Anak Perusahaan

Anak Perusahaan

Malaysia Airlines ialah salah satu maskapai penerbangan terbesar di dunia. Maskapai ini dimiliki oleh pemerintahan negara Malaysia dan menjadi maskapai resmi pemerintahan Malaysia. Hal ini seperti Indonesia nan memiliki maskapai penerbangan yaitu Garuda sebagai maskapai resminya.

Sebagai salah satu maskapai penerbangan terbesar di Malaysia, Malaysia Airline memiliki beberapa rute penerbangan. Baik itu rute penerbangan di jalur domestik maupun rute penerbangan internasional. Hal ini demi menanggapi kebutuhan konsumen maskapai ini nan berasal dari berbagai macam kalangan dengan majemuk kebutuhannya.

Dan buat mendukung taktik perusahaan agar mampu tumbuh menjadi maskapai nan besar, Malaysia Airline memiliki beberapa kerjasama. Diantaranya dengan menjalin kerjasama dengan beberapa negara asing. kerjasama ini khususnya di bidang transportasi udara sebagai bisnis primer perusahaan ini.

Dalam kerjasama tersebut, Malaysia Airline membuat beberapa kesepakatan dengan negara nan menjadi kawan mereka. Salah satunya ialah kemudahan ijin buat menggunakan bandar udara di negara tersebut. Dengan demikian, Malaysia Airline dapat membuka rute nan melalui negara tersebut sebagai bagian dari rute nan ditempuh oleh maskapai ini.



Sejarah Malaysia Airlines

Singapura memiliki peran besar dalam sejarah terbentuknya maskapai Malaysia Airlines ini. Hal ini mengingat antara Malaysia dan Singapura merupakan dua negara nan memiliki kedekatan secara geografis. Di sisi lain, Singapura dalam proses perkembangan negara tersebut, banyak belajar dari Malaysia sebagai negara nan berbatasan langsung dengan mereka.

Dari kedekatan inilah, banyak tercipta kerjasama antar kedua negara. Salah satu nan pernah terjalin ialah kerjasama di bidang transportasi udara. Dimana Singapura pada waktu itu belum memiliki kemampuan buat mendirikan maskapai sendiri.

Untuk memenuhi kebutuhan akan transportasi udaranya, akhirnya Singapuran bekerjasama dengan Malaysia buat membuat maskapai penerbangan bersama. Maskapai gabungan dari dua negara ini bernama Malaysia Singapore Airline nan disingkat MSA. Dari sinilah, kemudian perkembangan tranportasi udara kedua negara dimulai.

Dalam perjalanannya, maskapai ini mampu berkembang dengan pesat. Hingga pada akhirnya, Singapura mulai tumbuh menjadi negara nan berdikari di segala sektor. Termasuk diantaranya di sektor transportasi udara, dengan mampu menciptakan infrastruktur pendukung. Akhirnya, pada tahun 70an, MSA nan merupakan maskapai dari dua negara yaitu Malaysia dan Singapura tak lagi beroperasi.

Salah satu penyebab dari penghentian operasional maskapai ini ialah adanya keinginan Singapura buat mendirikan maskapai penerbangan sendiri. Hal ini sebab mereka sudah memiliki wahana serta prasarana pendukung nan cukup memadai. Salah satunya ditandai dengan pembuatan bandar udara internasional Changi, nan pada saat ini dianggap sebagai salah satu bandara terbaik di dunia.

Setelah berakhirnya kerjasama kedua negara dalam pembentukan maskapai MSA tersebut, Malaysia kemudian mendirikan Malaysia Airlines System nan disingkat MSA. Sementara, Singapura telah mampu membuat Singapore Airlines sebagai maskapai kebanggan mereka. Dan sebagai konsekuensi berhentinya kerjasama kedua negara, mereka sepakat buat berbagi aset nan dimiliki selama proses kerjasama berlangsung.

Dalam proses pembagian aset, Singapura mendapatkan hak buat memiliki beberapa pesawat berbadan lebar nan dibuat oleh Boeing. Pesawat tersebut diantaranya ialah Boeing 737 serta Boeing 707. Sedangkan Malaysia, dalam proses pembagian aset tersebut mendapatkan pesawat bermesin kecil yakni Fokker 27.

Pembagian nan dilakukan bukan hanya masalah aset namun juga mengenai hak atas rute penerbangan. Untuk Singapore Airlines, memiliki hak buat mengelola semua penerbangan internasional nan berasal dari Singapura. Sementara Malaysia diberi hak buat melayani rute penerbangan domestik dan juga rute internasional nan berangkat dari Malaysia.

Pembagian aset ini, sekaligus menjadi sebuah moment dari munculnya maskapai penerbangan baru milik Malaysia. Tanggal 1 Oktober 1972, akhinya diperingati sebagai hari kelahiran Malaysian Airlines System, sebuah maskapai baru milik Malaysia pasca penghentian kerjasama dengan Singapura dalam MSA.

Unutk memperkuat armadanya, perusahaan ini akhirnya membeli pesawat berbadan lebar. Pesawat nan dipilih ialah DC 10 nan didatangkan pada tahun 1976. Selanjutnya pada tahun 1982, MAS kembali menghadirkan pesawat protesis Boeing berseri 747. Keputusan ini diambil dalam upaya meningkatkan persaingan di bidang transportasi udara, khususnya buat melayani rute penerbangan internasional mereka.

Pada tahun 1987, terjadi perubahan nama dalam maskapai MAS ini. perubahan nan dilakukan ialah dengan menyingkat nama maskapai menjadi Malaysian Airlines. Perubahan dengan menghilangkan kata System dalam nama maskapai dimaksudkan agar perusahaan ini lebih mudah diingat oleh konsumen.

Hal ini sinkron dengan salah satu taktik pemasaran, dimana produk nan baik ialah produk nan mampu diingat oleh konsumen. Dengan mempersingkat nama, maka hal itu akan menyebabkan Malaysia Airlines mudah dikenal oleh konsumen.



Catatan Malaysia Airlines

Sejak berdiri, Malaysia Airlines sempat membuat sejarah di global penerbangan internasional. Catatan sejarah ini dibuat pada tahun 1997, melalui kerjasama perusahaan ini dengan perusahaan pembuat pesawat terbang terbesar di global yaitu Boeing. Sejarah nan ditorehkan ialah ketika Malaysia Airlines dan Boeing bekerjasama mengadakan penerbangan terjauh di global secara nonstop.

Pada saat itu, Boeing membuat sebuah pesawat baru yaitu Boeing 777-200 ER. Malaysia Airlines merupakan salah satu maskapai di global nan melakukan pembelian pertama buat pesawat tersebut. Dalam proses uji cobanya, Boeing 777-200 ER menempuh perjalanan Seattle, Amerika Perkumpulan hingga Kuala Lumpur selama 21 jam 23 menit. Perjalanan ini sendiri menempuh jeda 20.044 kilometer nan dilakukan pada tangal 2 April 1997.

Dalam kesempatan itu, pesawat Boeing 777-200 ER hanya singgah selama 42 jam saja di Kuala Lumpur. Pesawat ini kembali terbang menuju Boeing Field, di Seatlle Ameria Perkumpulan buat menyelesaikan penerbangan keduanya. Langkah ini dilakukan, selain sebagai uji coba penerbangan juga buat menunjukkan bahwa pesawat terbaru dari Boeng tersebut memiliki daya tahan nan cukup kuat buat menempuh perjalanan nan cukup jauh secara marathon. Itulah mengapa, pasca penerbangan bersama Malaysia Airlines tersebut, Boeing 777-200 ER mendapatkan julukan sebagai pesawat nan paling jauh terbang dan memiliki taraf keamanan tinggi.



Anak Perusahaan

Sebagaimana lazimnya maskapai besar lain di global nan memiliki anak perusahaan, Malaysia Airlines pun melakukannya juga. Mereka menciptakan anak perusahaan sebagai upaya buat meningkatkan kekuatan perusahaan dalam menyikapi persaingan di jasa penerbangan udara baik dalam maupun luar negeri. Firefly merupakan anak perusahaan nan dibentuk oleh Malaysian Airlines dan berdiri mulai tahun 2007.

Ketika pertama kali didirikan, Firefly hanya memiliki dua pesawat kecil yakni pesawat jenis Fokker F50. Pesawat ini melayani jalur penerbangan dari Bandara Internasional Bayan Pulau Pinang ke Kota Bharu, Langkawi Kuantan serta Kuala Trengganu. Dan pada waktu khusus, Firefly pun melayani penerbangan ke kota Phuket serta Koh Samui nan termasuk pada kawasan negara Thailand.

Firefly sendiri dikelola oleh Firefly Sdn Bhd nan merupakan anak perusahaan dari Malaysia Airlines. Sebelum bergabung dengan Malaysia Airlines, Firefly sendiri pernah mencoba buat masuk ke dalam jaringan Sky Team. Namun, usaha tersebut tak mendapatkan hasil nan positif. Hingga pada waktu terjadi rendezvous IATA di tahun 2011, Firefly mendapatkan kesempatan bergabung dengan Oneworld nan disponsori oleh Qantas, sebuah maskapai dari Australia.



Mengenal Maskapai Penerbangan Malaysia Airlines

Seperti Garuda Indonesia Airlines nan menjadi maskapai resmi pemerintah Indonesia, Malaysia Airlines ialah maskapai resmi pemerintahan Malaysia. Malaysia Airlines juga dikenal sebagai salah satu maskapai penerbangan terbesar di dunia, dengan pusat operasi terletak di Kuala Lumpur International Airport (KLIA).

Malaysia Airlines mempunyai beberapa rute penerbangan, baik di jalur domestik maupun internasional. Rute-rute penerbangan tersebut dibuat buat memenuhi kebutuhan pelanggannya nan terdiri dari orang-orang dengan majemuk latar belakang dan kebutuhan. Untuk melancarkan kegiatan kemaskapaiannya, Malaysia Airlines bekerja sama dengan beberapa negara asing di bidang transportasi udara.

Di dalam kolaborasi itu, Malaysia Airlines menyusun kesepakatan-kesepakatan dengan negara mitra, seperti kesepakatan mengenai kemudahan izin menggunakan bandar udara di negara nan bersangkutan. Itulah mengapa Malaysia Airline dapat memiliki banyak rute penerbangan.



Sejarah Berdirinya Malaysia Airlines

Pada awalnya, Malaysia Airlines bernama Malaysia Singapore Airline (MSA). MSA ialah bentuk kolaborasi antara Malaysia dan Singapura dalam bidang transportasi udara, mengingat saat itu Singapura belum mampu mendirikan maskapai udara sendiri. MSA kemudian berkembang pesat dan menghasilkan pundi-pundi rupiah bagi Singapura buat menjadi negara nan berdikari di segala bidang, termasuk bidang penerbangan. Pada akhirnya, Singapura membangun bandara internasional Changi sebagai infrastruktur pendukung transportasi udara.

Semenjak itu, MSA mengalami pemisahan dengan sebagian besar aset menjadi milik Singapura. Dari pesawat-pesawat udara nan dimiliki MSA, pesawat berbadan lebar, seperti Boeing 737 dan 707 menjadi milik Singapura, sedangkan Malaysia hanya mendapatkan pesawat bermesin kecil, yaitu Fokker F07. Terkait rute penerbangan MSA, Singapore Airlines mendapat bagian buat mengatur seluruh penerbangan internasional dari wilayah Singapura, sedangkan Malaysia mendapat bagian buat mengelola rute penerbangan domestik dan rute internasional nan berangkat dari wilayah Malaysia.

Dengan aset nan dimilikinya, Malaysia kemudian mendirikan Malaysia Airlines System atau MAS pada 1987 dan Singapura memiliki maskapai penerbangan sendiri nan dinamakan Singapore Airlines. Seiring berjalannya waktu, nama Malaysia Airlines System dipersingkat menjadi Malaysia Airlines agar lebih mudah diingat oleh konsumennya.
Malaysia Airlines Memecahkan Rekor Dunia

Pada 2 April 1997, Malaysia Airlines sempat memecahkan rekor global buat kategori Perjalanan Terjauh dengan rute Seattle - Kuala Lumpur dengan menggunakan pesawat nan baru dibuat, yaitu Boeing 777-200 ER. Untuk memecahkan rekor ini, Malaysia Airlines memang bekerja sama dengan perusahaan pesawat terbang terbesar dunia, Boeing. Jeda nan ditempuh dalam perjalanan nonstop ini ialah 20.044 km. Rekor global Perjalanan Terjauh ini memakan waktu 21 jam 23 menit.

Pemecahan rekor ini sesungguhnya ialah proses uji coba pesawat Boeing 777-200 ER. Pasalnya, pesawat jenis ini baru dikeluarkan ke pasar, dan Malaysia Airlines ialah maskapai penerbangan pertama di global nan membeli pesawat Boeing tipe ini. Setelah kegiatan pemecahan rekor ini dilakukan, pesawat Boeing 777-200 ER mendapat gelar sebagai pesawat nan mampu terbang paling jauh dengan taraf keamanan nan tinggi.



Firely - Anak Perusahaan Malaysia Airlines

Pada April 2007, Malaysia Airlines membentuk sebuah maskapai penerbangan baru nan diberi nama Firely. Firely diciptakan dengan tujuan buat meningkatkan kemampuan Malaysia Airlines dalam menghadapi persaingan di global transportasi udara dengan rute penerbangan domestik dan internasional.

Anak perusahaan Malaysia Airlines ini hanya mempunyai dua buah pesawat udara berukuran kecil, yakni jenis Fokker F50. Selain itu, Firefly hanya melayani rute domestik (kecuali pada saat-saat eksklusif di mana Firefly melayani penerbangan ke wilayah Thailand). Sebelum dikelola oleh Malaysia Airlines, Firefly pernah berusaha buat bergabung ke dalam jaringan Sky Team. Akan tetapi, usaha tersebut tak membuahkan hasil.



Malaysia Airlines Mengalami Insiden

Sebuah peristiwa nahas pernah terjadi dalam perjalanan Malaysia Airlines. Peristiwa ini terjadi pada 4 desember 1977. Pada peristiwa nan dikenal dengan Tragedi Tanjung Karang ini, pesawat tipe Boeing 737-200 dengan nomor registrasi 9M-MBD dibajak saat sedang terbang dari Penang ke Kuala Lumpur. Adapun pembajaknya ialah tentara-tentara Merah Jepang nan beraliran komunis. Para pembajak pesawat Malaysia Airlines ini sempat menghubungi Air Traffic Control Bandara Internasional Changi di Singapura bahwa mereka akan membajak pesawat tersebut hingga mendarat di Bandara Changi. Akan tetapi, rupanya kontak tersebut ialah komunikasi terakhir pihak Air Traffic Control dengn pesawat Boeing 737-200 nan dibajak itu.

Beberapa saat kemudian, diketahui bahwa pesawat nan dibajak itu telah jatuh di kawasan Kampung Ladang, Tanjong Kupang. Jatuhnya pesawat diduga dampak dari habisnya bahan bakar. Dalam tragedi pembajakan pesawat Malaysian Airlines, seluruh penumpang dinyatakan tak tertolong. Di antara penumpang-penumpang tersebut terdapat tiga orang warga negara Indonesia bernama Tan Poh Bie, Tan Poh Tin, dan Tan Tjing Soei. Kini, dalam rangka mengenang peristiwa memilukan tersebut, sebuah monumen bernama Monumen Tugu Korban Tragedi Tanjung Kupang didirikan dan berdiri tegak di Jalan Kebun Teh, Johor Baru, Johor, Malaysia.



Malaysia Airlines lawan AirAsia

Malaysia Airlines kini tengah kebakaran jenggot. Pasalnya, maskapai penerbangan terbesar di Malaysia ini sedang mengalami krisis keuangan, sedangkan sebuah maskapai kecil dengan tarif murah justru mendulang untung. Maskapai kecil tersebut ialah AirAsia. Dengan harga nan bersahabat (bahkan bagi masyarakat nan belum pernah bepergian dengan pesawat terbang sebab ongkosnya nan mahal), AirAsia menjadi pilihan banyak orang dan menjadi saingan terbesar Malaysia Airlines.

Strategi pemasaran dan promosi nan sukses membuat AirAsia mengambil pangsa pasar Malaysia Airlines. Oleh sebab itu, pada 31 Desember 2011 Malaysia Airlines diduga mengalami kerugian sebesar 2,52 miliar ringgit. Ini merupakan kerugian terbesar nan pernah terjadi dalam sejarah penerbangan Malaysia Airlines. Beberapa orang mengibaratkan persaingan Malaysia Airlines dan AirAsia dengan pertarungan David dan Goliath.

Dalam hal ini, Malaysia Airlines diibaratkan Goliath nan tinggi besar, memakai satu set pakaian besi lengkap dengan sistem persenjataannya; sedangkan AirAsia diibaratkan David, seorang penggembala bertubuh mungil bersenjatakan ketapel dan batu. Kecerdasan perencanaan pemasaran dan promosi AirAsia serupa kecerdasan nan dimiliki oleh David dalam melumpuhkan raksasa adidaya sebesar Goliath.

Pengibaratan David lawan Goliath ini ialah suatu konklusi publik nan melihat fakta nan ada. AirAsia ialah sebuah perusahaan penerbangan nan terhitung baru (Desember 2001). Sementara itu, Malaysia Airlines diketahui telah berdiri sejak tahun 1947. Dengan konsep penerbangan bertarif rendah, AirAsia mampu merangkul berbagai kalangan (tidak hanya golongan masyarakat kelas atas seperti pelanggan Malaysia Airlines). Maskapai penerbangan dengan jargon "Now Everyone Can Fly" ini mendapat sambutan hebat dari masyarakat Malaysia.

Kesuksesan AirAsia membawa akibat jelek bagi keuangan Malaysia Airlines. Karena dilanda kerugian nan bertubi-tubi (sejak pada pelanggannya beralih menggunakan jasa penerbangan AirAsia), Malaysia Airlines dengan terpaksa memotong sejumlah rute penerbangan internasionalnya, terutama penerbangan jeda jauh seperti penerbangan ke Eropa.

Pemilik Malaysia Airlines, yakni pemerintahan Malaysia sendiri, akhirnya membantu krisis keuangan maskapai resminya dengan memberikan sejumlah kapital dan menginstruksikan pergantian manajemen dan pucuk kepemimpinan Malaysia Airlines. Di bawah naungan CEO baru sejak Desember 2005, secara perlahan Malaysia Airlines mulai bangkit dari keterpurukan dan mulai menghasilkan keuntungan.

Pada kepemimpinan baru, Malaysia Airlines meluncurkan program "Everyday Low Fares" sejak Mei 2008 buat menarik kembali pelanggan-pelanggan nan telah berpaling. Tidak berhenti sampai di situ, Malaysia Airlines bahkan dengan terang-terangan memasang iklan-iklan nan mirip dengan iklan AirAsia nan berlatar merah dan bersifat langsung. Iklan ini lantas sukses mengakali orang-orang, mereka mengira bahwa iklan tersebut ialah iklan promosi penerbangan maskapai AirAsia.

Persamaan persaingan ini semakin terlihat mirip dengan pertarungan David dan Goliath dari keadaan AirAsia nan menyokong sendiri jasa penerbangannya dan kemudian berkembang berkat dukungan masyarakat Malaysia. Sementara itu, sang Goliath, Malaysia Airlines, masih dapat bernapas berkat suntikan kapital dan donasi dari Pemerintah Malaysia.