Manfaat Lain

Manfaat Lain

Selain pakaian kebaya dan peci hitam, nan merupakan ikon busana orisinil budaya Indonesia; maka kain sarung juga ialah termasuk salah satunya. Ketiganya sering digunakan dalam berbagai acara dan berbagai tema. Sifatnya nan sangat fleksibel, membuat ketiganya tetap pantas digunakan dalam acara-acara, baik nan sifatnya resmi maupun non formal sekalipun.



Romantika Sarung

Dalam setiap suasana, di Indonesia amat generik bila Anda menemukan para kaum lelakinya mengenakan kain sarung. Bukan hanya buat keperluan beribadah sholat saja bagi kaum muslimin, tetapi sarung ini juga digunakan dalam aktifitas sehari-hari. Contohnya, ketika akan kenduri, datang berkunjung ke tetangga, berjalan-jalan naik motor pun, sarung cukup nyaman dikenakan.

Cobalah datang ke pesantren-pesantren tradisional, maka Anda pun akan menemukan rata-rata penghuni pesantren tersebut mengenakan sarung. Baik para santriwan maupun santriwatinya. Seakan sarung telah menjadi bagian tidak terpisahkan dari aktifitas masyarakat Indonesia.

Kini sarung bukan hanya dikenakan oleh para santriwan dan santriwati saja. Sebagian besar kaum muslimin juga serang mengenakan sarung jika hendak melakukan shalat di mushola ataupun masjid. Juga masyarakat generik juga sering kedapatan mengenakan sarung meski hanya buat penghangat tubuh belaka.

Hanya saja, ikon nan terlanjur telah inheren bahwa sarung merupakan busana harian para kaum muslimin telah diterima masyarakat generik sejak lama. Juga para santri nan memakai sarung lebih sering dibanding warga umumnya. Dapat lebih dari satu hari mereka akan memakai sarung, dan ada pula nan memilih bersarung sepanjang hayatnya. Sejak kapan sebenarnya sarung menjadi baju khas pada kaum muslimin?



Sejarah dan Asal Usul Sarung

Kita tahu bahwa pada awal kejayaan Islam, produksi tekstil sangatlah melonjak dan menjadi komoditi industri pertama. Kain sarung adalah salah satu produk bahan tekstil nan tetap tidak lekang ditelan zaman hingga hari ini. Yaman kemudian disebut-sebut nan pertama kali membudayakan sarung. Di sana, sarung dikenal dengan sebutan futah .

Sementara, dalam terminologi bahasa Arab, sarung disebut dengan nama izaar dan marak berkembang di seluruh benua di dunia, termasuk Indonesia. Penggunaa sarung pun mulai meluas, bukan hanya pada persoalan ibadah semata. Pesta pernikahan dan tradisi adat lainnya kerap juga menggunakan sarung.

Di Indonesia, sarung sudah menjadi busana kehormatan dan baku kesopanan. Ini terbukti saat warga Indonesia, khususnya kaum muslimin, mengenakan sarung pada saat beribadah menghadap Tuhan. Bahkan, ada juga nan memakai sarung sebagai bentuk perlawanan pada maraknya budaya barat nan mengepung.



Manfaat Lain

Selain sebagai baju resmi, sarung ternyata mempunyai fungsi-fungsi nan terdengar guyon, tetapi memang terjadi di tengah masyarakat. Fungsi-fungsi tersebut ialah sebagai berikut.



1. Pengganti selimut

Biasanya, ini dilakukan warga kampung. Jika mereka melakukan ronda atau aktivitas keluar malam lainnya, mereka akan menggunakan sarung sebagai selimut. Bahkan, terkadang dipakai juga buat tidur.



2. Kamar pas darurat saat hendak berganti baju

Biasanya, jika tidak ada penghalang spesifik di sebuah ruangan, sarung kerap kali bermanfaat sebagai baju darurat buat berganti pakaian atau celana.



3. Topeng ala ninja khas anak

Ini nan biasa dilakukan anak-anak jika mereka melakukan permainan aksi ninja-ninjaan. Sarung dipakaikan di kepala seperti halnya mukena dan menyisakan dua mata saja. Bahkan, ini juga berlaku bagi maling-maling di kampung.



4. Alat senjata terakhir jika kepepet

Sarung pun kerap kali dijadikan senjata jika sudah dalam kondisi terdesak. Bagi nan mahir memainkannya, sarung ternyata mampu menangkis agresi atas senjata tajam musuh seperti nan dilakukan jagoan betawi si Pitung.



5. Pengganti tas baju

Ini biasanya dilakukan jika kepepet, misalnya hendak kabur atau dalam kondisi chaos, misalnya kebakaran dan kebanjiran. Sarung dapat membungkus apa saja. Bahkan, televisi pun dapat masuk. Caranya, sarung digelar, lalu masukkan barang-barang Anda. Lalu, ikat ujung-ujung sarung secara bersilangan.



6. Ayunan bagi balita

Ini jelas masih berlaku di pedesaan. Sarung kerap kali dijadikan ayunan loka tidur si buah hati. Bahkan, masih juga ditemukan puskesmas nan menggunakan kain sarung sebagai dudukan saat bayi hendak ditimbang.

Nah, banyak bukan kegunaan misteri di balik kisah sarung nan identik dengan santri ini? Anda mungkin tahu lebih banyak lagi fungsi apa saja selain nan di atas. Intinya, selalu saja ada kegunaan lain pada benda nan kadang kita tak ketahui.



Tips Memilih dan Merawat Kain Sarung

Biasanya menjelang hari besar agama Islam, Anda akan menemukan begitu banyak sekali sarung dijual. Baik di dalam toko-toko pakaian, toko busana muslim, di mall-mall maupun di pasar tradisional.

Hari Raya serasa tak lengkap tanpa membeli kain sarung . Karena selalin kaum lelaki nan mengenakan, sebagian kaum perempuannya juga tetap ada nan masih memakai sarung buat pelengkap kain sholat. Sehingga sarung tetap akan menjadi pelengkap busana nan banyak diburu pada momen-momen tertentu.

Karena begitu banyak sarung nan ditawarkan, maka ada baiknya Anda perlu berhati-hati dalam memilih dan membelinya. Agar tak merasa kecewa nantinya. Berikut ialah tips dalam memilih kain sarung nan bagus :

  1. Jangan terpaku pada merek sarung. Meski terlihat bagus dengan kemasan nan apik dan nampak mewah, namun Anda tetap perlu meneliti bagian dalamnya. Kain sarung nan terbagus mutunya biasanya tak memiliki sambungan jahitan. Artinya ketika ditenun atau diproduksi, diameter sarung sudah disesuaikan dalam satu bulatan utuh, tanpa sambungan jahitan. Harga sarung jenis ini sudah barang tentu lebih mahal.

  2. Sementara kain sarung KW II meski tetap memiliki sambungan jahitan, Anda harus perhatikan bahwa sambungannya tak terletak pada tepian kain. Pada tepian kain biasanya sering ditemukan nomer register produksi kain, dan tanggal dibuatnya. Sehingga mesti sarung tersebut cukup bagus, namun jadi rusak keindahannya bila ditemukan cetakan pabrik nan seperti demikian.

  3. Perhatikan kerapatan benang. Ada sarung nan meski memiliki corak dan motif sangat menarik namun benangnya sangat longgar dan jarang. Tips buat memilih nan baik, coba Anda terawang sarung tersebut ke arah lampu. Maka akan terlihat kerapatan benangnya. Kain nan baik, kerapatan benang cukup padat, tak sporadis dan berkumpul rapih.

Dan selanjutnya ialah tips dalam merawat kain sarung.

  1. Meski sebagian orang bahagia menggunakan sarung nan baru buat keperluan Hari Raya misalnya, ada baiknya Anda mencucinya lebih dahulu.
  2. Kain sarung memiliki berbagai mutu. Ada nan mudah luntur dan ada nan tahan luntur. Maka buat mengantisipasinya, sarung nan akan dicuci pertama kali sebaiknya dicuci terpisah dari pakaian-pakaian Anda lainnya. Sehingga bila ternyata sarung nan Anda beli mudah luntur, maka tak saling mengotori dengan baju lainnya.
  3. Untuk sarung nan terbuat dari tenunan songket atau kain batik halus, sebaiknya dijemur di loka teduh. Dan tak terpapar langsung dengan sinar matahari, agar tak cepat memudarkan corak dan motif dari songket serta batik tersebut.
  4. Ketika menyetrika kain sarung, gunakan panas setrika nan sedang. Sehingga tak meninggalkan bekas pada sarung Anda. Dan membuat sarung Anda terlipat rapih dalam lipatan nan merata sebab panas setrika tadi.

Nah! Mari, budayakan memakai kain sarung.