Cahaya di Ujung Terowongan Mulai Terlihat

Cahaya di Ujung Terowongan Mulai Terlihat



Dunia Penerbangan Indonesia

Penerbangan Batavia Air merupakan salah satu penerbangan nan diharapkan oleh banyak orang. Dalam persaingan global pernerbangan di Indonesia, telah begitu banyak peristiwa nan menyedihkan. Beberapa perusahaan penerbangan bangkrut atau ditutup dengan terpaksa sebab kecelakaan demi kecelakaan nan dialaminya. Biaya nan dikatakan sebagai salah satu faktor persaingan telah membuat biaya pemeliharaan pesawat menjadi berkurang.

Akibatnya, begitu banyak nyawa melayang sebab pesawat nan membawa mereka jatuh atau terbakar atau tergelincir, dan lain-lain. Harga tiket nan murah membuat banyak orang dapat mencicipi terbang dengan pesawat. Mereka dapat pergi dari satu kota ke kota lain dengan pesawat. Akhirnya bandara tak lagi hanya dipenuhi oleh orang-orang dengan baju nan bagus, wangi, dan rapi. Bandara juga dipenuhi oelh orang-orang sederhana dengan baju dan cara mereka bertingkah laku.

Mereka ialah orang biasa nan mempunyai biaya buat naik pesawat dengan biaya rendah. Tidak bisa dipungkiri bahwa biaya nan murah ini telah membuat banyak penerbangan menjadi terlambat. Berbagai alasan disampaikan sebab keterlambatannya itu. Bahkan ada salah satu perusahaan penerbangan nan cukup favorit nan hampir selalu terlambat. Herannya, mungkin sebab terpaksa, masih banyak juga orang nan membeli tiket perusahaan penerbangan satu itu. Mungkin sebab harga tiket nan telah membuat banyak orang pasrah.

Ada satu perusahaan penerbangan nan cukup disiplin dan hampir selalu tak terlambat kecuali sebab cuaca dan hal lain nan tidak dapat diatasi. Tetapi harga tiketnya sangat mahal dan bahkan dapat hampir dua kali lipat dari harga tiket perusahaan penerbangan swasta. Keadaan inilah nan membuat perusahaan penerbangan partikelir mulai banyak dilirik oleh para penumpang Indonesia. Mereka rela menunggu penerbangan hingga berjam-jam.

Untunglah pemerintah telah memperlakukan peraturan bahwa kalau ada keterlambatan lebih dari 3 jam, maka perusahaan penerbangan harus membayar sejumlah uang kepada penumpangnya. Hal ini telah meningkatkan kinerja perusahaan penerbangan swasta. Ketika ada keterlambatan, pihak perusahaan akan menyediakan minuman dan makanan ala kadarnya. Hal ini tentu saja belum dapat memupus rasa kecewa mereka. Namun, dengan adanya makanan dan minuman ini disambut dengan baik sebagai pelayanan dari perusahaan penerbangan tersebut.

Dengan persaingan nan ketat itu, ada beberapa penerbangan nan spesifik melayani rute nan tak terlalu banyak dilalui oleh perusahaan penerbangan nasional. Indonesia daerah timur ialah beberapa jalur nan masih banyak belum digarap. Pada jalur inilah beberapa penerbangan dilakukan oleh beberapa perusahaan penerbangan termasuk Batavia. Pada waktu nan lalu, ada Adam Air. Susi Air, dan lain-lain. Sayangnya, Adam Air akhirnya dinyatakan bangkrut setelah beberapa kali beberapa pesawatnya mengalami kecelakaan dalam waktu nan berurutan.

Susi Air nan mulai menggeliat juga terpaksa ditutup oleh pemiliknya sebab Susi, pemilik Susi Air ini, tak mampu menanggung rasa bersalah dan rasa tak nyaman ketika mengetahui kalau pesawatnya jatuh bersama dengan pilot dan co-pilotnya. Susi merasa sangat menyesal dan sangat sedih sehingga jalur nan sudah terbuka itu akhirnya harus ditutup. Global penerbangan memang berbeda dengan global bisnis dan pekerjaan nan lain.

Penerbangan Batavia Air sendiri, hingga saat ini belum banyak nan bermasalah. Pesawat mereka masih terbang dan penumpang masih dapat diharapkan bisa memenuhi kuota terbang. Batavia Air juga menjalin kolaborasi dengan beberapa pihak termasuk pihak agen perjalanan ke tanah suci. Sekali berangkat ada ratusan penumpang nan diangkut. Penerbangan langsung ke Arab Saudi ini tentu saja sangat disambut antusias oleh para calon jamaah nan akan umroh.

Namun, ternyata penerbangan langsung ke Arab Saudi ini harus dihentikan sementara waktu ketika kuota jamah umroh tak memenuhi persyaratan. Minimal satu pesawat harus penuh sekira 300-an orang. Hal ini memang terpaksa diambil agar tak mengalami kerugian. Tidak hanya Batavia Air nan menghentikan penerbangan langsung ke Arab Saudi. Lion Air juga melakukan hal nan sama. Akhirnya hanya Garuda Airlines nan masih melayani penerbangan langsung ke tanah suci.

Pesawat nan digunakan dalam penerbangan ke Arab Saudi itu disewakan oleh Batavia Air ke pihak lain. Biaya perawatan pesawat juga cukup tinggi. Kalau tak digunakan maka pihak Batavia Air niscaya akan merugi. Tentu saja tak ada nan menginginkan hal ini terjadi. Taktik pemasaran itu memang harus selalu ditingkatkan.



Semangat Membara di Tengah Badai

PT Metro Batavia ialah nama resmi operator Batavia Air. Dalam kurun waktu kurang dari 10 tahun, Batavia Air memang mengalami pengalaman getir selama menjadi operator maskapai penerbangan. Berbagai insiden telah dialami oleh Batavia Air, mulai ban pecah, mendarat darurat, salah mendarat di bandar udara bukan tujuan semula, kaca retak, dan sebagainya. Semua kejadian itu memang cukup mengerikan dan Batavia Air berusaha buat menghindarinya.

Namun, selama ini, tak menimbulkan korban jiwa. Dari beberapa kejadian itu, pihak top manajemen nan dipimpin oleh Yudiawan Tansari selaku presiden dibantu oleh Dexter Leopard sebagai general manager dan James Rohn sebagai quality assurance manager, terus melakukan upaya-upaya pemugaran dengan gigih. Baik secara teknis maupun manajemen. Apa nan telah dilakukan selama ini membuat Batavia Air tetap menjalani bisnis ini dengan aman.

Walaupun pihak perusahaan penerbangan partikelir lain tetap melakukan taktik pemasaran nan cukup intens, pihak Batavia Air tak cemas sebab jalur penerbangannya tak sama dengan perusahaan penerbangan tersebut. Indonesia bagian timur itu memang menarik dan menantang. Tidak heran kalau banyak perusahaan penerbangan nan meliriknya. Namun, ganasnya wilayah ini membutuhkan pilot nan lebih terampil. Itulah mengapa tak sembarang pilot nan mampu menahlukan wilayah Indonesia bagian timur ini.



Cahaya di Ujung Terowongan Mulai Terlihat

Usaha keras itu ada hasilnya. Walau dengan sedikit susah payah, akhirnya Batavia Air mempunyai 36 buah pesawat nan siap dioperasionalkan di 47 kota tujuan nan tersebar di seluruh Indonesia dan sebagian negara-negara di Asia. Batavia Air mempunyai pesawat Airbus A319-100 sebanyak dua buah nan masing-masing mampu menampung 156 penumpang.

Kedua pesawat itu nan selama ini digunakan dalam penerbangan domestik. Kemudian, Batavia Air mempunyai tujuh buah pesawat Airbus A320-200 dengan kapasitas 180 penumpang nan dipakai buat melayani penerbangan rute domestik dan internasional. Sementara itu, Boeing 737-300 merupakan koleksi terbanyak Batavia Air dengan kapasitas 149 penumpang.

Pesawat tersebut digunakan buat menjelajah rute internasional dan rute domestik. Spesifik rute Jakarta, Jeddah, Riyadh, Menado, dan Medan, telah disediakan Airbus A330-200 nan mampu menerbangkan 329 penumpang dan ada 10 buah Boeing 737-400 dengan jumlah kursi sebanyak 168 buah nan digunakan buat rute domestik dan internasional.

Motto Batavia Air, Trust us to fly. Itulah moto Batavia Air nan terus dipegang pihak manajemen dalam menarik calon penumpang. Tidak heran jika Batavia Air telah menembus berbagai penjuru kota di Tanah Air, baik kota-kota besar maupun kota-kota sedang. Kota-kota nan telah mampu didarati oleh Batavia Air, di antaranya Medan, Padang, Pakanbaru, Batam, Jambi, Palembang, Surabaya, Jakarta, Solo, dan kota besar lainnya.

Untuk rute internasional, Batavia Air telah merambah ke Kucing Malaysia, Changi Singapura, Guangzhou Cina, King Abdul Aziz Jeddah Arab Saudi, dan bandar udara internasional Raja Kholid di Riyadh, Arab Saudi.

Penerbangan Batavia Air telah berjasa membuat rakyat Indonesia dapat saling berinteraksi. Ini tak boleh dilupakan sehingga pihak-pihak nan mempunyai regulasi terhadap operator penerbangan mesti secara gigih pula melakukan pembinaan dan support nan maksimal. Begitupun, pihak Batavia Air. Harus terus meningkatkan baku keamanan terbang nan telah dibakukan dan menjadi panduan keselamatan penerbangan. Dari sini, kepercayaan masyarakat secara otomatis akan mengikuti. Jangan sampai masyarakat masih mendengar lagi insiden nan terjadi di Batavia Air.