Sepeda Onthel di Indonesia

Sepeda Onthel di Indonesia

Sepeda Onthel ialah salah satu wahana olahraga nan akhir-akhir ini banyak digemari. Di Indonesia, banyak komunitas pecinta sepeda Onthel nan bermunculan di berbagai tempat. Mereka biasanya berkumpul dan bersepeda keliling kota di akhir pekan.



Sejarah Sepeda Onthel

Sejarah sepeda Onthel berawal di Eropa, tepatnya di Inggris pada tahun 1790. Waktu itu, sepeda lawas ini diberi nama Hobby Horses dan Celeriferes . Kedua sepeda ini belum dilengkapi prosedur sepeda zaman sekarang, seperti batang kemudi dan sistem pedal. Sepeda ini hanya terdiri atas dua roda pada sebuah rangka kayu.

Dari citra tersebut, bisa dibayangkan betapa canggung dan besar bentuk kedua sepeda itu. Walaupun begitu, sepeda ini cukup membantu kehidupan masyarakat pada masa itu.

Penemuan sepeda Onthel nan fenomenal tercipta berkat Baron Karl Von Drais. Orang ini tercatat sebagai seorang mahasiswa matematika dan mekanik di Heidelberg, Jerman. Ia sukses melakukan terobosan krusial nan merupakan peletak dasar perkembangan sepeda berikutnya.

Von Drais melakukan modifikasi pada Hobby Horse dengan menerapkan prosedur kemudi pada bagian roda depan dan mengambil tenaga mobilitas dari kedua kaki. Dengan modifikasi ini, sepeda ini mampu meluncur lebih cepat saat mengelilingi kebun. Von Drais menamai cikal bakal sepeda Onthel ini sebagai Draisienne . Pada tahun 1817, warta mengenai modifikasi ini sempat dimuat di koran lokal Jerman.

Proses pengembangan sepeda berikutnya dilakukan oleh Kirkpatrik Macmillan pada tahun 1839. Ia melengkapi Draisienne dengan batang penggerak nan menghubungkan roda belakang dan ban depan. Untuk mengoperasikannya, hanya tinggal mengayuh pedal nan ada.



Perkembangan Sepeda Onthel Pada Tahun 1870-an Sampai 1880-an

James Starley mulai mengembangkan sepeda Onthel di Inggris pada 1870 dengan memproduksi sepeda nan memiliki roda depan sangat besar ( high wheel bicycle ) dan roda belakangnya sangat kecil. Sepeda jenis ini sangat populer di seluruh Eropa waktu itu sebab Starley sukses menciptakan terobosan baru, yaitu membuat roda berjari-jari dan metode cross tangent .

Sampai saat ini, kedua teknologi nan diciptakan Starley masih digunakan. Dengan teknologi ini, sepeda menjadi lebih ringan saat dikayuh. Namun, sepeda dengan roda nan besar ini tidak lepas dari kekurangan. Sepeda ini sulit digunakan oleh orang nan berbadan kecil dan para wanita sebab posisi pedal serta jok cukup tinggi. Inilah nan dikeluhkan mereka.

Akhirnya, Straley sukses menemukan solusinya. Pada tahun 1886, ia mendesain sepeda nan lebih kondusif buat dikendarai semua orang. Sepeda ini sudah dilengkapi dengan rantai nan berfungsi menggerakkan roda belakang dan ukuran kedua rodanya juga sudah sama.

Dua tahun kemudian, inovasi nan tidak kalah krusial dari sebelumnya dilakukan oleh John Boyd Dunlop, yaitu menciptakan teknologi ban sepeda nan bisa diisi angin ( pneumatic tire ). Inilah awal perkembangan sepeda nan begitu pesat. Berbagai bentuk sepeda sukses dibuat sampai akhirnya sepeda menjadi kendaraan nan banyak digemari, termasuk sepeda Onthel.



Sepeda Onthel di Indonesia

Kaum penjajah Belanda banyak memengaruhi perkembangan sepeda di Indonesia. Para penajajah ini membawa sepeda dari negeri mereka buat dipakai berkeliling menikmati indahnya alam Indonesia. Gaya hayati ini kemudian diikuti oleh kaum pribumi berdarah biru dan menjadikannya sebagai alat transportasi tradisional nan bergengsi.

Seiring berkembangnya zaman, penggunaan sepeda semakin berkurang seiring perkembangan teknologi nan sukses menciptakan kendaraan bermesin (mobil dan motor). Gaya hayati pun ikut berubah. Banyak orang nan tertarik melestarikan sejarah dengan mengoleksi sepeda tradisional, termasuk sepeda Onthel . Pada umumnya, sepeda kuno tersebut berasal dari Eropa nan diproduksi pada tahun 1940 sampai 1950-an.

Sepeda-sepeda nan dikoleksi ini sangat berbeda dengan sepeda antik nan banyak dijadikan ojek. Sepeda nan dijadikan ojek ialah model antik protesis Cina dan Jepang. Sepeda-sepeda lawas ini banyak memiliki nama, seperti sepeda Onthel , Jengki, Kumbang, dan Sundung.



Sepeda Onthel - Semakin Tua Semakin Menawan

Sepeda Onthel atau dikenal juga dengan sebutan sepeda Unta ialah sepeda peninggalan zaman Belanda nan masih diminati sampai sekarang. Sepeda ini pernah menjadi alat transportasi mewah pada zamannya. Namun, pada tahun 1990-an, sepeda Unta ini tergusur oleh alat transportasi nan lebih modern.

Akhir-akhir ini, sepeda Onthel semakin langka keberadaannya dan menjadi incaran para kolektor. Tidak mengherankan jika harganya mencapai nilai nan fantastis dan menawan. Harga sepeda kuno ini dapat saja melambung tinggi jika semua spare part dan catnya masih asli. Harganya pun beragam, yaitu dari 2 juta rupiah sampai 26 juta rupiah. Semua bergantung pada jenis dan tahun produksinya.

Semakin tua sepedanya, maka semakin menawan harganya. Bahkan, para kolektor berani membeli sepeda Onthel nan diminati dengan harga sangat tinggi.



Sepeda Onthel, Olahraga, dan Lingkungan

Bersepeda menggunakan sepeda Onthel ialah aktivitas olahraga nan menyenangkan dan menyehatkan. Jika rutin dilakukan, kesehatan kita akan terjaga. Selain buat kesehatan, juga buat mengurangi polusi sehingga mampu mengurangi imbas global warming (pemanasan global). Kebiasaan bersepeda juga bisa menghemat pengeluaran, terlebih harga bahan bakar nan melambung tinggi.

Komunitas sepeda Onthel akan menjadi nan terdepan buat mengkampanyekan pentingnya naik sepeda, salah satunya dengan mengubah pola pikir masyarakat nan menganggap sepeda itu antik atau udik . Komunitas ini konfiden bahwa suatu saat nanti sepeda akan kembali menjadi alat transportasi utama.



Yogyakarta, Kota Perburuan Sepeda Onthel

Di Yogyakarta, keberadaan sepeda Onthel di tengah banyaknya transportasi modern masih sangat jelas terlihat. Sepeda ini menjadi alat transportasi nan khas di kota ini. Bahkan, kota ini pernah dijuluki Kota Sepeda pada tahun 1970-an.

Yogyakarta ialah loka perburuan para kolektor sepeda Onthel dari dalam dan luar negeri. Hal ini sebab Yogya mempunyai banyak jenis sepeda Onthel kuno dari berbagai merek terkenal. Sepeda ini banyak dicari sebab bentuknya klasik, unik, dan memiliki nilai sejarah tinggi.

Beberapa merek sepeda Onthel protesis Eropa, seperti Gazelle, Fongers, Simplex, Humber, Phillips, Reliegh serta banyak merek lainnya, tersebar di kota ini. Biasanya, para kolektor rela memburu sepeda kuno ini sampai ke pedesaan. Bagi nan tak ingin bersusah payah mencari sepeda Onthel , Anda dapat mengunjungi pasar sepeda di Pugeran dan Prambanan. Di pasar ini banyak terdapat sepeda Onthel dengan merek dan harga nan bervariasi.



Berburu Sepeda Onthel

Bagi para pecinta barang-barang antik, sepeda onthel memiliki nilai tersendiri walaupun usianya sudah usang. Di beberapa kota besar seperti Jakarta dan Tangerang, sepeda onthel orisinil peninggalan zaman perang sulit diperoleh dan hanya dimiliki oleh beberapa orang. Oleh sebab itu, para pemburu sepeda onthel ini mencari ke sejumlah daerah di Pulau Jawa, khususnya sepeda onthel milik petani dan para buruh pabrik.

Sejak 2005 sampai saat ini, anggota pecinta sepeda onthel di Jakarta dan sekitarnya terus bertambah. Bahkan, saat ini diperkirakan ada puluhan komunitas pecinta sepeda onthel. Pada umumnya, sepeda onthel nan diburu ialah tahun pembuatan dan mereknya. Semakin tua tahun produksinya, semakin mahal harga sepeda onthel tersebut.

Mari berburu sepeda Onthel !