Tips Mengawasi Anak Bermain Game

Tips Mengawasi Anak Bermain Game




Kisah di Balik Game Prince of Persia

Tokoh primer Prince of Persia ialah seorang pria muda nan energik, tampan, dan seksi. Ia nan akan memberantas kejahatan. Sebenarnya dia bukan seorang keturunan bangsawan namun dia anak jalanan nan sudah yatim piatu dan dipungut oleh raja Persia. Sang raja menganggap dia ialah anak andal dan cerdas. Raja Persia menyukainya dan diangkat menjadi putra mahkota kerajaan.

Setelah dewasa, pangeran muda ini jatuh cinta pada seorang putri nan cantik jelita bagaikan bulan purnama. Sang putri memiliki jimat nan dapat menembus alam lain. Kemudian jimat itu hilang dan sang pangeran dari Persia itu membantunya buat menemukan jimat nan hilang. Maka berpetualanglah pangeran itu buat menemukan jimat tersebut nan dibantu oleh putri dari kerajaan Persia.

Pada 2009, game ini dirilis sebagai film dengan latar belakang cerita nan sama. Dalam cerita tersebut, sultan dari Persia harus pergi berperang ke loka nan jauh dan kekuasan diberikan sementara pada salah seorang petinggi negeri. Namun si Jaffar nan diberi jabatan itu melakukan pengkhianatan dan melakukan perebutan kekuasaan sehingga kerajaan Persia berada di bawah kekuasaannya. Jaffar ingin menikahi sang putri.

Jaffar nan memiliki kekuatan sihir itu mengancam sang putri agar segera mau menerima lamarannya. Jika tidak, kerajaan Persia dan rakyatnya akan binasa. Sang putri meminta donasi pada Prince of Persia buat menemukan jimatnya nan hilang buat mengalahkan Jaffar. Prince of Persia pun mulai berpetualang buat menemukan jimat nan hilang. Jimat itu dapat membuat orang berkata jujur sebab jimat itu dapat mengeluarkan isi hati seseorang.

Nah, dalam cerita game-nya pangeran dari Persia itu masih menjadi tawanan Jaffar. Untuk membantu sang putri, kita harus memainkan agar sang pangeran bisa keluar dari penjara tersebut. Sang pengeran harus kabur dari penjara tersebut melalui jalan-jalan berliku, melompat, menerjang dan membunuh para penjaga. Pokoknya game ini sangat menarik buat dimainkan.




Kandungan Nilai Budaya dalam Game Prince of Persia

Permainan dalam bentuk apapun merupakan sebuah hiburan nan tak luput dari manusia. Baik anak-anak maupun orang dewasa, bahagia memainkan sebuah permainan buat menghibur diri mereka di saat sedang merasa bosan dan jenuh.

Jika pada zaman dahulu game nan sering dimainkan masih merupakan permainan jenis tradisional, maka sekarang ini kita sudah tak asing lagi jika dihadapkan dengan permainan elektronik berupa game komputer atau game nan ada di play station.

Salah satu permainan nan juga digandrungi oleh anak-anak dan orang dewasa ialah permainan Prince of Persia nan sudah disebutkan di atas. Permainan ini disukai banyak orang sebab memiliki nilai tantangan, terutama ketika harus berhadapan dengan musuh sang pangeran.Keberhasilan akan didapatkan apabila pemain game mampu mengalahkan penjahatnya, serta mengeluarkan pangeran dari penjara.

Akan tetapi, selain bermain dengan berbagai macam startegi perang, ada pula banyak hal nan dapat didapatkan dari permainan tersebut. Salah satunya ialah kandungan nilai budaya nan termuat dalam permainan itu.

Salah satu nilai budaya nan ada di dalamnya ialah bagaimana destruksi menjadi satu daya tarik manusia modern tanpa memperlihatkan sebuah rasa humanisme dampak peperangan nan dilakukan tersebut.

Pembunuhan, penyiksaan, bahkan pembantaian dalam permainan merupakan salah satu kandungan nilai budaya nan tersisihkan secara perlahan oleh nilai-nilai permainan.

Anak-anak dapat dengan asyiknya melakukan adegan peperangan dalam permainan tersebut, tanpa menghiraukan apapun nan ada di sekelilingnya. Secara psikologis, tentu saja hal tersebut mampu merusakkan nilai budaya si anak sebagai orang nan seharusnya menjunjung tinggi nilai perdamaian. Dalam permainan ini, peperangan dianggap sebagai hal lumrah nan justru harus dilakukan apabila seseorang ingin mencapai kemenangan.

Bagi sebagian anak, mungkin hal tersebut tak masuk begitu saja ke dalam kehidupan konkret mereka. Akan tetapi, bagi sebagian nan lain, mereka cenderung menjadikan apa nan mereka lihat dan dengar sebagai sesuatu nan berpengaruh terhadap kehidupan konkret mereka.

Ada sebagain anak nan mengikuti berbagai adegan dalam film atau permainan buat membuktikan kehebatannya di global nyata. Dan bukan tak mungkin jika dengan memainkan permainan prince of Persia ini, seorang anak akan cenderung bersifat anarkis terhadap anak lainnya agar dirinya diahargai dan ditakuti.

Tidak hanya itu, nilai-nilai budaya lain seperti kisah cinta cinta nan dihadirkan antara pangeran dan tuan putri pun merupakan salah satu bentuk kemasan dewasa nan belum semestinya dipertemukan pada anak-anak.

Dengan permainan ini, anak-anak diberi pengetahuan nan belum sepantasnya mereka dapatkan. Dari mulai peperangan, kekacauan sistem, sampai perbedaan makna cinta nan sebetulnya belum dimengerti oleh mereka.

Dampak seperti inilah nan seyogyanya dipikirkan terlebih dahulu oleh para orang tua buat mengizinkan anak mereka memainkan sebuah permainan elektronik. Kalaupun anak tetap menginginkan permainan tersebut, sebaiknya orang tua tetap mendampingi mereka serta melakukan supervisi secara eksternal agar anak tetap dalam koridor lingkungan mental nan tepat.




Tips Mengawasi Anak Bermain Game

Dalam mendidik anak, diperlukan berbagai usaha agar anak senantiasa berada di wilayah nan tepat saat bermain. Salah satunya ialah ketika mereka bermain permainan elektronik dan terhanyut ke dalam perbedaan makna serba canggih tersebut.

Oleh sebab itu, pihak orang tua perlu mendampingi mereka saat bermain sehingga supervisi dapat dilakukan secara langsung sambil melihat perkembangan motorik dan mental anak saat bermain. Di bawah ini ialah beberapa hal nan dapat dilakukan oleh orang tua saat mendmpingi sang anak bermain permainan elektronik.

  1. Berikan pengetahuan kepada anak mengenai kisah-kisah mitologi nan terdapat dalam permainan tersebut. Berikan pula hal-hal positif nan dapat ditiru si anak dari permainan tersebut. Misalnya saja, nilai positif dari bekerja keras buat mendapatkan apa nan dicita-citakan ialah hal nan juga harus dilakukan si anak apabila ia menginginkan sesuatu dalam kehidupan nyata.
  2. Berikan tanggapan positif apabila anak mendapatkan kemenangan dalam permainan elektronik tersebut. Sertai pujian tersebut dengan nasihat atau kalimat nan mampu membuat anak tak menjadi arogan dan ambisius buat mendapatkan kemenangan.
  3. Jika anak sudah mulai mengikuti adegan negatif seperti dalam permainan, segera arahkan anak agar kembali menjadi anak nan baik dan tetap di wilayahnya sebagai seorang anak.
  4. Berikan pengetahuan mengenai akibat jelek nan dilakukan apabila terus menerus bermain sehingga anak tak hanyut dalam permainan global maya tersebut.
  5. Terapkan kedisiplinan kepada anak dengan memperbolehkannya bermain dalam waktu nan ditentukan. Misalnya saja, anak boleh bermain setelah mandi dengan durasi paling lama ialah dua jam. Dengan cara seperti itu, anak akan terbiasa membagi waktu antara bermain dengan belajar, serta melakukan hal lainnya di luar permainan.