertentu, ia akan mencari teknik lain.



Teknik Belajar

Bisa dikatakan bahwa teknik belajar bahasa Inggris itu lebih kepada individu daripada mengatakan bahwa ada sebuah teknik nan "meng-Indonesia". Kalau dikaitkan dengan budaya Indonesia sehingga tak menggunakan kata-kata eksklusif nan bertentangan dengan budaya dan agama nan dianut, ini bukan suatu teknik, tetapi lebih pada pilihan kata dan pilihan tak menggunakan simbol-simbol tertentu.

Misalnya, ketika selesai berdoa. Penutur bahasa Inggris orisinil nan beragama selain Islam, akan berucap, "amen". Sedangkan para penutur bahasa Inggris nan beragama Islam akan berucap, "aamiin" (kabulkanlah).

Mengapa ada disparitas sebab makna dari kata itu memang berbeda. Lalu, ada simbol-simbol nan kemunculannya berasal dari ritual keagamaan, biasanya tak akan dipakai oleh penutur bahasa Inggris nan beragama Islam.

Bahasa itu tak dapat dipisahkan dari budaya dan agama nan dianut oleh penuturnya. Budaya dan agama ini memengaruhi pembentukan kata atau simbol nan diterima.

Untuk itulah, para pembelajar seharusnya mempelajari budaya dari bahasa nan ia pelajari. Misalnya, kata "mecca". Kata ini berarti "pusat". Karena kata ini dapat dimasukkan ke dalam kalimat apa saja nan menunjukkan suatu loka nan menjadi pusat dari sesuatu, penutur nan beragama Islam tak mau menggunakan kata itu ketika kata tersebut dimaksudkan sebagai kota kudus Makkah.

Mereka tetap menggunakan kata ‘Makkah’ dan tak ‘mecca’. Bagaimana kalau ada kalimat seperti ini ‘Gang Dolly is the mecca of prostitution’. Niscaya ada rasa risih menggunakan kata ‘mecca’ buat menyebutkan ‘Makkah’.

Pengetahuan seperti ini patut diketahui agar para penutur bahasa Inggris nan berkarakter tak serta merta menerima apapun nan diberikan oleh buku atau informasi tentang bahasa Inggris.

Teknik mengetahui tentang hal-hal nan seperti ini dapat didapatkan dari para pengajar bahasa Inggris nan berkomitmen terhadap keyakinan nan dianutnya. Satu lagi kata nan sering juga tak dipakai dalam konteks tertentu.

Misalnya kata ‘veil’ buat menunjukan ‘jilbab’. Kenyataannya ialah bahwa ‘veil’ dan ‘jilbab’ itu berbeda. ‘Veil’ itu dipakai oleh pengantin wanita nan menikah di gereja buat menutupi wajahnya sebelum dinyatkan absah sebagai suami istri oleh rahib atau nan menikahkan mereka.

Sedangkan ‘jilbab’ mempunyai syarat nan tak dapat disepelekan. Sebuah kain tebal nan digunakan buat menutupi kepala hingga dada seorang muslimah. Bentuknya nan lebar menutup separuh tubuh.

Perbedaan inilah nan membuat penutur bahasa Inggris nan paham, tak akan berkata ‘She is wearing a veil’. Melainkan ia akan berkata ‘She is wearing a jilbab’.

Ketika ada kata nan berasal dari bahasa Arab dan itu berkaitan dengan akidah, maka kata-kata nan digunakan itu seharusnya tak diterjemahkan dalam bahasa Inggris sebab kemungkinan tak ada analogi nan pas buat itu.

Konsep dalam belajar bahasa Inggris nan seperti ini mungkin dapat dikatakan sebagai konsep nan lintas negara sebab lebih mengacu pada satu keyakinan dalam beragama.

Begitu juga ketika ada kata-kata ‘thanks for coming’ nan sering diucapkan menjadi ‘thanks for your coming’. Kata-kata terakhir ini dalam konteks budaya penutur orisinil bahasa Inggris maknanya ialah ketika seorang prostitusi berterima kasih kepada pelanggannya. Tidak dapat disangkal bahwa sebab terjemahannya menjadi ‘terima kasih atas kedatangan Anda’, makanya banyak nan berucap seperti itu.

Hal seperti ini perlu dipelajari, sehingga tak melakukan kesalahan nan tak perlu. Belajar tentang konsep awal pembentukan kata ialah sesuatu nan perlu dilakukan. Ternyata banyak kata-kata nan berasal dari cabang olahraga tertentu.

Teknik belajarnya ialah dengan cara membaca banyak buku atau artikel nan membahas tentang kosa kata spesifik tersebut. Ini ialah satu teknik belajar nan biasanya dilakukan oleh oarng-orang nan berada pada taraf pemahaman nan lebih dari taraf dasar atau ‘elementary level’.



Belajar Melalui Kursus

Untuk lebih memberikan pemahaman tentang teknik belajar bahasa Inggris, sebaiknya kursus . Mengapa? Di tempat-tempat kursus itu, para peserta didik akan mendapatkan beberapa informasi krusial dan mendapatkan teknik belajar nan baik. Semangat pun akan semakin meningkat sebab ada dorongan dari teman dan guru.

Teknik belajar di loka kursus itu berbeda-beda. Disparitas ini terjadi sebab setiap loka kursus mempunyai konsep dan keyakinan sendiri-sendiri dalam menuntun anak didiknya menjadi mampu menguasai bahasa Inggris.

Misalnya, ada loka kursus nan mewajibkan muridnya berbahasa Inggris sebanyak mungkin di mana pun dan kapanpun dengan tak berpikir apakah kata-katanya itu sahih atau tidak. Yang krusial berbahasa Inggris.

Akhirnya para lulusannya seolah berbahasa Inggris, tetapi kenyataannya penutur orisinil bahasa Inggris saja tak paham apa nan dikatakannya. Mereka menjadi terlalu percaya diri dengan berbicara cas-cis-cus .

Tidak terpikirkan bahwa ada Tense, nan harus diperhatikan. Rasa percaya diri nan ditanamkan ini akhirnya runtuh sebab ketika mereka keluar dari forum kursus itu, orang memandang mereka aneh.

Sebaiknya tak menanamkan konsep ‘Grammar itu tak penting’. Pengetahuan tentang Grammar atau tata bahasa menunjukan level atau strata kemampuan bahasa Inggris seseorang.

Ketika Grammarnya kian baik, artinya bahasa Inggrisnya semakin baik. Sebaliknya kalau ia hanya dapat ‘ngomong’ nan katanya bahasa Inggris, artinya pengetahuannya hanya sampai taraf dasar.

Peserta didik nan paham Grammar, akan mempunyai rasa percaya diri nan lebih tinggi. Mereka tahu apa nan mereka katakan. Inilah mengapa ada kursus bahasa Inggris nan mempunyai begitu banyak tingkatan.

Bahkan strata ini dibedakan dari sisi usia. Strata belajar nan berbeda ini tak hanya memperhatikan umur, tetapi juga kondisi psikologis para peserta didiknya.

Buku nan digunakan pun berbeda. Banyak jenis program nan ditawarkan. Untuk apa semua disparitas itu? Apakah hanya buat menarik konsumen? Pendidikan itu ada konsep.

Kursus bahasa Inggris nan bertujuan tak hanya mendidik peserta didiknya paham bahasa Inggris. Tetapi, kursus ini mendidik peserta didiknya mempunyai karakter.

Kursus seperti ini tentu saja akan lebih sukses dalam mengantarkan peserta didiknya menjadi penutur bahasa Inggris nan baik dan berkepribadian nan baik pula.

Memilih kursus dan memilih guru nan baik dan berpengalaman ialah dua hal nan sangat penting. Hal ini agar peserta didik tak hanya pandai dalam bertutur bahasa Inggris , tetapi juga tahu bagaimana memanfaatkan bahasa Inggris buat tujuan nan baik. Orangtua sangat berperan krusial dalam menentukan pilihan kursus ini.

Jadi, belajar bahasa Inggris dengan teknik Indonesia atau dengan teknik apapun, jika orang itu mau belajar, maka kemampuan bahasa Inggrisnya pun akan meningkat. Semoga uraian tersebut bermanfaat.