Peluang dan Ancaman

Peluang dan Ancaman

Dari namanya, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta atau disingkat UPN Yogya karta, sudah bisa dipastikan bahwa forum tersebut berada di Kota Yogyakarta. Siapa nan tak mengenal Kota Yogyakarta sebagai Kota Pendidikan? Predikat sebagai Kota Pendidikan buat Yogyakarta bukan hal asing, bukan?

Kota Yogyakarta memang gudangnya sekolah atau forum pendidikan. Dari pendidikan nonformal, informal, lebih-lebih nan formal, semua tersedia di kota gudeg ini. Dari pendidikan prasekolah, seperti pendidikan anak usia dini (PAUD), kelompok bermain (KB) atau play group (PG), taman kanak-kanak (TK), semua ada.

Begitu pula sekolah dasar (SD), madrasah ibtidaiyah (MI) dan/atau nan sederajat, sekolah menengah pertama (SMP), madrasah tsanawiyah (MTs) dan/atau nan sederajat, sekolah menengah Atas (SMA), sekolah kejuruan (SMK) dan/atau sederajat. Tidak terkecuali homeschooling . Semua ada di Yogyakarta. Dan, tentu pula perguruan tinggi negeri (PTN) maupun partikelir (PTS) pun tersedia.

Salah satu PTS nan berdiri di Yogyakarta ialah Universitas Pembangunan Nasional (UPN) “Veteran” Yogyakarta. Kita menyingkatnya dengan nama UPN Yogyakarta. Bagi Anda nan berencana melanjutkan pendidikan tinggi di Kota Yogyakarta, ada baiknya membaca artikel ini.

Keberadaan forum pendidikan nan tumbuh fertile di Kota Yogyakarta berkaitan dengan kebutuhan sumber daya manusia (SDM) nan profesional dalam segala bidang. Tidak hanya itu. Tapi, juga kepribadian nan kuat agar tak mudah terseret arus perubahan dunia.

Karenanya, buat memenuhi kebutuhan tersebut diselenggarakanlah program pendidikan nan mendukung melalui institusi penyelenggara pendidikan tinggi. Peran dan keberadaan institusi pendidikan tinggi itu diharapkan bisa menjadi kekuatan intelektual.



Sejarah UPN Yogyakarta

Awalnya, UPN Yogyakarta merupakan sebuah akademi bernama Akademi Pembangunan Nasional (APN) “Veteran” Yogyakarta pada 1958. Status kedinasan APN “Veteran” Yogyakarta saat itu berada di bawah Departemen Pertahanan dan Keamanan (Dephankam) sedangkan pembinaannya dilaksanakan oleh Institut Teknologi Bandung (ITB). Pada 1965, nama APN “Veteran” Yogyakarta berubah menjadi Perguruan Tinggi Pembangunan Nasional (PTPN) ”Veteran” Yogyakarta.

Yayasan Kejuangan Panglima Besar Jenderal Sudirman (YKPBS) nan mengelola UPN “Veteran” Yogyakarta sejak 27 Februari 1993 memiliki visi. Visinya ialah menjadikan UPN Yogyakarta sebagai perguruan tinggi nan terdepan, modern, dan berdikari dalam mengembangkan Tri Dharma Perguruan Tinggi buat menghasilkan lulusan sebagai pionir pembangunan nan profesional, inovatif dan produktif, dilandasi moral Pancasila, jiwa kejuangan nan tinggi, dan wawasan kebangsaan dalam rangka menunjang pembangunan nasional.

Kemudian, pada 10 Agustus 2007, pengelolaannya beralih kepada Yayasan Kesejahteraan Pendidikan dan Perumahan (YKPP). Eksistensi universitas ini sejalan dengan visi pendidikan nasional, seperti tertuang dalam Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas).

Sejalan dengan visi Undang-undang Sisdiknas tersebut, universitas ini juga mewujudkan sistem pendidikan sebagai pranata sosial nan kuat dan berwibawa. Hal ini dimaksudkan buat memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia nan berkualitas sehingga mampu dan proaktif menghadapi tantangan zaman nan selalu berubah.

Pendirian universitas ini ialah buat mendorong pembangunan nasional di bidang pendidikan tinggi dalam menyediakan sumber daya manusia nan cakap, profesional, beriman, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki disiplin, tanggung jawab dan darma nan tinggi serta rasa kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat.

Kampus UPN Yogyakarta ditetapkan eksistensinya dengan lambang Kampus universitas ini melalui Surat Keputusan Menteri Pertahanan dan Keamanan/Panglima ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia - sekarang disebut Tentara Nasional Indonesia) Nomor: Skep/B/780/VII/1974 tanggal 2 Juli 1974.

Kampus ini terletak di kawasan Condongcatur Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman - Provinsi DIY, tepatnya di Jalan SWK 104 (Lingkar Utara) Condongcatur, Sleman Yogyakarta 55283. Saat ini, Rektor nan memimpin kampus UPN Yogya karta ialah Prof. Dr. H. Didit Welly Udjianto, M.S..

Jumlah fakultas nan tersedia di universitas ini ada sebanyak lima fakultas dan satu unit Program Studi Pascasarjana. Kelima fakultas itu ialah Fakultas Ekonomi (FE), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol), Fakultas Pertanian (FP), Fakultas Teknologi Industri (FTI), Fakultas Teknologi Mineral (FTM), serta Program Pascasarjana.



Lambang UPN Yogyakarta

Lambang UPN Yogyakarta terdiri atas enam ilustrasi simbolik nan mencakup aspek fisik dan nonfisik nan terkait dengan institusi penyelenggara pendidikan tinggi. Keenam ilustrasi simbolik itu ialah kembang melati, api, tumpuan bola api, pita putih, topi baja, dan teks. Masing-masing ilustrasi simbolik memiliki perlambangan sebagai berikut.

  1. Bunga melati dalam keadaan sedang mekar. Gambar tersebut melambangkan kepribadian bangsa Indonesia nan suci, bersih, dan agung serta harum semerbak sepanjang masa. Selain itu, ada lima kelopak kembang nan masih menguncup erat bersatu. Gambar ini melambangkan jiwa Pancasila. Dan, dua kelopak terbuka melambangkan proses menuntut ilmu serta membaktikan diri kepada masyarakat.
  2. Nyala Api. Semangat dan kemauan belajar nan menyala-nyala guna mencapai tujuan dilambangkan dengan nyala api.
  3. Tumpuan bola api. Tumpuan dari nyala barah digambarkan berteras tiga melambangkan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
  4. Pita berwarna putih dengan tulisan "Widya Mwat Yasa". Widya Mwat Yasa ialah sesanti nan dianut segenap sivitas akademika UPN Yogyakarta. Maknanya, menuntut ilmu guna diabdikan kepada negara dengan hati nan suci.
  5. Topi baja berbintang lima Institusi pendidikan tinggi. UPN Yogyakarta sebagai suatu monumen aktif Veteran Republik Indonesia serta pewarisan nilai perjuangan masa revolusi fisik 1945 kepada generasi muda.
  6. Tulisan melingkar nan mencakup semua dasar dan jiwa perguruan tinggi tersebut.

Keberadaan UPN Yogyakarta tak terlepas dari proses pengkajian dan analisis lingkungan guna mendapatkan informasi seksama buat mengetahui faktor peluang dan ancamannya. Seperti institusi pendidikan tinggi lainnya, universitas ini merumuskan misi pedagogi dan pendidikan dalam tiga aspek.

Pertama, penyelenggaraan pendidikan meliputi penelitian dan darma kepada masyarakat. Kedua, hasil atau produk lulusan nan cakap, profesional, kreatif, inovatif dan produktif, sehingga mereka mampu bersaing dan mengisi peluang dalam bursa tenaga kerja serta menciptakan lapangan kerja.

Ketiga, aspek kerohanian. Aspek ini diwujudkan dengan membekali dan memantapkan setiap mahasiswa agar menjadi manusia nan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki jiwa darma dan tanggung jawab serta disiplin nan tinggi, dan cinta kepada air dan bangsa.



Peluang dan Ancaman

Faktor peluang nan mendasari keberadaan UPN Yogyakarta, antara lain kebutuhan akan pengetahuan dan teknologi (Iptek) guna menunjang pembangunan nasional. Di samping itu, kebutuhan sumberdaya manusia nan berkualitas dan bersinergi dengan kebutuhan pembangunan nasional juga semakin meningkat. Dari segi potensi, sumber dana bagi perguruan tinggi partikelir (PTS) buat penelitian dan pengembangan pendidikan cukup tinggi baik bersumber dari pemerintah maupun kerjasama industri.

Kehidupan berbangsa dan bernegara nan semakin demokratis menciptakan situasi aman buat membangun institusi penyelenggara pendidikan tinggi. Demikian juga suasana kompetitif antar-PTS di Yogyakarta sebagai faktor pemacu dalam pengembangan penyelenggaraan pendidikan tinggi.

Pada akhirnya keberadaan UPN Yogyakarta akan membuka peluang kerjasama dengan perguruan tinggi asing dalam hal pengembangan baku mutu pendidikan. Selain itu, peluang mendapatkan Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI) semakin terbuka. Tidak lupa pula mendukung akselerasi perkembangan teknologi buat pencapaian organisasi nan produktif dan efisien.

Selain faktor peluang di atas, ada faktor ancaman terkait keberadaan institusi pendidikan tinggi di Indonesia umumnya dan Yogyakarta khususnya. Misalnya, adanya ketergantungan terhadap pengembangan Iptek dari luar negeri, menyebarnya nilai-nilai neoliberalisme, menurunnya animo calon mahasiswa buat kuliah di PTS di Provinsi DIY, dan kesamaan naiknya biaya pendidikan di perguruan tinggi tak diimbangi naiknya daya beli masyarakat.

Kebijakan swatantra daerah ikut memengaruhi akibat kemunculan perguruan tinggi di daerah-daerah. Sehingga, masyarakat memilih kuliah di perguruan tinggi nan sudah tersedia di daerah masing-masing. Keberadaan perguruan tinggi negeri (PTN) nan senantiasa menyempurnakan sistem penerimaan mahasiswa pascaperubahan status PTN menjadi BHMN serta tuntutan standarisasi dosen.

Merebaknya forum pendidikan tinggi kejuruan (akademi dan politeknik) dan forum pendidikan keterampilan (LPK) sebagai akibat dari tuntutan global kerja. Selain itu, kesamaan meningkatnya kerjasama perguruan tinggi lokal dengan perguruan tinggi asing dalam menaikkan reputasi perguruan tinggi. Keberadaan UPN Yogyakarta melengkapi institusi pendidikan tinggi partikelir nan merebak di Yogyakarta.

Persaingan di antara sesama PTS dan juga persaingan antara PTS dengan PTN bisa diambil khasiatnya terutama dalam hal meningkatkan kualitas, pelayanan, dan produk lulusannya. Tidak sporadis terjadi pasang surut dalam dinamika penyelenggaraan pendidikan tinggi di Yogyakarta, baik dialami PTN maupun PTS. Beberapa PTS nan terkena dampaknya, misalnya merger dengan beberapa PTS menjadi satu nama institusi.