Cargo

Cargo

Salah satu maskapai penerbangan global nan sudah dikenal reputasinya ialah Japan Airlines atau JAL. Perusahaan penerbangan ini, dianggap sebagai salah satu maskapai terbaik di dunia. Baik dalam hal pelayanan di darat maupun ketika di udara. Inilah mengapa, maskapai nan berdiri sejak 1 Agustus 1951 sering menjadi barometer pelayanan maskapai lain di dunia. Selain sebab dorongan dari pemerintah Jepang sendiri nan mengakui adanya kebutuhan akan sistem transportasi udara nan bisa diandalkan buat membantu Jepang tumbuh pada masa setelah Perang Global II. Maskapai penerbangan ini didirikan dengan kapital awal 100,000,000 yen, dan kantor pusatnya berlokasi di Ginza, Chuo, Tokyo. Antara 27 dan 29 Agustus, maskapai ini mengoperasikan penerbangan invitational pada Douglas DC-3 Kinsei, nan disewa dari Filipina Airlines.

Pada tanggal 25 Oktober maka, pertama kalinya Jepang pasca perang membuka layanan penerbangan domestik nan diresmikan, menggunakan jenis pesawat Martin 2-0-2, bernama Mokusei, dan kru disewa dari Northwest Airlines. Pada tanggal 1 Agustus 1953, DPR Jepang mengesahkan UU buat Perusahaan Jepang Air Lines Act atau Nihon Koku Kabushiki-gaisha HO dan mendorong mereka buat membentuk BUMN baru bagi Jepang Airlines pada tanggal 1 Oktober, nan diasumsikan semua aktiva dan kewajiban pendahulunya pribadi. Pada tanggal 2 Februari 1954, maskapai ini mulai layanan internasionalnya nan pertama, membawa 18 penumpang dari Tokyo ke San Francisco. Penerbangan ini dioperasikan oleh Douglas DC-6B bernama Kota Tokyo, membuat berhenti di Wake Island dan Honolulu sebelum tiba di San Francisco. Sampai hari ini, penerbangan antara Tokyo dan San Francisco masih ditunjuk sebagai JAL Penerbangan 1 dan 2, buat memperingati layanan internasionalnya nan pertama. [8] maskapai ini, selain Douglas DC-3, Douglas DC-6B dan Martin 2-0-2s, dioperasikan Douglas DC-4 dan Douglas DC-7C selama tahun 1950



Terbang Perdana

Meski berdiri sejak 1 Agustus 1951, namun Japan Airlines baru melakukan penerbangan perdana mereka pada tanggal 25 Oktober 1951. Penerbangan ini menempuh rute domestik menggunakan pesawat sewaan dari Northwest Airlines. Pesawat tersebut berjenis Martin 2-0-2.

Untuk penerbangan internasional pertamanya, JAL menempuh perjalanan Tokyo-San Fransisco menggunakan pesawat Douglas DC 6. Penerbangan ini dilakukan pada tanggal 2 Februari 1954. Dan pada tahun 1966, maskapai dengan kode penerbangan JAL ini mulai masuk ke era jet. Pesawat jet pertama mereka ialah Douglas DC 8 nan menjadi awal digunakannya pesawat jet dalam armada maskapai JAL.

Dengan menggunakan armada jet mereka, JAL mulai masuk ke penerbangan internasional dengan menempuh rute ke beberapa kota besar di dunia. Kota besar nan menjadi tujuan maskapai ini diantaranya Hongkong, New York, Paris, London, serta Pusan. Keputusan ini pun ternyata membawa hasil positif sebab sambutan masyarakat cukup positif. Untuk itulah akhirnya pada tahun 70an, JAL mulai menambah kekuatan armada mereka dengan membeli beberapa pesawat berbadan lebar seperti Boeing 747, Boeing 727 dan juga Mc Donnel Douglas DC 10.

Dengan kekuatan armada nan cukup kuat ini, JAL tak mengalami kesulitan manakala pada tahun 70an, pemerintah Jepang menerapkan deregulasi penerbangan. Diantaranya dengan melakukan privatisasi JAL dan membuka kran persaingan di transportasi udara. Akhirnya dengan kondisi ini masuklah dua pesaing baru, yaitu All Nippon Airways dan juga Japan Air System.

Perkembangan selanjutnya nan terjadi, antara JAL dan Japan Air System kemudian mengikat kerjasama. Proses kerjasama ini ialah kesepakatan kedua maskapai buat melakukan merger. Bergabungnya dua perusahaan ini terjadi pada tahun 2001 dan selesai pada tahun 2004. Untuk menjaga potensi pasar nan sudah terbentuk, dari proses merger tersebut disepakati bahwa nama JAL akan dipertahankan sebagai bukti diri perusahaan tersebut.



Pasca Merger

Setelah melakukan proses merger dengan Japan Air System, terjadi sedikit perubahan dalam manajemen Japan Airlines. Salah satu nan dilakukan ialah masuk ke dalam aliansi Oneworld sejak 1 April 2007. Sayangnya, keputusan ini justru tak diikuti dengan perkembangan positif dalam transaksi keuangan JAL.

Salah satu akibat nan terasa ialah kerugian besar nan menimpa Japan Airline pada tahun transaksi 2009. Perusahaan ini mengalami goncangan nan sangat dahsyat dan mengancam stabilitas perusahaan. Untuk menyelematkan perusahaan dari ancaman kebangkrutan, akhirnya pemerintah turun tangan dengan memberikan dana talangan sebesar 100 juta yen. Selain itu dibentuk pula kepanitiaan nan bertugas menangani penyelesaian masalah keuangan maskapai ini.

Beberapa program pun dirancang demi menghindarkan JAL dari kebangkrutan. Salah satunya dilakukan dengan menjual saham mayoritas pada American Airlines nan juga anggota Oneworld. Selain kepada American Airlines, JAL sempat menjajaki kemungkinan menjual saham mereka kepada Delta Airlines.

Namun demikian, proses penjualan saham kepada Delta Airlines mengalami hambatan. Hal ini disebabkan Delta Airlines merupakan anggota SkyTeam, sebuah aliansi penerbangan seperti Oneworld. Dengan kondisi ini, Japan Airlines memutuskan tak melanjutkan proses transaksi dengan Delta. Karena, apabila saham JAL dibeli oleh Delta, maka keanggotaan JAL akan berada di bawah aliansi SkyTeam serta keluar dari Oneworld.

Jika ini terjadi dikhawatirkan akan terjadi kebingungan di kalangan konsumen. Selain itu, JAL akan kehilangan kesempatan konservasi antimonopoli dari agen amerika serikat. Hal ini merupakan salah satu kesepakatan nan didapat dari perjanjian ruang terbuka Jepang dan Amerika Serikat.

Akhirnya American menjadi salah satu maskapai nan memiliki kesempatan buat membeli saham mayoritas dari JAL. Meski pada saat nan bersamaan, ada beberapa maskapai besar lain nan sebenarnya juga berminat buat memiliki saham dari JAL. Seperti dari Prancis melalui Air France KLM, British Airways dari Inggris dan juga Qantas Australia, namun JAL menolak semua tawaran tersebut.

Salah satu alasan JAL memilih American sebagai pembeli saham mayoritas mereka ialah sebab keduanya sama-sama berada di bawah aliansi Oneworld. Alasan lain ialah demi menjaga soliditas di kalangan anggota Oneworld. Dan pada tanggal 1 Januari 2009, JAL nan memiliki jargon Drewam Skyward akhirnya secara resmi mengumumkan kerjasama mereka dengan American Airlines tersebut.

Namun, meski sudah menjual saham mayoritas mereka masalah keuangan nan melanda JAL belum juga selesai. Akhirnya sejak 19 Januari 2010, maskapai ini dimasukkan ke dalam program Konservasi Kebangkrutan Jepang. Akibat dari kondisi ini ialah terjadinya restrukturisasi atau pengurangan jumlah karyawan mereka. Sebelum mengalami masalah keuangan, JAL memiliki 47 ribu karyawan. Namun dengan kesulitan finansial nan melanda, mereka harus menghentikan 15 ribu karyawan. Selain itu, armada nan dimiliki pun dikurangi jumlahnya disamping juga mengadakan pembaruan pesawat. Sementara buat masalah rute penerbangan internasional, Japan Airline mengadakan penjadwalan ulang guna mendapatkan efisiensi.

Pada tahun fiskal nan berakhir 31 Maret 2009, maskapai ini memperkenalkan layanan pada sepuluh rute internasional, termasuk antara Tokyo (Narita) dan New York, dan antara Osaka (Kansai) dan Shanghai, dan itu menggantikan operasinya pada empat rute internasional, termasuk antara Tokyo (Narita) dan Xi'an, dan antara Osaka (Kansai) dan Qingdao. Di dalam negeri, JAL ditangguhkan 14 rute, termasuk antara Sapporo dan Okinawa.



Cargo

Selain melayani penerbangan komersil JAL sempat memiliki divisi kargo. Namun, divisi ini sudah dihentikan operasionalnya sejak tanggal 29 Oktober 2010. Kondisi ini terkait dengan masalah finansial nan melanda perusahaan. Meskipun sebenarnya hal ini banyak disayangkan, sebab JAL Cargo sudah cukup lama beroperasi di bidang pengiriman barang.

Namun dengan semakin sedikitnya angka pengiriman, menjadikan penerbangan nan dilakukan dianggap kurang efisien. Akhirnya, armada Japan Airlines Cargo nan menggunakan pesawat Boeing 747 Freighter serta Boeing 767 Freighter sebagian dijual dan sebagian lagi disimpan.